KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini, Selasa, 27 Mei 2025 dibuka menguat 13,89 poin atau setara 0,19 persen ke level 7.202,25. Di awal perdagangan, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 7.212,57 sebelum terkoreksi hingga menyentuh level terendah 7.199,96.
Total volume transaksi tercatat sebanyak 4,13 miliar lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp246,05 triliun dari 30 ribu kali transaksi.
Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp334 miliar di pasar reguler, dengan nilai pembelian mencapai Rp3,92 triliun dan penjualan Rp3,59 triliun. Total nilai transaksi di seluruh pasar mencapai Rp9,78 triliun.
Ada setidaknya 231 saham mengalami kenaikan, 86 saham anjlok dan 231 saham stagnan.
Beberapa saham yang menjadi penopang penguatan indeks pagi ini antara lain saham PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk dari sektor teknologi dengan kode emiten ZYRX yang melonjak 22,44 persen ke harga Rp191, disusul oleh PT Toba Pulp Lestari Tbk dari sektor basic industry dengan kode emiten INRU yang menguat 18,00 persen ke level Rp590, serta PT SLJ Global Tbk dari sektor basic industry dengan kode emiten SULI yang naik 16,83 persen ke Rp118.
Sementara itu, saham yang mengalami tekanan terbesar antara lain PT Bayu Buana Tbk dari sektor transportasi dan logistik dengan kode emiten BAYU yang melemah 6,92 persen ke harga Rp1.345, diikuti oleh PT Planet Properindo Jaya Tbk dari sektor properti dengan kode emiten PLAN yang turun 6,82 persen ke Rp41, serta PT Cita Mineral Investindo Tbk dari sektor basic industry dengan kode emiten CITA yang melemah 6,39 persen ke harga Rp4.100.
Dari sisi sektoral, mayoritas sektor mencatatkan penguatan, dipimpin oleh sektor infrastruktur yang naik 0,63 persen, disusul sektor basic industry sebesar 0,60 persen dan sektor kesehatan sebesar 0,57 persen. Sementara itu, sektor industri menjadi satu-satunya sektor yang mencatatkan pelemahan sebesar 0,12 persen pada sesi pagi ini.
Rebalancing MSCI dan Rekomendasi Saham Pilihan
Menjelang penyesuaian portofolio indeks MSCI akhir Mei ini, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyampaikan sejumlah rekomendasi saham unggulan yang dinilai menarik untuk dikoleksi, terutama dari sektor tambang dan perbankan.
Tiga emiten yang menjadi sorotan utama adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL). Ketiganya dianggap berpotensi menarik aliran dana asing seiring momentum rebalancing indeks global.
Analis IPOT David Kurniawan, menjelaskan bahwa arus beli bersih investor asing yang mencapai Rp2 triliun dalam sepekan terakhir memberikan sinyal positif terhadap arah pasar.
Menurutnya, hal ini turut mendorong penguatan IHSG ke level 7.214 pada akhir pekan lalu, atau naik sekitar 1,4 persen dalam sepekan, menandai performa terbaik IHSG dalam lima minggu terakhir.
Secara teknikal, David menilai posisi IHSG yang bertahan di atas level psikologis 7.000 menunjukkan kepercayaan pasar yang mulai pulih. Namun ia juga mengingatkan bahwa tantangan tetap ada, terutama di level resistance 7.400 yang masih cukup kuat.
Saham MDKA direkomendasikan beli pada harga Rp2.040, dengan target harga Rp2.220, memberikan potensi kenaikan hampir 9 persen. Stop loss disarankan di Rp1.950. Dari indikator teknikal, MDKA disebut masih bergerak di atas rata-rata lima hari terakhir (MA5), yang mencerminkan tren jangka pendek yang masih kuat.
Sementara itu, saham BBRI diproyeksikan naik menuju Rp4.700 dari harga beli ideal Rp4.350. Kenaikan potensi sebesar 8 persen dinilai realistis, terutama setelah saham ini menembus resistance Rp4.300. Aksi beli asing dan sentimen positif dari penurunan suku bunga BI pekan lalu juga menjadi faktor pendukung.
Adapun saham NCKL dari sektor pertambangan nikel dinilai berpotensi mengalami penguatan setelah keluar dari fase konsolidasi. Saham ini direkomendasikan beli di Rp740 dengan target harga Rp805. Sinyal teknikal seperti MACD dan histogram yang mulai menguat mendukung potensi pembalikan arah yang positif.
Secara keseluruhan, pasar masih menunjukkan tanda-tanda optimisme, meskipun tekanan teknikal dan makro masih perlu dicermati.
Investor disarankan tetap selektif, memprioritaskan saham berfundamental kuat yang mendapat dukungan dari sentimen eksternal seperti rebalancing MSCI dan tren suku bunga yang lebih akomodatif. (*)