KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan Selasa, 4 November 2025, tertekan aksi jual menjelang rebalancing indeks MSCI. IHSG turun 33,17 poin atau 0,40 persen ke level 8.241,91 setelah sempat menyentuh level tertinggi 8.317,08 dan terendah 8.225,91.
Total volume transaksi di seluruh pasar mencapai 280,36 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp19,15 triliun dari 2,34 juta transaksi. Investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp12,18 miliar di seluruh pasar, dengan nilai pembelian mencapai Rp2,48 triliun dan penjualan Rp2,47 triliun. Sementara itu, investor domestik masih mendominasi 72,17 persen dari total nilai transaksi.
Tekanan terbesar datang dari sektor properti yang anjlok 2,62 persen, diikuti sektor bahan baku yang turun 2,22 persen, serta teknologi yang melemah 1,15 persen. Sementara satu-satunya penopang indeks berasal dari sektor industri yang justru melonjak 3,62 persen, dipimpin saham manufaktur dan otomotif.
Di sisi lain, saham Chitose International Tbk (CINT) memimpin daftar top gainers setelah melesat 33,77 persen ke level 206. Disusul Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) yang naik 25 persen ke 320, dan Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) yang melonjak 24,86 persen ke 1.155. Saham Anabatic Technologies Tbk (ATIC) turut menguat 24,80 persen ke 780, dan Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) naik 22,22 persen ke 121.
Sementara saham yang paling merosot di antaranya First Media Tbk (KBLV) yang anjlok 14,92 persen ke 154, Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) turun 14,80 persen ke 8.350, dan Puri Sentul Permai Tbk (KDTN) terkoreksi 12,71 persen ke 158. Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) melemah 11,98 persen ke 169, sedangkan Anugerah Spareparts Sejahtera Tbk (AEGS) turun 10 persen ke 63.
Fluktuasi IHSG kali ini sangat dipengaruhi oleh penyesuaian portofolio investor asing menjelang rebalancing indeks MSCI yang dijadwalkan bulan ini.
Pelemahan IHSG berpotensi mereda jika aliran dana asing kembali masuk setelah penyesuaian MSCI rampung. Selain itu, stabilnya nilai tukar rupiah dan inflasi yang terkendali menjadi faktor pendukung pemulihan indeks dalam beberapa hari ke depan.
Pelaku pasar kini menanti rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 yang akan menjadi katalis utama arah pergerakan IHSG sepanjang pekan ini. Selama level psikologis 8.200 bertahan, analis memperkirakan potensi rebound teknikal masih terbuka, terutama di sektor industri dan keuangan yang relatif defensif terhadap fluktuasi global.
Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa rilis data ekonomi pekan ini menjadi katalis utama bagi pasar, di tengah sentimen global yang mulai membaik setelah pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Donald Trump di Busan, Korea Selatan, akhir Oktober lalu.
“Meskipun pertemuan Presiden Xi Jinping dan Trump serta kebijakan The Fed yang menghentikan Quantitative Tightening menjadi sentimen positif, trader perlu waspada terhadap padatnya rilis data ekonomi domestik pekan ini. Money management dan risk management menjadi kunci utama,” ujar Imam Gunadi dikutip Selasa, 4 November 2025.
Imam menyarankan agar investor dengan orientasi jangka pendek tetap fokus pada saham defensif dan emiten dengan kinerja solid, sementara investor jangka panjang disarankan memanfaatkan momentum rilis laporan keuangan kuartal III untuk mengevaluasi performa portofolio. “Musim laporan keuangan adalah waktu penting untuk menilai apakah kinerja emiten sesuai target, dan mencari saham yang berpotensi turn around,” tambahnya.
Secara makroekonomi, konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 berada di kisaran 4,8 persen, menunjukkan potensi perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara itu, indeks PMI manufaktur terakhir turun dari 51,5 ke 50,4, menandakan pelemahan aktivitas produksi.
Dari sisi harga, inflasi Oktober diperkirakan melandai menjadi 2,59 persen year-on-year dari 2,65 persen pada September, mencerminkan stabilitas harga yang relatif terjaga.
Sentimen global turut mendukung pasar setelah AS dan China mencapai kesepakatan dagang di Busan. Amerika Serikat sepakat menurunkan tarif impor produk China dari 57 persen menjadi 47 persen, sementara China berkomitmen membeli kembali 12 juta ton kedelai AS hingga Januari 2026.
Di pasar domestik, IHSG mencatatkan net buy asing sebesar Rp2,2 triliun pada pekan lalu, seiring membaiknya persepsi investor terhadap hubungan dagang kedua negara tersebut.
Secara teknikal, IPOT memproyeksikan IHSG berpotensi menguji level resistensi di 8.354 jika data ekonomi menunjukkan stabilitas dan mendukung persepsi positif terhadap daya tahan ekonomi nasional. Namun, jika rilis data pertumbuhan ekonomi menandakan perlambatan lebih dalam dari ekspektasi, IHSG berpotensi menguji area support di 7.959.
“Pergerakan IHSG pekan ini akan dinamis, tergantung pada hasil rilis data ekonomi dan arah sentimen global. Investor perlu tetap disiplin dan mengatur strategi sesuai profil risikonya,” kata Imam.(*)