Logo
>

IHSG Masih Terseok-seok di Posisi 7,016, Indeks LQ45 Anjlok 1,15 Persen

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Masih Terseok-seok di Posisi 7,016, Indeks LQ45 Anjlok 1,15 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 71 poin atau turun 1,02 persen ke level 7,016 pada perdagangan Senin, 13 Januari 2025. Merujuk data perdagangan RTI Business, pada hari ini IHSG bergerak di kisaran 6,986 hingga 7,094.

    Adapun volume perdagangan terpantau Rp16,468 miliar saham dengan transaksi mencapai Rp11,736 triliun, sementara itu frekuensi perdagangan mencapai 1,441,332 kali. Sementara itu sebanyak 234 saham terpantau menguat, 383 saham melemah, dan 186 saham mengalami stagnan.

    Mengutip data perdagangan Stockbit, MPOW menduduki posisi teratas top gainer dengan 34,48 persen, diikuti CBDK 25,00 persen, CMNP 25,00 persen, WIFI 24,74 persen, dan DAAZ 24,72 persen.

    Sedangkan saham-saham yang masuk ke jajaran top loser di antaranya SSTM -10,85 persen, ERAL -10,74 persen, DWGL -10,45 persen, IBOS -10,00 persen, dan WIDI -10,00 persen.

    Adapun indeks LQ45 juga turut mengalami penurunan sebesar 1,15 persen. Terdapat dua saham yang mengalami terkoreksi paling dalam yakni SMRA (-4,56 persen) dan ARTO (-4,31 persen).

    Dari sisi sektoral, mayoritas sektor mengalami pelemahan pada penutupan hari ini. Hanya tiga sektor yang menguat seperti basic industrial, energi, dan health.

    Tekanan Berlanjut Hingga Pelantikan Trump

    Sementara itu, pergerakan IHSG diprediksi akan terus berada dalam tekanan hingga pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada Senin depan, 20 Januari 2025.

    Data dari aplikasi IPOT pada hari ini menunjukkan bahwa sejak akhir tahun lalu, pergerakan IHSG mengalami penurunan dari 7.079 ke level 7.054, turun sekitar 18 poin atau 0,3 persen secara year to date (YtD).

    Meski sempat mengalami kenaikan pada awal Januari, IHSG kembali melemah akibat dampak negatif dari sentimen eksternal yang sangat berpengaruh, khususnya dari Amerika Serikat.

    Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa pasar saat ini sangat dipengaruhi oleh kecemasan akan kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Presiden Trump ke depan.

    Wacana yang dilontarkan Trump, seperti rencana untuk mengambil alih Terusan Panama dan wilayah Greenland, serta kebijakan proteksionisme tarif, semakin menambah ketidakpastian. Hal ini membuat pelaku pasar ragu dan enggan mengambil posisi agresif sebelum ada kejelasan mengenai arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat.

    Kondisi pasar yang menantikan pelantikan Trump tersebut sempat membebani IHSG meskipun sempat ada angin segar di awal Januari.

    Pada periode itu, keputusan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, yang membatalkan kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dari 11 persen menjadi 12 persen, memberi harapan positif bagi pasar. Keputusan ini mengurangi ketegangan di dalam negeri, namun sentimen eksternal yang kuat segera membawa IHSG kembali ke tren negatif.

    Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, terutama terkait kebijakan luar negeri dan ekonomi Amerika Serikat, IHSG diperkirakan akan menghadapi lebih banyak tekanan.

    Para pelaku pasar berharap adanya kejelasan pasca-pelantikan Trump yang diharapkan dapat memberikan pandangan lebih terang mengenai strategi ekonomi AS di masa depan. Namun, hingga saat itu, banyak yang memprediksi bahwa IHSG akan tetap berjuang dalam kondisi pasar yang dipenuhi kecemasan.

    IHSG dalam The Waiting Game

    Kondisi pasar modal global maupun domestik dinilai masih tidak pasti. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana, mengatakan kondisi pasar saham akan mengalami The Waiting Game atau menunggu kondisi lebih pasti. Dia menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir 2025 mencapai level 8.150.

    Oki menyebut, IHSG menghadapi tekanan strategi bottom-up dan pada keadaan tersebut sangat penting bagi investor untuk berfokus pada sektoral saat memasuki tahun 2025.

    “Kami mendorong para investor untuk berkonsentrasi pada area di mana perputaran uang akan meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendanaan menghadapi kondisi likuiditas yang masih ketat, dan volatilitas yang besar mungkin akan terus terjadi sampai adanya kepastian pasar yang lebih baik,” kata Oky dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kabarbursa.com pada Minggu, 12 Januari 2025.

    Oki mengatakan, pentingnya selektivitas dalam investasi di tengah situasi volatilitas tinggi. Dia juga memproyeksikan IHSG di akhir tahun mengalami kenaikan di level 8.150 dengan kisaran antara 7.140 hingga 8.590.

    Sektor-sektor seperti konsumsi, pangan, properti, telekomunikasi, transportasi, dan retail akan menjadi fokus utama investor sepanjang tahun ini.

    “Kami melihat tahun 2025 sebagai periode yang menantang tetapi penuh peluang, khususnya bagi investor yang cermat memilih sektor-sektor dengan potensi pertumbuhan tinggi,” ucap dia.

    Menurut Oki, likuiditas yang ketat dan ketidakpastian geopolitik akan membuat investor memainkan strategi The Waiting Game sebelum mengambil langkah besar. Untuk itu, penting sekali mengidentifikasi sektor-sektor yang akan mendapatkan manfaat dari peningkatan kebutuhan pendanaan.

    “Kuartal II 2025 akan menjadi momen penting dengan sektor perbankan, otomotif, dan retail yang kami perkirakan memberikan performa kuat. Di sisi lain, investor perlu tetap waspada terhadap dinamika global, seperti hasil Pemilu Amerika Serikat dan eskalasi konflik geopolitik, yang dapat mempengaruhi arah pasar secara keseluruhan,” tutur dia.

    Selain pasar saham, Oki juga optimis terhadap pasar obligasi Indonesia di 2025. Beberapa katalis positif, seperti prospek penurunan suku bunga acuan BI Rate dan ekspektasi suku bunga The Fed yang terus menurun, akan mendukung kinerja pasar ini.

    “Dengan inflasi domestik yang relatif rendah dan tekanan supply Surat Berharga Negara (SBN) yang terkendali, kami yakin pasar obligasi akan memberikan positive return di tahun 2024 dan 2025. Pemerintah juga memiliki ruang fiskal yang cukup untuk menjaga stabilitas pasar, termasuk melalui Saldo Anggaran Lebih, loan program, dan investment financing. Valuasi pasar obligasi Indonesia saat ini juga cukup menarik jika dibandingkan dengan yield negara berkembang lainnya yang memiliki rating serupa,” kata dia.

    Oki mencatat, salah satu perkembangan menarik di pasar obligasi Indonesia adalah meningkatnya dominasi investor domestik, khususnya dari kalangan ritel.

    “Tahun ini, investor ritel menjadi pembeli terbesar di pasar obligasi pemerintah, dan ini adalah tren yang positif. Korelasi antara imbal hasil US Treasury dan yield obligasi pemerintah Indonesia terus menurun, menunjukkan ketahanan pasar kita yang semakin kuat,” tutupnya.

    Dengan beragam peluang di pasar saham dan obligasi, perbankan mendorong investor untuk mengambil pendekatan yang bijak dan memanfaatkan momentum pertumbuhan di sektor-sektor unggulan. Kendati risiko global tetap ada, fokus pada fundamental dan sektor dengan potensi tinggi menjadi kunci sukses investasi di tahun 2025.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.