KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 32.210 poin atau turun -0.48 persen ke level 6.613 pada perdagangan Kamis, 13 Februari 2025.
Berdasarkan data RTI Business, pada hari ini IHSG bergerak bervariasi di kisaran 6.648 dan 6.656. Meski IHSG melemah, sebanyak 307 saham menguat, 251 saham melemah, dan 232 saham stagnan. Adapun volume perdagangan hari ini sebesar Rp14.311 miliar dengan transaksi Rp11.198 triliun dengan frekuensi perdangan senilai 1,020,009.
Sementara mengutip Stockbit, saham CNMA terlihat duduk di posisi tertinggi top gainer dengan kenaikan harga saham sebesar 34,88 persen. Di posisi kedua, ada saham WINE yang turut mengalami kenaikan sebesar 24,80 persen dan di bawahnya terdapat FM II yang mengalami peningkatan 24,74 persen.
PMMP yang berada di posisi empat juga terpantau naik mencapai 22.00 persen. Sementara SULI turut mencatatkan kenaikan 18.57 persen dan berhak menduduki posisi lima top gainer.
Di sisi lain, saham SAPX menjadi top loser dengan koreksi paling dalam mencapai -24.74 persen. Kemudian ada PTSP yang turun -10.84 persen. Penurunan harga juga dialami tiga saham lainnya yakni MANG sebesar -9.90 persen, IPAC -9.79 persen, dan FLMC sebesar -9.59 persen.
Sementara itu indeks LQ45 juga mengalami koreksi sebesar 0.85 persen. Adapun saham yang paling menurun signifikan di indeks ini adalah AMMN sebesar -5.92 persen.
IHSG memang dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis, 13 Februari 2025, sebesar 6,46 poin atau 0,10 persen ke level 6.639,32. Angka itu masih cenderung rebound setelah IHSG sempat menyentuh level 6.500-an dalam kurun waktu lima hari terakhir.
Pergerakan indeks sejak awal sesi menunjukkan fluktuasi, dengan level tertinggi sempat menyentuh 6.648,16 dan terendah di 6.632,24.
IHSG Bisa Perkasa Andai BI Turunkan Suku Bunga
Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto membeberkan jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa perkasa jika Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan.
Rully mengatakan penurunan suku bunga BI berpotensi membuat foreign inflow (dana asing masuk) ke Surat Berharga Negara (SBN) dan juga saham perbankan. Namun, di satu sisi, jika suku bunga tetap ditahan, Rully menyatakan hal ini bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar modal Indonesia.
“Ya mungkin (IHSG) bisa sekitar 6.300 atau 6.400 (jika suku bunga ditahan),” ujar dia kepada wartawan dalam acara Media Day – Consumer Trends for the 2025 Fasting Month di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2025.
Rully mengatakan IHSG kemungkinan tidak bisa menyentuh level 7.000 di kuartal I 2025 jika BI tidak segera menurunkan suku bunga acuan pada Februari atau Maret. Hal ini ia katakan berkaca dari situasi pasar yang tengah terjadi.
Lebih jauh dia memaparkan, Mirae Asset menargetkan BI menurunkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini. Menurutnya, keputusan ini bisa memberikan dampak positif bagi pasar modal Indonesia.
Dia menjelaskan BI mungkin tidak terlalu konsen terhadap pasar modal. Namun, dia berharap pasar modal harus tetap diperhatikan dikarenakan bisa menjadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
IHSG Jatuh Terparah Dibandingkan Indeks Global
Sementara itu pengamat pasar modal Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan IHSG disebabkan dua faktor, yakni global dan domestik. Dari mancanegara, Ibrahim menyebut perang dagang jilid II antara Amerika Serikat (AS) dan China masih menjadi pemicu utama.
Pemerintahan Presiden Donald Trump yang mempertahankan kebijakan tarif 25 persen untuk aluminium dan tembaga, bahan dasar yang dibutuhkan banyak sektor, menyebabkan lonjakan harga di pasar.
“Tembaga dan aluminium adalah bahan dasar yang sangat dibutuhkan untuk rekonstruksi dan pembangunan,” ujar Ibrahim ketika dihubungi oleh Kabarbursa.com lewat sambungan telepon, Rabu, 12 Februari 2025. “Hal ini membuat pasar infrastruktur, perbankan, dan komoditas mengalami tekanan,” tegasnya.
Dari dalam negeri, Ibrahim berpendapat bahwa pelemahan IHSG disebabkan sikap pemerintahan Prabowo Subianto yang terkesan tak acuh terhadap saham. Prabowo sempat menyampaikan bahwa saham serupa dengan praktik perjudian karena penuh risiko dan cenderung merugikan.
Kondisi ini layak diartikan bahwa Presiden Republik Indonesia alih-alih menaruh perhatian pada investasi pasar modal, justru tak memperdulikannya. “Apalagi bersamaan dengan informasi dari Presiden Prabowo Subianto yang acuh-tak acuh dengan Bursa Efek Indonesia,” ujar dia.
Ibrahim menilai memang pernyataan Prabowo soal kepemilikan saham itu benar, mayoritas pemiliknya masyarakat di kalangan perkotaan. Kendati demikian, efek dari pernyataan itu memperparah kondisi IHSG di Indonesia yang kian terjun bebas.
Selain itu, investor juga saat ini mengalami ketakutan dalam berinvestasi mengingat pemerintah Indonesia tengah melakukan pemangkasan anggaran besar-besaran. “Kondisi ini menyebabkan IHSG tertekan, bahkan sempat berada di bawah level 6.500,” ungkap Ibrahim.
Kekhawatiran investor semakin meningkat dengan adanya pemangkasan anggaran yang cukup besar di dalam negeri. “Pemangkasan anggaran hampir 50 persen pada beberapa departemen menambah ketidakpastian, yang membuat banyak investor merasa khawatir,” ujarnya.
Ia memprediksi pelemahan IHSG ini akan bertahan cukup lama terlebih Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih empat tahun lagi menjabat. “Jika situasi perang dagang ini terus berlanjut hingga 2029, maka tantangan bagi IHSG akan semakin berat,” ucap dia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.