Logo
>

IHSG Tersingkir di Posisi 33 dari 36 Bursa Efek Dunia

Ditulis oleh KabarBursa.com
IHSG Tersingkir di Posisi 33 dari 36 Bursa Efek Dunia

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun ini, menurut data terbaru dari Bursa Efek Indonesia. Penurunan IHSG sebesar 7,51 persen hingga Rabu 19 Juni 2024 menggambarkan performa yang jauh di bawah rata-rata global.

    Di tingkat Asia Tenggara, IHSG berada di posisi ke-5 dari 6 negara utama, hanya lebih baik dari SETI (Thailand) yang mengalami penurunan 8,04 persen. Sementara itu, di Asia-Pasifik, IHSG berada di posisi 12 dari 13 negara utama, sekali lagi hanya mengungguli SETI.

    Pada tingkat global, IHSG menduduki peringkat 33 dari 36 negara utama, tertinggal jauh dari indeks saham lainnya seperti TAIEX (Taiwan) yang tumbuh 29,44 persen dan Nikkei 225 (Jepang) yang melonjak 15,26 persen.

    Meskipun mayoritas bursa saham di dunia mengalami kenaikan, IHSG justru menghadapi tantangan yang serius. Langkah-langkah moneter dari bank sentral global untuk merangsang ekonomi, seperti penurunan suku bunga oleh ECB dan rencana yang serupa dari Federal Reserve AS, belum cukup untuk mengangkat sentimen pasar di Indonesia.

    Di dalam negeri, hasil Pemilu yang memutuskan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang telah memperumit sentimen pasar. Meskipun pasangan tersebut menawarkan agenda kebijakan fiskal yang ekspansif, termasuk kenaikan rasio utang hingga 50 persen dari PDB, hal ini memicu kekhawatiran terhadap keberlanjutan fiskal.

    Kendati secara hukum masih dalam batas yang diizinkan, kebijakan ini dapat menambah tekanan pada fiskal negara jika penerimaan pajak tidak ditingkatkan secara signifikan. Tingkat tax ratio Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan tetangga-tetangganya, mencerminkan tantangan besar dalam menggenjot pendapatan negara untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

    Fitch Ratings dan peringatan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menggarisbawahi risiko meningkatnya defisit fiskal dan beban utang yang semakin bertambah. Implikasi dari kebijakan fiskal yang lebih agresif bisa menciptakan ketidakpastian yang lebih dalam di pasar keuangan Indonesia.

    Dalam kondisi ini, investor asing telah merekam penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 9,27 triliun sepanjang tahun ini, menunjukkan ketidakpercayaan terhadap prospek pasar saham Indonesia dalam jangka pendek.

    IHSG Underweigth

    Morgan Stanley menurunkan posisi IHSG menjadi underweight, mengingat ketidakpastian akan kebijakan fiskal mendatang dan pelemahan nilai tukar di tengah suku bunga AS yang tinggi.

    Dengan tantangan ini, pasar saham Indonesia dihadapkan pada perlambatan pertumbuhan yang signifikan, sementara prospek untuk memperbaiki sentimen investor akan sangat ditentukan oleh langkah-langkah kebijakan yang diambil pemerintah ke depannya.

    Langkah-langkah kebijakan yang akan diambil oleh pemerintahan Prabowo-Gibran akan menjadi sorotan utama dalam beberapa bulan ke depan. Janji-janji kampanye untuk meningkatkan belanja publik, seperti program makan siang dan susu gratis untuk siswa, dapat memperbesar defisit anggaran jika tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan negara yang signifikan.

    Menurut Fitch, janji-janji ini dapat menelan biaya hingga 2 persen dari PDB, yang berpotensi meningkatkan risiko fiskal Indonesia. Meskipun batas rasio utang terhadap PDB masih dalam batas yang diizinkan, pertanyaan tetap menggantung tentang keberlanjutan model pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh utang.

    Risiko jangka menengah terhadap ekonomi Indonesia juga dipicu oleh kondisi global yang tidak pasti. Kenaikan suku bunga di AS, meskipun diharapkan turun di masa mendatang, masih meninggalkan ketidakpastian terhadap arus modal global dan nilai tukar rupiah.

    Ketidakpastian geopolitik dan potensi krisis energi global juga menjadi faktor yang harus dihadapi oleh Indonesia, yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor energi.

    Dengan penurunan nilai tukar rupiah dan ketidakpastian pasar, investor dan konsumen di Indonesia mungkin akan lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dana mereka. Kenaikan tarif pajak sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi defisit anggaran bisa berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik.

    Pemulihan pasar saham Indonesia akan sangat tergantung pada stabilitas politik dan kebijakan ekonomi yang konsisten dan berkelanjutan. Upaya untuk menarik kembali kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, akan menjadi prioritas utama dalam mengembalikan IHSG ke jalur positif.

    Dengan semua tantangan yang dihadapi, langkah-langkah kebijakan yang tepat dan konsisten akan menjadi kunci untuk mengatasi ketidakpastian dan membangun fondasi pertumbuhan yang kokoh bagi Indonesia. Pemilihan kebijakan yang mengutamakan stabilitas fiskal dan ekonomi jangka panjang akan mendukung prospek pasar saham Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan domestik yang kompleks ini. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi