Logo
>

IHSG Menguat ke 8.081 di Sesi I, Rupiah Justru Melemah

IHSG menanjak ke 8.081 pada sesi I dipimpin sektor properti, bahan baku, dan energi, sementara rupiah melemah ke Rp16.650 per dolar AS di tengah sentimen global.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Menguat ke 8.081 di Sesi I, Rupiah Justru Melemah
IHSG menutup perdagangan sesi pertama, Selasa, 23 September 2025, menguat ke level 8.081. Foto: KabarBursa.com/Desty Luthfiani.

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi pertama perdagangan Selasa, 23 September 2025, dengan penguatan meyakinkan. IHSG bergerak mendaki 41,50 poin atau 0,52 persen ke level 8.081,54. 

Kenaikan ini membawa IHSG mendekati level psikologis 8.100 sekaligus menunjukkan solidnya minat beli di pasar domestik. 

Sepanjang sesi, indeks bergerak dalam rentang 8.039,95 hingga 8.088,80, dengan nilai transaksi mencapai Rp21,48 triliun, termasuk Rp9,31 triliun dari transaksi negosiasi. Aktivitas pasar juga tampak seimbang dengan 385 saham menguat, 260 melemah, dan 158 stagnan.

Katalis utama penguatan IHSG berasal dari sektor properti dan real estat yang melesat 2,05 persen, didukung aliran dana investor yang semakin percaya pada prospek pembangunan dan insentif pemerintah. 

Sektor bahan baku juga naik signifikan sebesar 1,13 persen, diikuti energi yang bertambah 1,08 persen, dan keuangan yang menguat 0,82 persen. 

Sebaliknya, hanya sektor infrastruktur yang mencatat penurunan tipis 0,01 persen, sementara sektor lainnya bergerak variatif dengan kecenderungan positif.

Dari sisi emiten, saham yang menjadi bintang di sesi pertama antara lain JARR, SKBM, dan EMAS yang masing-masing menguat 25 persen, diikuti FISH, ITIC, GPSO, dan TEBE dengan kenaikan hampir menyentuh batas auto reject atas (ARA). 

Di sisi lain, saham XILV terkoreksi 11,28 persen dan menjadi top loser, bersama TALF dan SURE yang masing-masing turun lebih dari 10 persen.

Perbedaan tajam antara top gainer dan top loser ini memperlihatkan betapa selektifnya aliran dana asing dan domestik, dengan kecenderungan mengincar saham-saham berfundamental kuat serta yang terkait komoditas emas dan energi.

Saham-saham paling aktif berdasarkan nilai transaksi didominasi emiten berkapitalisasi besar dan sektor komoditas. BUMI mencatat lonjakan harga hingga 12,40 persen menjadi Rp136 dengan volume fantastis 106,42 juta lot. 

Disusul HMSP yang melonjak 8,13 persen ke Rp865, BBCA yang naik 2,27 persen ke Rp7.900, serta ANTM dan BRMS yang ikut menopang sentimen positif di sektor tambang. Dari sisi volume, GOTO, CPRO, dan DEWA juga masuk daftar paling aktif. Artinya, ada rotasi dana yang merata di saham-saham lapis dua dan tiga.

Rupiah Tertekan, Hang seng Terkoreksi, Emas Bertahan di Level Tertinggi

Di pasar valas, rupiah justru bergerak tertekan. Kurs JISDOR melemah 29 poin ke Rp16.607 per dolar AS, sementara di pasar spot rupiah diperdagangkan di kisaran Rp16.600–Rp16.650. 

Tekanan terhadap rupiah terjadi meski IHSG bergerak positif, mencerminkan dominasi faktor eksternal terutama ekspektasi kebijakan The Fed dan ketidakpastian global. Investor menanti pidato Ketua The Fed Jerome Powell, yang dinilai akan memberikan arah baru terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan.

Dari bursa regional, pergerakan masih campuran. Indeks TAIEX Taiwan naik 1,46 persen, sementara Hang Seng dan Shanghai Composite justru terkoreksi lebih dari 1 persen. Pasar Jepang libur, sementara bursa Amerika Serikat ditutup variatif dengan indeks berjangka bergerak tipis di zona merah. 

Di sisi komoditas, harga minyak relatif stabil, sementara emas bertahan di level tinggi setelah mencatat rekor seiring melemahnya dolar AS dan spekulasi pemangkasan suku bunga.

Secara keseluruhan, sesi pertama perdagangan hari ini menunjukkan IHSG masih memiliki momentum penguatan berkat rotasi sektor properti, bahan baku, dan energi, meskipun rupiah berada dalam tekanan. 

Sentimen global, khususnya dari kebijakan moneter AS dan dinamika harga komoditas, akan tetap menjadi faktor penentu arah pasar di sesi berikutnya. Bagi investor, kondisi ini menghadirkan peluang di saham-saham sektor komoditas dan perbankan, dengan tetap mewaspadai fluktuasi rupiah yang bisa menjadi variabel pengganggu.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79