Logo
>

IHSG Menguat 1,51 Persen di Tengah Perdagangan Sepekan yang Bervariasi

Rata-rata frekuensi transaksi harian tercatat turun 4,46 persen menjadi 1,36 juta kali transaksi, dari sebelumnya 1,42 juta.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Menguat 1,51 Persen di Tengah Perdagangan Sepekan yang Bervariasi
Papan pantau di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 19 hingga 23 Mei 2025 mencatat kinerja yang bervariasi. Meskipun beberapa indikator menunjukkan pelemahan, kapitalisasi pasar dan indeks harga saham utama justru menutup pekan dengan penguatan.

Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menyampaikan bahwa kenaikan tertinggi dalam periode ini terjadi pada kapitalisasi pasar, yang melonjak 1,97 persen menjadi Rp12.561 triliun. Angka tersebut naik dari posisi Rp12.318 triliun pada pekan sebelumnya.

“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatat penguatan signifikan sebesar 1,51 persen, ditutup di level 7.214,163, naik dari 7.106,526 pada akhir pekan lalu,” ungkap Kautsar dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/5).

Namun demikian, sejumlah indikator perdagangan lainnya justru menunjukkan tren penurunan. Rata-rata frekuensi transaksi harian tercatat turun 4,46 persen menjadi 1,36 juta kali transaksi, dari sebelumnya 1,42 juta. Nilai transaksi harian juga mengalami penurunan 12,51 persen menjadi Rp14,52 triliun dibanding pekan sebelumnya yang mencapai Rp16,59 triliun.

Tak hanya itu, volume transaksi harian saham turut menyusut. Selama sepekan, volume tercatat sebanyak 22,78 miliar lembar saham, anjlok 24,15 persen dibandingkan 30,02 miliar lembar pada minggu sebelumnya.

Dari sisi investor asing, BEI mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp589,43 miliar pada Jumat (23/5). Namun secara kumulatif sepanjang tahun berjalan, tercatat masih ada penjualan bersih oleh investor asing senilai Rp46,66 triliun.

Wall Street Terpukul Sentimen Tarif Trump terhadap Eropa

Sementara itu, pasar saham Amerika Serikat menutup pekan ini di zona merah. Sentimen negatif dipicu oleh pernyataan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang mengusulkan pengenaan tarif baru sebesar 50 persen terhadap produk-produk asal Eropa.

Langkah tersebut memicu kekhawatiran akan kembalinya ketegangan dagang global. Tiga indeks utama Wall Street, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq, kompak mencatat penurunan mingguan di atas 2 persen. Tekanan terutama datang dari saham sektor teknologi, layanan komunikasi, dan barang konsumsi non-primer.

“Saya akan beri judul hari ini: ‘Yah, Mulai Lagi!’,” ujar James St. Aubin, Chief Investment Officer di Ocean Park Asset Management, Santa Monica, seperti dikutip Reuters. 

“Trump memanaskan lagi isu tarif terhadap Uni Eropa dan Apple. Pasar tadinya berharap masa perang dagang telah berlalu, tapi ternyata masih menyisakan bara,” lanjut dia.

Saham Apple (AAPL.O) menjadi salah satu yang paling terdampak, ditutup turun 3 persen ke posisi terendah dalam dua pekan. Trump memperingatkan bahwa iPhone yang dirakit di luar negeri bisa dikenai tarif hingga 25 persen jika dirinya kembali ke Gedung Putih.

Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 4,4 basis poin ke level 4,509 persen, setelah sebelumnya menyentuh titik tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent, menyebut bahwa proposal dagang terbaru Uni Eropa masih belum memenuhi ekspektasi Trump. Ia menilai ancaman tarif ini bisa menjadi pemicu agar Eropa lebih proaktif dalam bernegosiasi.

Penutupan Indeks AS pada Akhir Pekan:

  • Dow Jones turun 256,02 poin (0,61 persen) ke 41.603,07
  • S&P 500 turun 39,19 poin (0,67 persen) ke 5.802,82
  • Nasdaq Composite turun 188,53 poin (1,00 persen) ke 18.737,21

Selama sepekan, Dow Jones merosot 2,47 persen, S&P 500 turun 2,61 persen, dan Nasdaq terkoreksi 2,48 persen.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.