Logo
>

IHSG Masih Loyo, BBRI Catat Nilai Transaksi Tertinggi

IHSG pada perdagangan hari ini bergerak fluktuatif di kisaran 6.499 hingga 6.598.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Masih Loyo, BBRI Catat Nilai Transaksi Tertinggi
IHSG kembali ditutu loyo. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG  melemah sebesar 0,79 persen atau turun 52 poin ke level 6.545 pada penutupan perdagangan Selasa, 11 Maret 2025.

    Mengutip RTI Business, IHSG pada perdagangan hari ini bergerak fluktuatif di kisaran 6.499 hingga 6.598. Imbas dari melemahnya indeks, 416 saham berada di zona merah, 192 saham menguat, dan 197 saham stagnan. 

    Adapun, volume perdagangan hari ini sebesar Rp19.969 miliar dengan transaksi Rp9.741 triliun serta frekuensi senilai 1,097,146.

    Sementara itu mengutip Stockbit, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menjadi saham dengan volume perdagangan tertinggi, mencapai 4,45 miliar lembar saham.

    Selain GOTO, beberapa saham lain juga mencatatkan volume perdagangan yang tinggi, seperti PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dengan 600,06 juta lembar saham, serta Jantra Grupo Indonesia Tbk. (KAQI) yang diperdagangkan sebanyak 564,47 juta lembar saham.

    Dari sisi nilai transaksi, saham perbankan masih mendominasi. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan nilai transaksi tertinggi sebesar Rp1,02 triliun, disusul oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan Rp978,18 miliar, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencapai Rp712,36 miliar.

    Sementara itu, berdasarkan sektor, teknologi menjadi sektor yang mengalami kenaikan tertinggi dengan +4,01 persen, sedangkan sektor energi (-1,49 persen), kesehatan (-1,33 persen), dan industri dasar (-2,97 persen) mengalami koreksi.

    Di sisi lain, CEO Akela Trading System Hary Suwanda memberi gambaran beberapa kondisi jika ingin IHSG kembali bullish atau mengalami kenaikan. 

    Menurut dia, tren penguatan IHSG bisa terjadi jika ada konsolidasi. Dan, pada penutupan perdagangan Senin, 10 Maret 2025, IHSG kembali mengalami penurunan sebesar 0,57 persen ke level 6.598.

    Dalam hal ini, ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan yakni perubahan fundamental dan data makro ekonomi yang negatif sudah priced in (ekspektasi pasar sudah tercermin). 

    "Semua data ekonomi makro yang negatif ini sudah priced in dan tidak ada berita negatif susulan. Berarti pasar sudah sangat under value,  sehingga mereka tinggal menunggu selanjutnya seperti apa," jelasnya dalam acara Bursa Pagi-pagi, Selasa, 11 Maret 2025.

    Terkait penundaan transaksi short selling oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa waktu lalu, yang bertujuan menjaga stabilitas pasar modal Indonesia di tengah IHSG yang menurun, Hary menganggapnya tidak serta merta bisa meredam penurunan IHSG dalam waktu dekat. Justru, salah satu pendorong yang bisa membuat IHSG bullish adalah perbaikan data ekonomi makro. 

    "Kenapa? Karena penyebab utamanya belum kelar. Jadi, tidak ada perubahan fundamental yang signifikan," ujarnya. 

    Analis yang juga profesional trader and investor US Stock Market & Derivatives Trainer ini memperkirakan IHSG akan terus mengalami penurunan hingga akhir kuartal I 2025 mendatang jika tidak ada perbaikan yang dimaksudnya. 

    Short Selling Perparah Penurunan Saham

    Pengamat pasar modal, Wahyu Laksono mengatakan Ppnundaan short selling yang bertujuan untuk mengurangi tekanan jual di pasar, seringkali memperparah penurunan harga saham. Diharapkan volatilitas pasar dapat lebih terkendali. 

    Selain itu, kebijakan ini berpotensi meningkatkan sentimen positif di pasar dengan menekan spekulasi negatif yang dapat memicu kepanikan. Sementara itu, buyback saham tanpa RUPS dinilai memberi fleksibilitas lebih bagi emiten dalam menjaga harga saham. 

    Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie, juga menyambut baik langkah ini, mengingat banyak perusahaan saat ini memiliki dana tunai yang menumpuk.

    "Kebijakan buyback saham tanpa RUPS bisa menjadi sinyal positif bagi pasar modal Indonesia, termasuk IHSG," ujarnya kepada kabarBursa.com di Jakarta 9 Maret 2025. 

    Meski kebijakan domestik memberikan angin segar bagi IHSG, Wahyu Laksono mengingatkan bahwa faktor global masih mendominasi arah pergerakan pasar.

    "Bagaimanapun, pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, seperti kebijakan The Fed, faktor ekonomi China, sentimen investor asing, serta kinerja emiten," katanya.

    Menurutnya, medium term ini IHSG masih dalam tren bearish, meski pekan ini mengalami rebound signifikan. Ia juga menyoroti dampak buruk data pasar tenaga kerja AS terbaru, yang menunjukkan kinerja yang lebih lemah dari ekspektasi. 

    "Meskipun ada rebound sementara saat Trump menunda beberapa tarif, sentimen pasar tetap cemas hingga 7 Maret 2025," terangnya.

    Selain itu, perlambatan ekonomi China dan fluktuasi harga komoditas juga menjadi faktor yang perlu diwaspadai. 

    "Kenyataannya, penguatan ini sepertinya masih sementara karena minimnya katalis kuat dan ketidakpastian ekonomi global masih membayangi," pungkas Wahyu.

    Rupiah Juga Anjlok

    Merahnya IHSG juga diikuti oleh nilai tukar rupiah yang kembali tersungkur di hadapan dolar AS. Pada sore hari ini, rupiah ditutup di level Rp16.408 per dolar AS, melemah 41 poin atau 0,25 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp16.367 per dolar AS.

    Penurut pengamat pasar modal Ibrahim Assuaibi, runtuhnya rupiah karena meningkatnya risiko terhadap perekonomian Amerika Serikat akibat implementasi kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang tidak pasti.

    (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.