KABARBURSA.COM – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sesi pertama perdagangan Rabu, 29 Oktober 2025 ditutup melemah tipis 0,07 persen ke 8.086,58. Sebelumnya, IHSG sempat dibuka menguat di 8.107,38.
Indeks masih bergerak dalam rentang sempit di antara level 8.115,71–8.042,63. Sepertinya, pasar sedang mencari arah di tengah kombinasi aksi ambil untung dan sikap hati-hati investor menjelang pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di Amerika Serikat.
Dengan nilai transaksi mencapai Rp8,86 triliun dan volume sekitar 158,9 juta lot, aktivitas bursa tetap solid. Sejauh ini, investor tampak selektif memilih saham yang dianggap defensif dan memiliki katalis jangka pendek.
Salah satu hal yang menahan anjloknya IHSG di sesi siang Adalah pergerakan positif namun terbatas dari sektor perbankan. Bank Mandiri (BMRI) menutup sesi pertama di Rp3.430 per saham, naik 0,29 persen atau 10 poin.
Meskipun naik, volume transaksi jauh berada di bawah rata-rata volume hariannya yang berada di kisaran 170 juta saham, yaitu hanya 38,3 juta saham. Di sini terlihat betul bahwa pergerakan BMRI masih dalam fase konsolidasi, dengan sebagian investor institusional menahan aksi beli besar hingga ada kejelasan arah pasar global.
Meski begitu, tren jangka menengah BMRI tetap positif. Hal ini didukung oleh fundamental yang kuat, rasio kredit bermasalah yang terjaga, serta kinerja kuartal III yang masih menunjukkan pertumbuhan dua digit.
Kenaikan tipis ini juga menandakan bahwa investor melihat BMRI sebagai saham “penahan indeks” di tengah pelemahan IHSG yang cenderung teknikal.
Berbeda dengan BMRI, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) bergerak sedikit lebih agresif. Harga BBRI naik 0,89 persen atau 40 poin ke level Rp4.550 dengan volume 58,24 juta saham. Volume ini masih di bawah rata-rata volumenya 174 juta saham per hari.
Kenaikan harga terjadi seiring aliran dana masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar yang dianggap aman di tengah volatilitas indeks. Investor tampak melakukan positioning pada saham perbankan besar, karena sektor ini masih menjadi penerima manfaat langsung dari arah kebijakan suku bunga yang cenderung longgar.
Likuiditas perbankan yang kuat dan ekspektasi dividen stabil tetap menjadi alasan utama BBRI dilirik sebagai pelabuhan aman sementara IHSG bergerak mendatar.
Sektor Energi dan Industri Bergerak Variatif
Berbeda dengan dua saham bank pelat merah tersebut, saham sektor energi dan industri menunjukkan kinerja yang lebih bervariasi. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) justru melemah 0,93 persen ke level Rp535 per saham, setelah dibuka di Rp540 dan sempat menyentuh level tertinggi Rp545.
Volume transaksi hanya sekitar 54 ribu lot, dengan nilai perdagangan Rp2,9 miliar. Pergerakan tipis ini menunjukkan lemahnya minat beli di tengah tekanan sentimen global terhadap sektor petrokimia dan energi.
Harga minyak mentah dunia yang berfluktuasi, serta sinyal perlambatan ekonomi China, membuat saham-saham berbasis energi cenderung sideways. Meski demikian, BRPT masih menarik untuk jangka menengah karena eksposur investasinya ke proyek-proyek energi terbarukan dan integrasi industri hilir yang sedang berkembang di bawah Barito Renewables.
Sementara itu, saham PT Ratu Prabu Energi Tbk (RATU) juga menunjukkan pola serupa, melemah 0,71 persen ke level Rp7.000 per saham, setelah sempat menyentuh level tertinggi harian Rp7.200. Volume perdagangan mencapai 40,7 ribu lot dengan nilai transaksi sekitar Rp28,6 miliar.
Meski tekanan jual muncul, rentang pergerakan yang relatif sempit antara Rp6.975–Rp7.200 menunjukkan bahwa investor masih mempertahankan posisi di saham ini. Mereka juga sedang menunggu arah harga minyak global dan kabar terbaru dari proyek migas domestik yang sedang dikerjakan perusahaan.
Koreksi tipis pada RATU lebih mencerminkan aksi profit taking setelah reli signifikan sebelumnya, bukan sinyal pembalikan tren.
Jika dirangkai secara keseluruhan, komposisi pergerakan IHSG di sesi pertama hari ini memperlihatkan panggung rotasi sektor. Saham-saham perbankan besar seperti BBRI dan BMRI tetap menjadi penopang indeks, menjaga stabilitas pasar di tengah tekanan eksternal.
Sementara, saham-saham berbasis energi dan industri seperti BRPT dan RATU mulai terkoreksi, mencerminkan penyesuaian terhadap volatilitas harga komoditas global. Pelaku pasar tampaknya lebih memilih menunggu arah kebijakan moneter global sebelum menambah eksposur di saham-saham berisiko lebih tinggi.
Dengan IHSG yang masih bertahan di atas level 8.000 dan dua bank besar menahan laju pelemahan, sesi pertama hari ini menunjukkan pasar masih sehat secara teknikal. Namun, arah sesi kedua akan sangat bergantung pada respon global terhadap hasil FOMC dan pergerakan nilai tukar rupiah.
Jika tekanan jual mereda, peluang IHSG untuk kembali menguji level 8.100–8.120 tetap terbuka, dengan saham-saham perbankan kemungkinan menjadi motor penggeraknya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.