KABARBURSA.COM - IHSG ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat, 20 Juni 2025, dengan koreksi sebesar 61,50 poin atau 0,88 persen ke level 6.907,14. Turun dibanding pada saat sesi pembukaan tadi pagi, yakni Rp6.950 per lembarnya.
Sepanjang hari, indeks bergerak dalam rentang 6.873,72 sebagai titik terendah dan 6.956,80 sebagai level tertingginya. Volume transaksi di seluruh pasar mencapai 348,53 juta lot dengan nilai transaksi harian Rp22,24 triliun dan frekuensi sebanyak 1,19 juta kali.
Sementara itu, di pasar reguler tercatat sebanyak 332,12 juta lot berpindah tangan dengan nilai transaksi Rp21,57 triliun.
Investor asing membukukan aksi jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp1,3 triliun di pasar reguler. Total pembelian investor asing tercatat Rp3,27 triliun, sementara penjualan mencapai Rp4,57 triliun.
Pangsa pasar hari ini didominasi oleh investor domestik sebesar 69,95 persen, sementara investor asing berkontribusi sebesar 30,05 persen dari total nilai transaksi.
Mengutip data RTI ada setidaknya 231 saham mengalami kenaikan, 386 saham anjlok dan 190 mengalami stagnan.
Di papan top gainer, saham PT Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) dari sektor industri dasar melonjak 34,12 persen ke level Rp228. Disusul oleh PT Master Print Tbk (PTMR), emiten sektor industri lainnya yang menguat 34,08 persen ke harga Rp240.
Saham PT Asia Sejahtera Mina Tbk (AGAR) dari sektor non-siklikal juga naik 24,77 persen ke posisi Rp272. PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) dari sektor energi turut menguat 22,52 persen ke harga Rp136, dan PT FOLK Multi Garam Utama Tbk (FOLK) yang bergerak di sektor non-siklikal terkerek naik 22,03 persen ke Rp72.
Sebaliknya, tekanan jual membebani sejumlah saham, termasuk PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dari sektor transportasi yang anjlok 15,00 persen ke Rp1.700. Saham PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI) dari sektor teknologi melemah 14,94 persen ke Rp131.
PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT), emiten sektor kesehatan, terkoreksi 14,93 persen ke Rp376. Saham PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) dari sektor non-siklikal turut turun 14,53 persen ke Rp147.
Sementara itu, saham PT MD Entertainment Tbk (FILM) dari sektor siklikal merosot 14,11 persen ke level Rp2.070.
Sektor Transportasi Bergairah, Menguat 1,57 Persen
Dari sisi sektoral, sektor transportasi menjadi satu-satunya yang ditutup di zona hijau dengan penguatan 1,57 persen. Sementara itu, sektor yang mencatatkan pelemahan terdalam adalah sektor industri dasar yang turun 1,82 persen, disusul infrastruktur yang melemah 1,29 persen dan properti yang terkoreksi 1,26 persen.
Sektor energi juga melemah 0,95 persen, sektor kesehatan turun 0,84 persen, sektor keuangan turun 0,57 persen, dan sektor siklikal serta non-siklikal masing-masing turun 0,53 persen dan 0,66 persen. Sektor teknologi dan sektor industri mencatatkan koreksi tipis masing-masing sebesar 0,16 persen dan 0,11 persen.
Pelemahan IHSG hari ini mencerminkan tekanan lanjutan dari aksi jual investor, khususnya asing, yang masih mencermati arah kebijakan global dan perkembangan makroekonomi domestik menjelang akhir kuartal kedua 2025. Sekaligus bebarngan dengan semakin memanasnya konflik Timur Tengah antara Iran dan Israel.
Hindari Saham di Sektor ini
Analis pasar modal dan Founder Stocknow.id Hendra Wardana, mengimbau para investor tetap perlu selektif di tengah tekanan terhadap IHSG hari ini.
Ia berpendapat ada beberapa sektor yang perlu dihindari. Misal, sektor transportasi udara dan logistik karena rentan terhadap lonjakan harga minyak serta gangguan rantai pasok akibat geopolitik.
"Sektor properti mewah dan konstruksi besar juga sensitif terhadap pelemahan rupiah dan tekanan fiskal," kata dia.
Selain itu, ia berpendapat saham-saham big cap perbankan juga bisa mengalami tekanan sementara akibat sentimen negatif terhadap rupiah dan ekspektasi yield.
Sebaliknya, Hendra memandang sektor energi dan komoditas seperti ANTM (target 3.660), ESSA (trading buy, target 780), dan BRPT (target 1.630) tetap potensial, terutama karena naiknya ekspektasi terhadap harga emas, nikel, dan amonia sebagai dampak dari potensi krisis energi.
"Saham defensiif di sektor konsumer (ICBP, MYOR, SIDO) serta telko dan tower (TLKM, TOWR) juga menarik untuk akumulasi, karena cenderung tidak terdampak langsung oleh volatilitas global dan tetap mencetak profit stabil. Saham-saham pembagi dividen besar seperti CTBN dan NCKL juga bisa menjadi penyeimbang risiko dalam portofolio," ungkapnya.
Untuk strategi investasi, Hendra menyarankan investor jangka pendek fokus pada saham-saham sektor komoditas dan defensif yang sedang koreksi sehat, serta disiplin dalam manajemen risiko dengan stop loss ketat dan take profit cepat.
"Untuk jangka menengah, investor dapat mulai mengakumulasi saham-saham unggulan yang sudah turun dari puncak, terutama menjelang rilis laporan keuangan semester I," tuturnya, di tengah bayang-bayang pelemahan IHSG hari ini.
Sedangkan untuk jangka panjang, kata dia, strategi dollar-cost averaging di saham-saham sektor energi transisi, telekomunikasi, dan konsumer staples yang berbasis fundamental kuat sangat layak dipertimbangkan, sembari memantau perkembangan geopolitik dan kondisi fiskal dalam negeri.
"Dengan demikian, meskipun kondisi pasar saat ini menantang, peluang tetap terbuka bagi investor yang disiplin, adaptif, dan selektif dalam memilih sektor dan timing masuk," pungkasnya. (*)