Logo
>

IHSG Rebound tapi Uptrend Masih Jauh, ini Sebabnya!

Founder WH Project, William Hartanto, menilai kondisi ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di pasar saham

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IHSG Rebound tapi Uptrend Masih Jauh, ini Sebabnya!
Praktisi pasar modal dan founder WH Project, William Hartanto, sebagai narasumber dalam Dialog Analis di program Kabar Bursa Hari Ini, Rabu, 19 Maret 2025. (Foto: Kabarbursa)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi mengalami teknikal rebound setelah mengalami penurunan signifikan pada perdagangan sebelumnya. Praktisi pasar modal sekaligus founder WH Project, William Hartanto, menilai kondisi ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di pasar saham.

    “Kalau turunnya signifikan seperti kemarin, akan ada teknikal rebound. Jadi ini kondisi yang sudah umum terjadi dan sudah terekspektasi untuk hari ini, walaupun memang masih di bawah level psikologi,” ujar William, sebagai dalam Dialog Analis di program Kabar Bursa Hari Ini, Rabu, 19 Maret 2025.

    Menurutnya, IHSG berpotensi mencapai level psikologis dalam sisa dua hari perdagangan pekan ini, meskipun kemungkinan tersebut masih terbatas. Salah satu sentimen yang disambut positif oleh pasar adalah kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengizinkan buyback saham oleh emiten untuk meredam tekanan jual.

    “Hal ini memicu optimisme pasar karena ada peran dari emiten dalam membeli sahamnya sendiri. Namun, volume perdagangan hari ini masih kecil, sehingga penguatan yang terjadi diperkirakan masih bersifat terbatas,” jelasnya.

    William menambahkan bahwa sejak November 2024, tren IHSG cenderung melemah dan belum menunjukkan tanda-tanda perubahan menuju tren naik. “Pergerakan IHSG masih dalam tren pelemahan dan belum kembali ke fase uptrend,” pungkasnya.

    Dengan kondisi ini, investor diimbau untuk tetap mencermati pergerakan pasar dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi.

    Salah satu sentimen positif datang dari kebijakan OJK yang mengizinkan buyback saham oleh emiten, meski volume perdagangan yang masih rendah membuat pemulihan belum cukup kuat. 

    Tren IHSG sejak November 2024 masih menunjukkan pelemahan, sehingga investor disarankan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. 

    IHSG Ditutup Semringah

    IHSG ditutup menguat pada level 6.311, naik 1,42 persen dalam perdagangan Rabu, 19 Maret 2025. Berdasarkan data RTI Business, indeks menunjukkan tren positif sejak awal perdagangan, dengan titik terendah di 6.147 dan tertinggi di 6.332.

    Seiring dengan penguatan IHSG, tercatat 352 saham menguat, sementara 209 saham melemah, dan 241 saham stagnan. Aktivitas perdagangan hari ini mencatatkan volume sebesar 18,38 miliar lembar saham dengan total transaksi mencapai Rp14,176 triliun.

    Menurut data dari Stockbit, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat nilai transaksi terbesar, mencapai Rp1,753,60 triliun. Di posisi berikutnya ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan transaksi Rp1,299,29 triliun, serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp1,242,98 triliun.

    Dari sisi volume perdagangan, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi yang paling banyak diperdagangkan dengan total 1,47 miliar lembar saham. Di bawahnya, terdapat saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) sebanyak 741,64 juta lembar, serta PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan volume 383,08 juta lembar.

    Berdasarkan sektor, saham teknologi mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 9,59 persen, disusul sektor energi yang naik 1,66 persen dan sektor industri dasar yang bertambah 1,18 persen. Sebaliknya, sektor transportasi terkoreksi 0,23 persen, sementara sektor siklikal turun 0,12 persen.

    IHSG Berpeluang Pulih 

    IHSG masih memiliki potensi untuk bangkit dari tekanan, asalkan pemerintah segera mengambil langkah strategis. Seperti diketahui, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat dihentikan sementara setelah IHSG mengalami penurunan tajam pada Selasa, 18 Maret 2025.

    Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, memperkirakan IHSG berpeluang menguji level resistance di kisaran 6.500-6.700 dalam jangka menengah, terutama menjelang kuartal ketiga yang diprediksi menjadi momentum pemulihan.

    “Jika tekanan jual terus berlanjut, indeks berisiko turun lebih dalam ke kisaran 5.900-6.000,” kata Hendra dalam wawancara dengan Kabarbursa.com di Jakarta, Rabu, 19 Maret 2025.

    Agar pemulihan dapat berlangsung lebih cepat, ia menyarankan pemerintah dan regulator segera mengambil tindakan. Langkah yang bisa dilakukan antara lain meningkatkan transparansi pasar dengan membuka broker summary, melonggarkan kebijakan fiskal, serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Menurutnya, implementasi kebijakan ini secara tepat akan meningkatkan peluang IHSG kembali ke jalur positif.

    “Jika langkah-langkah ini diterapkan dengan baik, kepercayaan investor akan pulih dan IHSG bisa keluar dari tekanan menuju tren pemulihan yang lebih kuat,” jelas Hendra.

    Ia juga mencatat bahwa pelemahan IHSG terjadi di tengah tren positif di bursa regional, yang menunjukkan bahwa tekanan terhadap indeks lebih disebabkan oleh faktor domestik ketimbang eksternal.

    Secara fundamental, Hendra menilai ekonomi Indonesia masih cukup stabil, meskipun APBN mengalami defisit Rp31,2 triliun dan pendapatan negara menurun drastis.

    Namun, sentimen negatif seperti kontroversi RUU TNI, rumor pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta aksi jual besar-besaran pada saham konglomerasi seperti BREN (11,8 persen), TPIA (18,4 persen), dan DCII (20 persen) menjadi pemicu utama pelemahan IHSG. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".