KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup melemah sebesar 1,55 persen atau 96 poin ke level 6.161 pada perdagangan Senin, 24 Maret 2025.
Merujuk data RTI Business, IHSG sempat menyentuh tempat terendah di level 5.967. Sebaliknya, peringkat tertinggi indeks hari ini adalah di level 6.269.
Melemahnya IHSG membuat 500 saham berada di zona merah, 134 saham menguat, dan 168 saham stagnan. Adapun volume perdagangan terpantau 14.702 miliar lembar saham dengan transaksi Rp14.370 triliun.
Sementara itu mengutip Stockbit, berdasarkan kategori top value, empat dari lima saham dengan nilai transaksi tertinggi berasal dari sektor perbankan. Salah satunya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan capaian Rp2.61 triliun.
Selain itu, ada bank-bank besar lainnya seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) masing-masing mencatat nilai transaksi sebesar Rp1,4 triliun dan Rp1,25 triliun. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga masuk dalam daftar dengan nilai transaksi sebesar Rp508,68 miliar.
PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menjadi satu-satunya perusahaan non-bank yang masuk dalam lima besar saham dengan nilai transaksi terbesar hari ini dengan angka Rp299,82 miliar.
Beralih ke top volume, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) memimpin dengan volume transaksi mencapai 1,94 miliar lembar saham. Saham teknologi ini terus menarik perhatian investor ritel, meskipun harga sahamnya masih berfluktuasi dalam beberapa waktu terakhir.
Selain GOTO, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mencatat volume transaksi tinggi sebesar 621,97 juta lembar saham, diikuti oleh saham BBRI (342,76 juta), BBCA (331,61 juta), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dengan 324,72 juta lembar saham.
Dari segi sektor, data menunjukkan bahwa sektor teknologi mencatatkan kenaikan tertinggi, naik sebesar 3,79 persen. Di sisi lain, sektor energi mengalami penurunan 2,63 persen, sementara sektor keuangan sedikit tertekan dengan koreksi 0,61 persen.
Sektor lain yang mengalami pelemahan cukup signifikan adalah sektor kesehatan (-2,35 persen), transportasi (-2,36 persen ), dan properti (-2,68 persen). Sementara itu, sektor barang konsumsi non cyclical mengalami penurunan terkecil, hanya sebesar 1,28 persen.
Saham Asia Mix Menyusul Tarif Impor Trump
Tidak hanya IHSG, beberapa pasar bursa di Asia juga ada yang ditutup lesu. Polanya cukup bervariasi di berbagai bursa regional, karena investor mencermati kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump yang lebih ringan dari perkiraan sebelumnya.
Keputusan Trump untuk membatasi tarif resiprokal hanya pada sekitar 15 negara dengan ketidakseimbangan perdagangan besar terhadap AS mengurangi ketidakpastian global, namun tetap menimbulkan kekhawatiran di pasar Asia karena sebagian besar negara yang terkena dampak berada di kawasan tersebut.
Bursa Jepang mengalami pelemahan setelah data Purchasing Managers' Index (PMI) menunjukkan perlambatan pertama sejak pertengahan 2024. Kondisi ini memperburuk tekanan terhadap eksportir Jepang yang sudah menghadapi tantangan dari permintaan global yang menurun dan ancaman tarif perdagangan.
Indeks Nikkei 225 turun 0,18 persen ke 37.608, sementara Topix melemah 0,47 persen ke 2.790.
Sementara itu, bursa China mencatat pergerakan yang lebih positif. Shanghai Composite menguat 0,15 persen ke 3.370, Shenzhen Component naik tipis 0,07 persen ke 10.695, dan CSI 300 mencatat kenaikan lebih besar sebesar 0,51 persen ke 3.934.
Saham China mendapatkan dukungan dari prospek stimulus ekonomi yang terus berlanjut serta sentimen positif investor terhadap kebijakan pemerintah dalam menstabilkan pasar keuangan.
Di Hong Kong, Hang Seng menguat 0,91 persen ke 23.905, menunjukkan optimisme terhadap sektor teknologi dan properti yang mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Sementara itu, pasar saham Korea Selatan mengalami tekanan, dengan Kospi turun 0,42 persen ke 2.632.
Investor di Negeri Ginseng menanti putusan pengadilan terhadap Presiden Yun Suk Yeol yang tengah menghadapi proses pemakzulan, sehingga menambah ketidakpastian politik di negara tersebut.
Pasar saham Australia relatif stabil, dengan ASX 200 naik tipis 0,07 persen ke 7.936. Kinerja positif ini didukung oleh data PMI yang lebih baik dari perkiraan, mencerminkan ketahanan ekonomi negara tersebut. Indeks Straits Times Singapura bergerak datar karena investor masih menimbang dampak dari kebijakan perdagangan global yang berubah.
Dalam pasar valuta asing, mata uang Asia menunjukkan pergerakan beragam. Yen Jepang melemah terhadap dolar AS, dengan USD/JPY naik ke 149,61 (+0,19 persen), menunjukkan tekanan terhadap mata uang Jepang di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Dolar Singapura (USD/SGD) juga melemah ke 1,3371 (+0,08 persen), sedangkan dolar Australia (AUD/USD) justru menguat ke 0,6295 (+0,35 persen) berkat data ekonomi domestik yang lebih kuat.
Rupiah Indonesia (USD/IDR) mengalami depresiasi signifikan, turun ke 16.567 (+0,40 persen), mencerminkan kekhawatiran terhadap arus modal keluar dari pasar negara berkembang.
Sementara itu, mata uang China (USD/CNY) bergerak melemah ke 7,2533 (+0,02 persen) di tengah ketidakpastian kebijakan ekonomi Beijing. Ringgit Malaysia (USD/MYR) juga mencatat pelemahan ke 4,4347 (+0,33 persen), sedangkan baht Thailand (USD/THB) sedikit menguat ke 33,8760 (-0,22 persen).
Dengan kondisi pasar yang terus berfluktuasi, investor global masih menunggu perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan perdagangan AS serta respons negara-negara Asia terhadap tantangan ekonomi yang dihadapi.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.