KABARBURSA.COM - Fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tidak menentu. Pada pekan kemarin indeks ditutup di level 6.515 pada pekan lalu, melemah sebesar 1,81 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Sementara pada perdagangan hari ini Senin, 17 Maret IHSG kembali merosot di level 6.489 pada pukul 10.44 WIB.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani menjelaskan secara teknikal, IHSG saat ini berada di zona support kritis di kisaran 6.400 hingga 6.500 Level ini merupakan support yang telah bertahan sejak Oktober 2021. Namun, pada akhir Februari lalu, IHSG menembus level ini dan mencatatkan lower low di 6.249.
"Jika pekan ini IHSG tidak mampu bertahan di area support tersebut, terdapat kemungkinan indeks akan terus melemah hingga menguji kembali level 6.249," ujar Dimas dalam keterangan resminya di Jakarta pada Senin, 17 Maret 2025.
Dimas mencatat bahwa indikator foreign flow menunjukkan net sell oleh investor asing sebesar Rp3,2 triliun sepanjang pekan lalu. Ia menambahkan, kenaikan IHSG sejak akhir Februari lebih cenderung sebagai mark-up dalam fase distribusi besar yang telah berlangsung sejak September tahun lalu.
"Jika arus dana asing tidak berubah, maka probabilitas IHSG melanjutkan tren penurunannya lebih besar dibandingkan peluang kenaikan," kata dia.
Sektor teknologi menjadi satu-satunya sektor yang mencatatkan kenaikan signifikan dalam sepekan terakhir, dengan indeks IDX Technology naik 6,8 persen. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang menguat 17 persen dan menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar kedelapan di IHSG.
"Namun, jika dilihat dari sisi foreign flow, kenaikan DCII tampaknya menjadi strategi untuk menjaga keseimbangan IHSG di tengah aksi jual oleh investor asing," kata Dimas.
Sebaliknya, sektor IDX Basic Materials dan IDX Healthcare menjadi pemberat IHSG pekan lalu, dengan masing-masing turun 6,5 persen dan 4 persen. Sentimen negatif di sektor material dasar dipicu oleh rencana pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk merevisi PP Nomor 26 Tahun 2022 terkait tarif royalti PNBP pada komoditas tambang, terutama emas dan nikel.
Dimas juga menyoroti bahwa sektor kesehatan kini dalam tren menurun setelah mencatatkan level terendah sejak Agustus 2021. "Dari sisi teknikal, terdapat peluang bagi sektor healthcare untuk terus melemah hingga support terdekat di level 1.250," imbuhnya.
Sentimen Utama yang Pengaruhi IHSG
Dimas mengidentifikasi empat sentimen utama yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG pekan ini, yakni keputusan suku bunga Bank Sentral Jepang (BOJ), Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, keputusan suku bunga The Fed, dan ex-date dividen BBCA. BOJ akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Rabu, dengan konsensus pasar memperkirakan tetap di level 0,5 persen.
"Jika BOJ menaikkan suku bunganya secara mendadak, carry trade dapat kembali terjadi dan memicu tekanan di pasar global," tutur Dimas.
Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen. "Dengan momentum Ramadan dan Idul Fitri yang mendorong konsumsi, menahan suku bunga di level ini menjadi opsi paling rasional," ujarnya. The Fed juga diperkirakan akan menahan suku bunganya di kisaran 4,25 hingga 4,5 persen.
"Kekhawatiran utama pasar saat ini adalah dampak kebijakan tarif AS di bawah Trump, yang bisa memicu perang dagang dan memperburuk prospek ekonomi global," kata Dimas.
Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan membagikan dividen final sebesar Rp250 per saham. "Investor perlu mempertimbangkan volatilitas pasar saat ini sebelum mengambil posisi di saham BBCA," tambahnya.
Dengan mempertimbangkan sentimen pasar, IPOT merekomendasikan empat saham, yakni UNVR, GOTO, JPFA, dan reksa dana saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI). UNVR direkomendasikan beli dengan harga saat ini Rp1.300, target harga Rp1.480 atau naik 13,85 persen, dan stop loss Rp1.210 atau turun 6,92 persen.
"UNVR diuntungkan oleh momentum Ramadan dan Idul Fitri," kata Dimas.
GOTO direkomendasikan beli dengan harga saat ini Rp80, target harga Rp89 atau naik 11,25 persen, dan stop loss Rp76 atau turun 5 persen. "GOTO dalam tren naik dan menunjukkan perbaikan kinerja fundamental," jelasnya.
Sedangkan untuk JPFA direkomendasikan buy on pullback dengan harga saat ini Rp2.090, entry di kisaran Rp2.000 hingga Rp2.030, target harga Rp2.200 atau naik 10 persen, dan stop loss Rp1.900 atau turun 5 persen. "JPFA diuntungkan oleh momentum konsumsi selama Ramadan dan memiliki pola teknikal yang kuat," ujar Dimas.
Selain itu, IPOT merekomendasikan reksa dana saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI), yang memberikan akses transparan dengan likuiditas tinggi bagi investor.
Investor diimbau untuk tetap berhati-hati menghadapi volatilitas pasar dan mencermati sentimen global sebelum mengambil keputusan investasi.(*)