Logo
>

IHSG Siang Kokoh, Infrastruktur Jadi Penopang Utama

IHSG menguat ke 7.084 di sesi I perdagangan 14 Juli 2025, ditopang sektor infrastruktur dan energi, meski tekanan global meningkat akibat kebijakan tarif AS dan pelemahan rupiah.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Siang Kokoh, Infrastruktur Jadi Penopang Utama
Papan pantau menunjukkan garis hijau, artinya, IHSG bergerak naik saat itu. (Foto: Dok KabarBursa)

KABARBURSA.COM - Di tengah sentimen global yang kembali bergejolak, pasar saham Indonesia justru tampil cukup percaya diri. Hingga akhir sesi I perdagangan Senin, 14 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 36 poin atau naik 0,52 persen ke level 7.084.

Pergerakan ini menunjukkan bahwa pasar domestik masih punya daya tahan, meski tekanan dari luar kian nyata. Aktivitas transaksi di sesi pertama terbilang aktif, dengan volume mencapai 140,33 juta lot dan nilai transaksi menembus Rp11,09 triliun.

Beberapa saham yang mencatatkan penguatan tertinggi antara lain CDIA, NRCA, PSAT, BLOG, COIN, MERI, dan ASPI. Sementara itu, saham-saham seperti PTRO, PMUI, BRPT, BMRI, BREN, PSAT, dan MERI menjadi yang paling aktif ditransaksikan.

Kinerja positif IHSG banyak ditopang oleh sektor infrastruktur yang mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 4,12 persen. Sektor energi juga ikut menyumbang kekuatan dengan kenaikan 3,58 persen. 

Sebaliknya, sektor keuangan justru mencatatkan penurunan terdalam sebesar 1,69 persen, di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi tekanan margin dan biaya dana yang tinggi.

Pasar Asia Hati-hati, China Kasih Angin Segar

Sementara itu, dari kawasan Asia, sentimen investor cenderung variatif. Pasar bereaksi hati-hati terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kembali memberlakukan tarif 30 persen terhadap produk impor dari Uni Eropa dan Meksiko. 

Kebijakan ini diumumkan dan diterapkan secara mendadak selama akhir pekan, menambah ketegangan di tengah hubungan dagang global yang sudah cukup tegang.

Namun demikian, data perdagangan dari China memberi sedikit angin segar. Ekspor Negeri Tirai Bambu naik 5,8 persen secara tahunan pada Juni, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 5 persen. 

Lonjakan ini terjadi karena pelaku usaha mempercepat pengiriman barang untuk menghindari potensi kenaikan tarif pada Agustus mendatang. 

Di sisi lain, impor China juga tumbuh 1,1 persen. Memang sedikit di bawah ekspektasi, tetapi tetap menjadi sinyal positif karena membalikkan tren penurunan impor sepanjang tahun ini.

Dari Jepang, pesanan mesin inti pada Mei tercatat turun 0,6 persen secara bulanan. Meski demikian, angka ini lebih baik dari proyeksi kontraksi 1,5 persen. Secara tahunan, pesanan justru naik 4,4 persen, menunjukkan bahwa sektor industri Jepang tetap menunjukkan daya tahan meski ekonomi global tengah melambat.

Nikkei Stagnan, Shenshen Melemah

Secara keseluruhan, bursa saham Asia bergerak bervariasi. Indeks Nikkei 225 di Jepang stagnan, sementara Topix naik 0,25 persen. Di China, Shanghai Composite menguat 0,43 persen, diikuti CSI300 yang naik 0,22 persen.

Hang Seng di Hong Kong menguat tipis 0,11 persen, dan Kospi Korea Selatan naik 0,60 persen. 

Sebaliknya, indeks Taiex Taiwan dan Shenzhen Component China justru melemah masing-masing 0,73 persen dan 0,23 persen. Di Australia, ASX200 bergerak datar dengan penguatan 0,06 persen.

Pada pasar valuta, nilai tukar rupiah ikut tertekan dan melemah 0,20 persen ke posisi Rp16.250 per dolar AS. Pelemahan rupiah sejalan dengan tren di sejumlah mata uang Asia lainnya seperti dolar Singapura (SGD), dolar Australia (AUD), rupee India, dan ringgit Malaysia. 

Di sisi lain, yen Jepang dan baht Thailand justru mengalami penguatan tipis terhadap dolar AS.

Secara garis besar, pasar Indonesia masih menunjukkan ketahanan di tengah berbagai tekanan eksternal. Kombinasi dari kuatnya sektor infrastruktur dan energi, serta optimisme pelaku pasar domestik, membuat IHSG tetap bergerak di zona hijau. 

Namun, pelaku pasar tetap perlu mencermati dinamika global yang berkembang cepat, khususnya kebijakan dagang AS dan stabilitas nilai tukar di kawasan.

Kondisi hari ini menegaskan bahwa pasar domestik masih punya bantalan yang cukup kuat. Tapi kewaspadaan tetap diperlukan, karena arah angin global bisa berubah sewaktu-waktu.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79