Logo
>

IHSG Terkoreksi Sehat, Asing Jualan, Apa Langkah Kita?

IHSG masih dalam tren naik meskipun terkoreksi. Aksi jual asing terus berlanjut. Simak strategi, saham pilihan, dan sentimen yang memengaruhi pasar.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IHSG Terkoreksi Sehat, Asing Jualan, Apa Langkah Kita?
Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di main hall Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sehat pada perdagangan pekan lalu, meskipun berada dalam tren naik yang kuat (strong uptrend) sejak awal April 2025. 

    Sepanjang pekan, IHSG tercatat menguat tipis sebesar 0,25 persen dalam rentang pergerakan 6.812 hingga 6.970, sebelum akhirnya ditutup di level 6.832 pada Jumat, 9 Mei 2025.

    Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas atau IPOT, Indri Liftiany Travelin Yunus, mengatakan di tengah tren penguatan tersebut, investor asing justru melanjutkan aksi jual besar-besaran di pasar reguler dengan nilai net sell mencapai Rp1,8 triliun. Sejak 8 April hingga 9 Mei 2025, total dana asing yang keluar mencapai Rp9,3 triliun.

    Ia juga menjelaskan terdapat lima sektor yang mengalami pelemahan, sementara sisanya berhasil mencatatkan penguatan. Sektor bahan baku (basic materials) menjadi penopang utama laju indeks dengan kenaikan sebesar 4,91 persen. Di sisi lain, sektor teknologi menjadi pemberat utama dengan penurunan 1,85 persen.

    Indri menyebut bahwa koreksi yang terjadi merupakan bagian dari pergerakan teknikal yang sehat.

    “Koreksi ini diperlukan karena selama satu bulan terakhir IHSG terlalu cepat naik tanpa sempat membentuk base area pada level support-resistance maupun psikologisnya,” ujar Indri melalui keterangan tertulis pada Rabu, 14 Mei 2025.

    Menurutnya, koreksi tersebut justru dapat menjadi pijakan baru bagi IHSG untuk melanjutkan kenaikan ke depan. Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa pola pergerakan saat ini berada pada fase mark up with distribution.

    “Dalam jangka pendek, IHSG diprediksi bergerak variatif cenderung melemah dengan rentang support di 6.710 dan resistance di 7.030,” kata dia.

    IHSG pekan lalu didorong oleh beberapa sentimen positif. Dari mancanegara, perhatian investor tertuju pada pertemuan antara Amerika Serikat dan China di Swiss terkait negosiasi tarif dagang, keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga di level 4,25 persen hingga 4,50 persen, serta data PMI Final S&P500 Amerika Serikat untuk April yang turun ke 50,6 dari bulan sebelumnya 53,5.

    Sementara itu, sentimen domestik turut memberikan dukungan. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I 2025 tumbuh sebesar 4,87 persen secara tahunan, indeks kepercayaan konsumen naik tipis ke level 121,7, dan tingkat pengangguran pada Februari 2025 menurun menjadi 4,76 persen.

    Indri menjelaskan bahwa pelaku pasar saat ini cenderung berhati-hati, mengamati potensi dampak dari negosiasi Amerika Serikat–China. Ia menyebut jika tidak ada hasil konkret, maka risiko seperti peningkatan inflasi dan terhambatnya pertumbuhan ekonomi global dapat menjadi katalis negatif.

    Memasuki pekan ini yang hanya terdiri dari tiga hari perdagangan, yaitu 14 hingga 16 Mei 2025, pelaku pasar disarankan untuk mencermati beberapa data penting. 

    Dari global, perhatian tertuju pada inflasi Amerika Serikat bulan April yang diprediksi tetap di 2,4 persen secara tahunan. Indeks Harga Konsumen (CPI) diperkirakan naik menjadi 321,4 dari sebelumnya 319,7, sementara Indeks Harga Produsen (PPI) diproyeksi tumbuh 0,2 persen.

    Ia mempaparkan data penjualan ritel Amerika Serikat juga menjadi perhatian karena diprediksi melemah menjadi 0,1 persen dari 1,5 persen, yang mencerminkan potensi penurunan daya beli. Di sisi lain, indeks sentimen konsumen Amerika diperkirakan meningkat tipis menjadi 53 dari 52,2.

    Dari dalam negeri, fokus utama akan tertuju pada rilis neraca perdagangan Indonesia bulan April yang diperkirakan masih surplus, meskipun lebih kecil dari bulan sebelumnya yakni sebesar USD3,5 miliar.

    Di tengah dinamika IHSG tersebut, Indri merekomendasikan beberapa saham dan reksa dana yang memiliki potensi keuntungan dalam jangka pendek.

    Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) direkomendasikan beli di harga 151 dengan target harga 162 atau potensi kenaikan sebesar 7,28 persen. Saham ini berada dalam tren naik kuat dengan candlestick yang konsisten bertahan di atas garis EMA 5. 

    Volume transaksi juga menunjukkan peningkatan signifikan, dan jika berhasil menembus level 156, saham ini berpotensi melanjutkan penguatan.

    Saham PT Petrosea Tbk (PTRO) disarankan beli saat terjadi penurunan harga ke area 2.850 hingga 2.870. Dengan target harga 3.060 atau potensi penguatan 7,37 persen, saham ini tengah membentuk area konsolidasi sebagai base kuat. Jika terjadi pantulan dari level tersebut, potensi penguatan akan terbuka lebar.

    Saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) juga berada dalam posisi strong uptrend dan disarankan beli saat koreksi ke kisaran 5.600 hingga 5.700. Target harga berada di level 6.300 atau potensi kenaikan 12,50 persen. Meskipun indikator stochastic berada dalam zona jenuh beli, sinyal golden cross masih mendukung peluang penguatan lebih lanjut.

    Di sisi instrumen reksa dana, IPOT merekomendasikan Premier ETF LQ-45 dengan kode R-LQ45X. Instrumen ini mencerminkan kinerja Indeks LQ45 yang secara historis memiliki performa lebih baik dibanding IHSG dalam beberapa pekan terakhir. 

    Hal ini membuka peluang kelanjutan tren positif pada indeks tersebut, menjadikannya alternatif menarik bagi investor yang ingin menyeimbangkan portofolio secara pasif namun strategis. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".