KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi pertama perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025, dengan sedikit pelemahan, turun 7,33 poin atau 0,09 persen ke level 7.891. Pergerakan indeks sepanjang pagi hingga siang ini menunjukkan dinamika yang cukup terbatas.
IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.931,76 dan terendah di 7.875,38, sebelum akhirnya bertahan di bawah posisi penutupan sebelumnya yang berada di 7.898,38. Aktivitas perdagangan tergolong aktif dengan volume mencapai 269,33 juta lot saham dan nilai transaksi Rp10,24 triliun.
Jika ditelisik lebih dalam, pelemahan IHSG kali ini didorong terutama oleh kinerja negatif sektor keuangan, yang terkoreksi 0,14 persen dan menjadi satu-satunya sektor yang melemah. Sementara itu, sektor industri justru menjadi penopang dengan kenaikan signifikan sebesar 1,71 persen.
Saham-saham seperti KLBV, CSIS, MAYA, MFIN, MINE, BEER, dan LIFE mencatatkan penguatan tajam dan masuk jajaran top gainers. Di sisi lain, saham-saham berkapitalisasi besar seperti WIRG, ASLC, KBLV, ASII, CDIA, IOTF, dan BBCA mencatatkan aktivitas perdagangan paling ramai dan menjadi perhatian investor.
Pasar Asia Bergerak Variatif
Pelemahan tipis IHSG tidak bisa dilepaskan dari sentimen eksternal. Pasar Asia pada perdagangan hari ini cenderung bergerak variatif. Bursa Jepang, Nikkei 225, sedikit melemah 0,06 persen, sedangkan Topix naik tipis 0,09 persen.
Bursa China bergerak positif dengan Shanghai Composite dan Shenzhen Component masing-masing menguat 0,30 persen, sementara indeks CSI300 naik 0,13 persen. Hong Kong melalui Hang Seng juga bertambah 0,19 persen.
Sebaliknya, pasar Korea Selatan dan Taiwan justru mencatat pelemahan, masing-masing Kospi dan Taiex turun 0,58 persen. Bursa Australia pun ikut melemah 0,78 persen.
Pergerakan bursa global ini tidak lepas dari dua faktor utama: ketidakpastian geopolitik dan antisipasi kebijakan moneter Amerika Serikat.
Dari sisi geopolitik, pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengenai hasil positif pertemuan antara Donald Trump, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, dan mitra Eropa memang memberi sedikit harapan akan adanya upaya mengakhiri konflik Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Namun, pertemuan puncak sebelumnya antara Presiden AS dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska yang tidak menghasilkan kesepakatan berarti, tetap menyisakan awan ketidakpastian bagi pasar.
Selain itu, sorotan utama pekan ini adalah Simposium Jackson Hole yang akan digelar oleh The Federal Reserve pada 21–23 Agustus. Investor global menanti pidato Ketua The Fed Jerome Powell mengenai prospek ekonomi dan arah kebijakan suku bunga.
Pasar uang saat ini mencerminkan peluang 83,6 persen untuk penurunan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan The Fed 17 September mendatang. Ekspektasi dovish inilah yang memicu kehati-hatian investor, membuat pergerakan bursa Asia dan IHSG terkesan penuh perhitungan.
Sementara itu, dari pasar valuta asing, rupiah tercatat melemah 0,23 persen ke level Rp16.235 per dolar AS. Pergerakan ini kontras dengan beberapa mata uang Asia lain seperti yen Jepang, dolar Singapura, yuan Tiongkok, dan rupee India yang justru menguat tipis terhadap dolar AS.
Tekanan pada rupiah ikut menambah beban IHSG, mengingat sensitivitas investor asing terhadap volatilitas kurs.
Secara keseluruhan, sesi pertama perdagangan Selasa menandai fase konsolidasi IHSG yang cenderung berhati-hati di tengah campuran sentimen global dan regional. Meski pelemahan hanya tipis, dinamika ini mencerminkan bahwa pasar domestik belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang ketidakpastian global.
Investor tampaknya memilih untuk wait and see sambil menanti arah kebijakan The Fed, perkembangan geopolitik, serta tren pergerakan bursa global dalam beberapa hari ke depan.(*)