KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan memasuki fase konsolidasi terbatas pada pekan perdagangan 10 hingga 14 November 2025 setelah pekan sebelumnya menembus rekor tertinggi di level 8.394.
Aksi beli bersih investor asing senilai Rp3,3 triliun dan data ekonomi domestik yang solid menjadi pendorong utama reli IHSG di tengah tekanan pasar global.
Kinerja kuat pasar saham Indonesia kontras dengan bursa Wall Street yang terkoreksi akibat kekhawatiran terhadap valuasi tinggi saham-saham teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI).
“Pasar Indonesia menunjukkan resiliensi yang kuat. Investor asing melihat valuasi yang atraktif didukung pertumbuhan PDB 5,04 persen dan inflasi terkendali di 2,86 persen,” ujar Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah, di Jakarta, Senin, 10 November 2025.
Menurut data IPOT, aliran dana asing pekan lalu banyak masuk ke sektor perbankan dan telekomunikasi. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat akumulasi asing terbesar mencapai Rp1,2 triliun, disusul oleh PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp814 miliar.
“Sentimen rebalancing indeks MSCI menjadi salah satu pendorong utama masuknya dana asing, selain fundamental ekonomi domestik yang tetap solid,” jelas Hari.
Meski demikian, Hari mengatakan memasuki pekan ini IHSG diperkirakan bergerak sideways di kisaran support 8.260 dan resistance 8.620.
Menurutnya, pasar global cenderung berhati-hati menghadapi ketidakpastian arah kebijakan The Fed dan rilis data ekonomi Amerika Serikat yang berpotensi memicu volatilitas.
Dari dalam negeri, pelaku pasar juga akan mencermati kebijakan pemerintah terkait pengawasan rokok ilegal serta cukai hasil tembakau yang dapat memengaruhi sektor konsumer.
Selain faktor makro, pasar juga menanti dua katalis domestik yang dinilai mampu menggerakkan sentimen positif, yaitu rencana IPO Superbank yang dikabarkan berlangsung pada November ini, serta isu merger antara GRAB dan GOTO yang disebut melibatkan Badan Pengelola Investasi Dana Anagata Nusantara (Danantara) sebagai mitra strategis.
“Kedua isu ini berpotensi menjadi penggerak pasar positif, terutama untuk sektor teknologi dan finansial digital,” tambah Hari.(*)