KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas pada perdagangan Senin, 8 September 2025.
Pasar modal bereaksi keras setelah Presiden Prabowo Subianto mengumumkan reshuffle Kabinet Merah Putih di Istana Negara, yang salah satunya mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani.
IHSG ditutup di level 7.766,85, ambles 100,5 poin atau 1,28 persen dibandingkan akhir pekan lalu.
Grafik perdagangan menunjukkan indeks sempat bertahan stabil di kisaran 7.900 sepanjang sesi, namun anjlok tajam menjelang penutupan usai pengumuman resmi dari Istana.
Nilai transaksi harian tercatat sebesar Rp18,44 triliun dengan volume 34,66 miliar saham. Sebanyak 346,64 juta lot berpindah tangan, menandai tingginya aksi jual di pasar.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan anjloknya IHSG pada hari ini disebabkan oleh digantinya Sri Mulyani dari jabatannya sebagai Menteri Keuangan.
"Dinamika pergantian Sri Mulyani dari jabatan Menteri Keuangan menyebabkan IHSG langsung berada di zona merah dari zona positif," ujar dia kepada Kabarbursa.com, Senin, 8 September 2025.
Nafan menyebut dinamika pergantian Sri Mulyani dari jabatan Menteri Keuangan membuat pasar melakukan aksi jual pada perdagangan hari ini.
Big Banks Jadi Pemberat IHSG
Saham perbankan dengan kapitalisasi besar atau big banks memimpin pelemahan. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 2,81 persen ke Rp7.775, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ambruk 3,43 persen ke Rp4.220, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 3,42 persen ke Rp4.520, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi 1,25 persen ke Rp3.950.
Koreksi tajam pada big banks berdampak langsung ke indeks karena bobot besar sektor perbankan dalam IHSG.
Indeks LQ45 juga merosot 2,03 persen, sejalan dengan pelemahan IDX30 dan SRI-KEHATI yang sama-sama jatuh sekitar 2 persen.
Dari sisi sektoral, sektor keuangan mencatatkan penurunan terdalam sebesar 2,29 persen. Sektor siklikal juga tertekan 2,48 persen, sementara infrastruktur turun 2,07 persen dan teknologi minus 1,98 persen.
Hanya sektor industri (0,15 persen), bahan baku (0,77 persen), dan non-siklikal (0,07 persen) yang masih mencatatkan kinerja positif tipis.
Lebih lanjut, di tengah tekanan indeks, beberapa saham kecil justru melesat. PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) naik 25 persen ke Rp460, PT Lion Metal Works Tbk (LION) menguat 25 persen ke Rp440, dan PT Tunas Alfin Tbk (TALF) menanjak 25 persen ke Rp430.
Saham energi terbarukan PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) melonjak 24,86 persen ke Rp452, disusul PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) yang menambah 24 persen ke Rp248.
Sebaliknya, saham-saham lain mencatatkan koreksi dalam. PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) jatuh 14,91 persen ke Rp194, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) melemah 14,63 persen ke Rp525, PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS) terkoreksi 14,63 persen ke Rp105, PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) amblas 13,12 persen ke Rp4.040, dan PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) turun 12,42 persen ke Rp141.
Reshuffle Kabinet dan Sentimen Pasar
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan reshuffle menyasar empat menteri dan satu menteri koordinator, termasuk Menko Polhukam Budi Gunawan dan Menkeu Sri Mulyani.
Selain itu, Presiden juga membentuk kementerian baru, yakni Kementerian Haji dan Umrah. “Pertimbangannya evaluasi terus-menerus,” kata Prasetyo di Istana Negara.
Pergantian Sri Mulyani menjadi perhatian pasar karena posisi Menteri Keuangan berperan vital dalam menjaga kebijakan fiskal dan stabilitas ekonomi.
Pasar menilai perubahan mendadak berpotensi menimbulkan ketidakpastian, terutama terkait pembiayaan APBN, koordinasi dengan Bank Indonesia, hingga arah reformasi pajak.
Kehadiran Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa di Istana pada hari yang sama menambah spekulasi bahwa pemerintah memberi perhatian khusus pada stabilitas sektor keuangan. (*)
 
      