Logo
>

IHSG Masih Tertekan, Bursa Asia Dihantui Perang Dagang Trump

Total volume transaksi tercatat sebesar 307,83 juta lot saham, dengan nilai perdagangan mencapai Rp15,24 triliun

Ditulis oleh Pramirvan Datu
IHSG Masih Tertekan, Bursa Asia Dihantui Perang Dagang Trump
Ilustrasi Bursa Efek. Foto: dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tak beranjak dari zona merah hingga akhir sesi perdagangan Rabu 30 Juli 2025. IHSG terkoreksi 69 poin atau minus nol koma delapan puluh sembilan persen ke level 7.549, menandai tekanan beruntun di tengah kabut ketidakpastian pasar global.

    Total volume transaksi tercatat sebesar 307,83 juta lot saham, dengan nilai perdagangan mencapai Rp15,24 triliun—menggambarkan likuiditas yang tetap aktif meski sentimen pasar melemah.

    Beberapa saham mencuat sebagai top gainers, di antaranya SSTM, IKAN, ISEA, SWID, JAST, PGUN, dan COCO. Sementara itu, saham teraktif hari ini antara lain BBRI, CDIA, BWPT, PGEO, BMRI, TOBA, serta WIFI.

    Sektor finansial menjadi pemberat utama setelah mencatat pelemahan paling dalam, turun dua koma tujuh belas persen. Sebaliknya, sektor teknologi tampil prima dengan kenaikan satu koma delapan puluh satu persen, menandai adanya rotasi sektor yang signifikan.

    Bursa Asia Masih Mencari Arah di Tengah Ketegangan Perdagangan

    Di kawasan regional, bursa saham Asia berjuang keras mencari pijakan di tengah belum adanya pemicu pasar yang tegas. Hingga Rabu sore, para pelaku pasar memilih bersikap konservatif usai negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali berujung tanpa hasil konkret.

    Sentimen hati-hati semakin tebal menjelang serangkaian keputusan penting. Investor menanti arah suku bunga dari sejumlah bank sentral, data makroekonomi kunci, serta laporan kinerja kuartalan emiten besar. Semua itu berpuncak pada tenggat waktu penting—1 Agustus—di mana Presiden AS Donald Trump dijadwalkan mengumumkan besaran tarif impor terbaru terhadap sejumlah mitra dagang.

    Federal Reserve diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga dalam pertemuan kebijakan moneter pekan ini. Namun dinamika internal di tubuh bank sentral menunjukkan potensi perbedaan suara, terutama dari anggota yang lebih dovish dan cenderung mendukung penurunan biaya pinjaman.

    Dengan pasar tenaga kerja AS mendekati kondisi kesempatan kerja penuh, mayoritas pejabat The Fed memilih menunggu. Mereka ingin menakar dampak kebijakan tarif terhadap inflasi secara lebih komprehensif, ujar Tom Kenny, ekonom senior internasional di ANZ, Sydney, kepada Reuters.

    Dalam sebuah podcast, Kenny menyampaikan kekhawatiran beberapa pejabat bahwa lonjakan tarif bisa menyalakan api inflasi jangka menengah. “Alih-alih hanya efek sesaat, harga bisa tertekan lebih lama,” katanya. Ia memproyeksikan peluang pemangkasan suku bunga baru akan terbuka di pertemuan The Fed bulan September mendatang.

    Sementara itu, Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat memperpanjang masa gencatan senjata tarif selama 90 hari. Meski belum ada gebrakan besar, kesepakatan itu membuka celah negosiasi lanjutan. Namun keputusan akhir tetap berada di tangan Presiden Trump—apakah memperpanjang gencatan senjata yang akan berakhir pada 12 Agustus, atau justru membiarkan tarif kembali melonjak hingga ke level tiga digit.

    Dari Asia Selatan, India tengah bersiap menghadapi tarif baru dari AS yang diperkirakan berada di kisaran dua puluh hingga dua puluh lima persen untuk beberapa produk ekspor unggulannya. Dua sumber pemerintah India menyebutkan penundaan konsesi perdagangan menjadi alasan utama meningkatnya tensi tersebut.

    Di belahan timur, tiga pejabat tinggi kabinet Korea Selatan melakukan lawatan ke Washington untuk bertemu Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Upaya itu diyakini sebagai langkah terakhir dalam menjembatani kesepakatan perdagangan bilateral.

    Performa Bursa Asia: Campuran Optimisme dan Kekhawatiran

    Nikkei 225 (Jepang): Turun nol koma nol lima persen ke 40.654

    Topix (Jepang): Naik nol koma empat puluh persen ke 2.920

    Shanghai Composite (Tiongkok): Naik nol koma satu tujuh persen ke 3.615

    Shenzhen Component (Tiongkok): Turun nol koma tujuh puluh tujuh persen ke 11.203

    CSI300 (Tiongkok): Melemah nol koma nol dua persen ke 4.151

    Hang Seng (Hong Kong): Ambles satu koma tiga enam persen ke 25.176

    Kospi (Korsel): Menguat nol koma tujuh empat persen ke 3.254

    Taiex (Taiwan): Naik satu koma dua belas persen ke 23.461

    ASX200 (Australia): Menguat nol koma lima sembilan persen ke 8.756

    Pergerakan Mata Uang Asia: Rupiah Stabil, Rupee Terpukul

    Yen Jepang naik nol koma dua delapan persen menjadi 148,04 per dolar AS

    Dolar Singapura (SGD) naik tipis nol koma nol satu persen ke 1,2877 per dolar AS

    Dolar Australia (AUD) terkoreksi nol koma satu lima persen ke 0,65 per dolar AS

    Rupiah Indonesia menguat nol koma nol dua persen ke 16.405 per dolar AS

    Rupee India merosot nol koma tujuh puluh persen ke 87,4263 per dolar AS

    Yuan Tiongkok menguat nol koma nol delapan persen ke 7,1825 per dolar AS

    Ringgit Malaysia turun nol koma satu sembilan persen ke 4,2425 per dolar AS

    Baht Thailand melemah nol koma dua dua persen ke 32,478 per dolar AS

    Pasar keuangan Asia tengah berada dalam fase penantian. Para pelaku pasar memelototi manuver kebijakan global yang sarat konsekuensi. Sementara arah pergerakan IHSG hari berikutnya akan sangat ditentukan oleh respons investor terhadap dinamika eksternal yang terus berkembang.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.