KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis sebesar 0,29 persen atau naik 20 poin ke level 7.085 pada perdagangan hari ini, Selasa, 3 Juni 2025.
Mengutip data RTI Business, pada pembukaan pagi ini volume perdagangan mencapai 302,680 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp334.138 miliar.
Menguatnya IHSG tidak lepas dari 176 saham yang menghijau, sementara 113 saham di zona merah, dan 251 saham mengalami stagnan.
Sementara itu merujuk data Stockbit, saham PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) tampil sebagai top gainer dengan lonjakan harga signifikan sebesar 21,79 persen ke level Rp950 per saham.
Di bawah INRU terdapat PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) yang naik hingga 19,17 persen ke harga Rp143. Di posisi ketiga, PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) juga menguat 10,77 persen ke Rp432,
Saham konstruksi PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) turut mengalami kenaikan 9,64 persen ke Rp91, sedangkan PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG) mencatat penguatan 9,40 persen ke level Rp640.
Sebaliknya di jajaran top loser, saham PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) memimpin koreksi dengan penurunan 9,34 persen ke Rp2.330.
Disusul oleh saham PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP) yang melemah 9,09 persen ke Rp10, dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) yang turun 6,92 persen ke Rp20.525.
Seiring dengan sentimen positif, sektor-sektor industri dasar dan energi mencatat kenaikan masing-masing sebesar 0,71 persen dan 0,62 persen.
Sektor keuangan dan infrastruktur justru menunjukkan pelemahan masing-masing sebesar -0,05 persen dan -0,39 persen. Sedangkan sektor transportasi dan industri mencatat koreksi ringan masing-masing -0,19 persen dan -0,22 persen.
Seperti diketahui, IHSG ditutup melemah sebesar 1,54 persen ke level 7.065 pada perdagangan Senin, 2 Juni 2025.
Analis pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana memperkirakan tekanan terhadap IHSG masih bisa berlanjut dalam jangka pendek, terutama karena belum adanya katalis kuat yang mampu membalikkan sentimen secara menyeluruh.
"Dengan demikian, IHSG berpotensi menguji support psikologis di level 7.000 atau bahkan turun ke kisaran 6.950 dalam waktu dekat. Level resisten terdekat kini berada di 7.200," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com dikutip, Selasa, 3 Juni 2025.
Hendra menerangkan kejatuhan IHSG tersebut disebabkan kombinasi sejumlah sentimen negatif, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari domestik, tekanan IHSG datang dari data inflasi yang menunjukkan deflasi sebesar -0,37 persen secara bulanan, yang menjadi deflasi ketiga sepanjang tahun ini.
"Meskipun secara tahunan inflasi masih tercatat 1,60 persen, namun tren deflasi mengindikasikan adanya potensi pelemahan daya beli masyarakat, yang bisa menjadi sinyal buruk bagi kinerja konsumsi domestik ke depan," ujar dia.
Ditambah lagi, kata Hendra, data aktivitas manufaktur Indonesia (PMI) Mei kembali kontraksi di level 47,4, menunjukkan bahwa sektor industri belum sepenuhnya pulih, bahkan permintaan baru justru turun tajam, terdalam sejak Agustus 2021.
Sementara dari eksternal, ia melihat tekanan terhadap IHSG disebabkan ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat seiring kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang memicu kekhawatiran global.
"Termasuk dampak terhadap neraca perdagangan Indonesia yang anjlok menjadi hanya USD150 juta pada April 2025 dari USD4,3 miliar pada Maret," jelasnya.
Hendra menilai, kekhawatiran ini diperparah dengan munculnya kembali isu penyebaran varian baru Covid-19 di beberapa negara Asia, memicu risk-off di pasar saham regional.
Tak heran, kondisi tersebut membuat asing mencatatkan net sell signifikan senilai Rp2,73 triliun dan IHSG ditutup melemah tajam 1,54 persen ke level 7.065. (*)