Logo
>

IHSG Sesi Satu Belum Rebound, Ternyata ini Pendorongnya

Ditulis oleh KabarBursa.com
IHSG Sesi Satu Belum Rebound, Ternyata ini Pendorongnya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merosot pada sesi I hari ini. Jumat 19 Juli 2024 IHSG turun 0,69 persen atau 50,28 poin ke 7.270,79 hingga akhir perdagangan sesi I di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Sembilan indeks sektoral menarik IHSG ke zona merah pada sesi ini. Sektor barang baku anjlok 1,55 persen. Sektor transportasi dan logistik jatuh 0,79 persen. Sektor infrastruktur merosot 0,68 persen. Sektor keuangan terpangkas 0,60 persen. Sektor teknologi tergelincir 0,59 persen. Sektor perindustrian melemah 0,46 persen. Sektor barang konsumsi nonprimer terpuruk 0,36 persen. Sektor barang konsumsi turun 0,28 persen. Sektor properti dan real estat turun 0,06 persen.

    Dua sektor masih mampu bertahan menguat saat IHSG melemah. Sektor energi menguat 0,39 persen. Sektor kesehatan naik 0,30 persen.

    Top Gainers LQ45 Hingga Siang Ini:

    • PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) +2,97 persen
    • PT Bukit Asam Tbk (PTBA) +1,53 persen
    • PT United Tractors Tbk (UNTR) +1,44 persen

    Top Losers LQ45:

    • PT Bank Jago Tbk (ARTO) -3,33 persen
    • PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) -2,89 persen
    • PT Indosat Tbk (ISAT) -2,56 persen

    Total volume transaksi bursa mencapai 7,53 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,56 triliun. Sebanyak 328 saham turun harga, sementara 192 saham menguat dan 256 saham stagnan.

    IHSG tercatat turun 0,77 persen dalam sepekan ini. Dalam lima hari perdagangan pekan ini, IHSG melemah selama empat hari dan hanya menguat sehari pada Kamis (18/7). Sejak awal tahun, IHSG juga melemah tipis 0,03 persen.

     

    Sentimen Negatif Pengaruhi IHSG 19 Juli 2024:

    Meskipun IHSG ditutup naik pada tanggal 19 Juli 2024, total volume transaksi bursa mencapai 7,53 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,56 triliun. Sebanyak 328 saham turun harga, sementara 192 saham menguat dan 256 saham stagnan.

    IHSG tercatat turun 0,77 persen dalam sepekan ini. Dalam lima hari perdagangan pekan ini, IHSG melemah selama empat hari dan hanya menguat sehari pada Kamis  18 Juli 2024. Sejak awal tahun, IHSG juga melemah tipis 0,03 persen.

    Sentimen pasar saham pada bulan Juli 2024 tampaknya kurang baik. Aksi jual masih mendominasi, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kondisi makroekonomi dan faktor eksternal lainnya, terdapat beberapa sentimen negatif yang dapat memengaruhi pergerakannya di masa depan:

    Bursa Asia mengalami pelemahan pada hari ini, terutama dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap resesi global. Hal ini dapat memberikan sentimen negatif bagi IHSG

    Inflasi di Amerika Serikat mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, yaitu 9,1 persen pada Juni 2024. Hal ini dapat mendorong Bank Sentral Amerika (The Fed) untuk menaikkan suku bunga secara agresif, yang dapat memperlambat ekonomi global dan memberikan tekanan pada pasar saham di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Ketidakpastian geopolitik, seperti perang di Ukraina dan ketegangan AS-China, masih terus berlanjut. Hal ini dapat meningkatkan volatilitas pasar dan memberikan sentimen negatif bagi investor.

    Pertumbuhan ekonomi China melambat pada kuartal II 2024, dipicu oleh kebijakan "nol-COVID" dan krisis properti. Hal ini dapat berdampak negatif pada ekonomi global dan memberikan sentimen negatif bagi IHSG, karena China merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.

    Harga komoditas pangan global mengalami kenaikan, terutama gandum dan minyak goreng. Hal ini dapat meningkatkan inflasi domestik dan memberikan tekanan pada daya beli masyarakat.

    Investor perlu mempertimbangkan berbagai sentimen negatif ini sebelum membuat keputusan investasi di pasar saham.

    Suku bunga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketika Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga, efeknya dapat dirasakan langsung oleh pasar saham. Berikut adalah beberapa pengaruh utama suku bunga terhadap harga saham.

    Kenaikan suku bunga biasanya meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan laba karena biaya bunga yang lebih tinggi harus dibayar oleh perusahaan. Penurunan laba ini sering kali direspon negatif oleh pasar, yang menyebabkan harga saham turun.

    Suku bunga yang lebih tinggi juga dapat mengurangi konsumsi dan investasi. Konsumen mungkin menunda pembelian barang-barang besar seperti rumah atau mobil, sementara investor mungkin menunda proyek investasi karena biaya pinjaman yang lebih mahal. Kedua hal ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan dan, pada akhirnya, penurunan harga saham.

    Suku bunga yang lebih tinggi membuat investasi dalam obligasi menjadi lebih menarik dibandingkan saham. Hal ini karena obligasi akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi, sementara saham menjadi kurang menarik bagi investor yang mencari pendapatan tetap. Akibatnya, investor mungkin menjual saham mereka untuk membeli obligasi, yang menyebabkan penurunan harga saham.

    Kenaikan suku bunga sering kali diartikan sebagai langkah untuk mengekang inflasi yang berlebihan. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan persepsi bahwa ekonomi mungkin melambat, meningkatkan risiko terhadap laba perusahaan di masa depan. Persepsi risiko yang meningkat ini dapat membuat investor lebih berhati-hati, yang berujung pada penurunan harga saham.

    Suku bunga digunakan sebagai faktor diskonto dalam valuasi saham. Ketika suku bunga naik, nilai kini dari arus kas masa depan yang diharapkan dari saham akan lebih rendah, yang membuat valuasi saham tersebut turun.

    Contoh nyata dari pengaruh ini dapat dilihat pada respons pasar saham terhadap pengumuman kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia. Ketika BI menaikkan suku bunga acuan, sering kali terjadi penurunan harga saham di berbagai sektor, terutama sektor yang sensitif terhadap perubahan biaya pinjaman, seperti properti dan konstruksi.

    Suku bunga memiliki dampak signifikan terhadap harga saham di BEI. Kenaikan suku bunga cenderung menekan harga saham melalui berbagai mekanisme, termasuk peningkatan biaya pinjaman, pengurangan konsumsi dan investasi, peningkatan daya tarik obligasi, persepsi risiko yang lebih tinggi, dan penurunan valuasi saham. Sebaliknya, penurunan suku bunga biasanya memiliki efek sebaliknya, mendukung kenaikan harga saham. Investor perlu mempertimbangkan kebijakan suku bunga saat membuat keputusan investasi mereka di pasar saham. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi