KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis pada perdagangan Selasa, 4 November 2025, naik 10,08 poin atau 0,12 persen ke level 8.285,16. Sepanjang sesi, indeks sempat bergerak fluktuatif dengan mencatat level tertinggi di 8.295,45 dan terendah di 8.275,95. Total volume transaksi mencapai 6,33 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp639,9 miliar dari 67,91 ribu transaksi di seluruh pasar.
Investor asing kembali menunjukkan minat beli yang kuat dengan mencatat net buy senilai Rp1,03 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, pembelian asing di pasar reguler mencapai Rp999,56 miliar, sedangkan di pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp35,36 miliar. Secara keseluruhan, investor domestik mendominasi transaksi sebesar 70,53 persen, sementara investor asing berkontribusi 29,47 persen.
Dari sisi sektoral, penguatan IHSG ditopang oleh saham-saham teknologi yang naik 0,58 persen, diikuti sektor infrastruktur yang meningkat 0,52 persen, serta siklus konsumsi yang menguat 0,53 persen. Sementara itu, sektor properti terkoreksi paling dalam sebesar 2,67 persen, menjadi satu-satunya penekan utama indeks hari ini.
Saham-saham pemenang hari ini dipimpin oleh PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI)*yang melesat 25 persen ke harga 320 per saham, disusul PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI) yang naik 18,46 persen ke 308, dan PT Guna Timur Raya Tbk (TRUK) yang menguat 17,01 persen ke 344.
Sementara di jajaran saham yang tertekan, PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) anjlok 14,80 persen ke 8.350, diikuti PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) turun 8,50 persen ke 915, dan PT Era Graharealty Tbk (IPAC) melemah 8,12 persen ke 294.
Analis pasar modal menilai pergerakan IHSG hari ini masih berada dalam fase konsolidasi menjelang rilis data ekonomi global dan domestik pekan ini.
IHSG Bakal Bergerak Fluktuatif
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak fluktuatif pada pekan pertama November 2025. Pergerakan indeks disebut akan dipengaruhi oleh padatnya rilis data ekonomi domestik kunci, termasuk pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025, indeks PMI manufaktur, dan inflasi Oktober.
Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa rilis data ekonomi pekan ini menjadi katalis utama bagi pasar, di tengah sentimen global yang mulai membaik setelah pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Donald Trump di Busan, Korea Selatan, akhir Oktober lalu.
“Meskipun pertemuan Presiden Xi Jinping dan Trump serta kebijakan The Fed yang menghentikan Quantitative Tightening menjadi sentimen positif, trader perlu waspada terhadap padatnya rilis data ekonomi domestik pekan ini. Money management dan risk management menjadi kunci utama,” ujar Imam Gunadi dikutip Selasa, 4 November 2025.
Imam menyarankan agar investor dengan orientasi jangka pendek tetap fokus pada saham defensif dan emiten dengan kinerja solid, sementara investor jangka panjang disarankan memanfaatkan momentum rilis laporan keuangan kuartal III untuk mengevaluasi performa portofolio. “Musim laporan keuangan adalah waktu penting untuk menilai apakah kinerja emiten sesuai target, dan mencari saham yang berpotensi turn around,” tambahnya.
Secara makroekonomi, konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 berada di kisaran 4,8 persen, menunjukkan potensi perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara itu, indeks PMI manufaktur terakhir turun dari 51,5 ke 50,4, menandakan pelemahan aktivitas produksi.
Dari sisi harga, inflasi Oktober diperkirakan melandai menjadi 2,59 persen year-on-year dari 2,65 persen pada September, mencerminkan stabilitas harga yang relatif terjaga.
Sentimen global turut mendukung pasar setelah AS dan China mencapai kesepakatan dagang di Busan. Amerika Serikat sepakat menurunkan tarif impor produk China dari 57 persen menjadi 47 persen, sementara China berkomitmen membeli kembali 12 juta ton kedelai AS hingga Januari 2026.
Di pasar domestik, IHSG mencatatkan net buy asing sebesar Rp2,2 triliun pada pekan lalu, seiring membaiknya persepsi investor terhadap hubungan dagang kedua negara tersebut.
Secara teknikal, IPOT memproyeksikan IHSG berpotensi menguji level resistensi di 8.354 jika data ekonomi menunjukkan stabilitas dan mendukung persepsi positif terhadap daya tahan ekonomi nasional. Namun, jika rilis data pertumbuhan ekonomi menandakan perlambatan lebih dalam dari ekspektasi, IHSG berpotensi menguji area support di 7.959.
“Pergerakan IHSG pekan ini akan dinamis, tergantung pada hasil rilis data ekonomi dan arah sentimen global. Investor perlu tetap disiplin dan mengatur strategi sesuai profil risikonya,” kata Imam.(*)