KABARBURSA.COM — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada Kamis, 12 Juni 2025, melemah 0,25 persen ke level 7.204. Koreksi ini menandai berlanjutnya tekanan jual yang mendominasi pergerakan indeks dalam beberapa hari terakhir.
Secara teknikal, IHSG saat ini berada pada fase krusial. Jika mampu menembus level 7.240, terbuka peluang bagi IHSG untuk membentuk wave (v) dari wave [a] dan menguji area 7.263 hingga 7.355.
Namun, jika tekanan jual belum mereda, IHSG pada Jumat, 13 Juni 2025, justru berisiko kembali melemah menuju kisaran 6.713 hingga 7.009, skenario yang saat ini masih terbuka dalam analisis gelombang (wave) label hitam.
Sejumlah saham mencatatkan pergerakan menarik dan mulai masuk radar pelaku pasar, khususnya untuk strategi buy on weakness.
Meski begitu, sinyal teknis masih muncul di beberapa saham. Karenanya, MNC Sekuritas merekomendasikan beberapa saham untuk menjadi perhatian investor.
PT Adaro Andalan Indonesia (AADI) misalnya. Pada penutupan perdagangan kemarin sore, saham AADI terkoreksi 1,73 persen ke posisi 7.100. Aksi jual masih menekan saham ini, dan sejauh ini pergerakannya belum mampu menembus garis rata-rata 20 harinya.
Namun secara struktur teknikal, AADI dinilai sedang berada di fase akhir wave (v) dari wave [a] pada label hitam.
Dengan asumsi tersebut, koreksi saat ini bisa menjadi peluang akumulasi di kisaran 6.650–6.975, dengan target teknikal jangka pendek di 7.325 dan 7.475. Investor disarankan mewaspadai jika harga menembus ke bawah 6.450.
Lalu ada saham PT Bank Syariah Indonesia atau BRIS. Di perdagangan bursa kemarin, saham BRIS juga mencatat pelemahan ke 2.620. Koreksi ini disertai tekanan jual dan belum berhasil mendorong harga melampaui rata-rata pergerakan 60 hari.
Secara teknikal, BRIS diperkirakan sedang membentuk wave [b] dari wave 2. Dengan asumsi ini, harga saat ini bisa dimanfaatkan untuk pembelian bertahap di rentang 2.530–2.610, dengan target jangka pendek di 2.680 hingga 2.750. Stop loss disarankan jika harga turun ke bawah 2.460.
Area Beli Ideal HRTA dan PNLF
Sementara itu, saham PT Hartadinata Abadi Tbk atau HRTA justru menguat 2,44 persen ke level 630, meski tekanan jual masih muncul di tengah sesi. Berdasarkan struktur gelombang, HRTA kemungkinan sedang berada di fase wave X, membuka potensi penguatan lanjutan.
Area beli ideal diperkirakan berada antara 610 dan 625, dengan potensi kenaikan ke 680 dan 710. Batas risiko disarankan di bawah level 600.
Untuk saham PT Panin Financial Tbk (PNLF) mencatat kenaikan 1,43 persen ke 284 disertai peningkatan volume beli. Namun, penguatannya masih tertahan di area rata-rata 20 harinya.
Selama harga mampu bertahan di atas 270, PNLF dinilai masih berpeluang melanjutkan penguatan sebagai bagian dari wave [iv] dalam struktur wave C. Area spekulatif untuk akumulasi berada di kisaran 276–282, dengan target kenaikan di 306 hingga 328. Stop loss ditempatkan di bawah 270.
Berbeda dari saham PT Reksa Dana Majoris Government Bonds ET Tbk (XMGB) bergerak datar di 1.085. Berdasarkan pembacaan teknikal, saham ini kemungkinan besar sudah berada di ujung dari wave [v] dari wave 5. Artinya, ruang penguatan XMGB relatif terbatas.
Namun, peluang beli jangka pendek masih terbuka di rentang 1.083–1.084, dengan target moderat di 1.087 hingga 1.089. Investor disarankan untuk disiplin menjaga posisi dengan batas bawah di 1.082.
Meskipun IHSG belum menunjukkan pemulihan yang kuat, sejumlah saham mulai menampilkan sinyal teknikal yang layak dicermati.
Dalam kondisi pasar yang masih sensitif terhadap sentimen global dan tekanan jual domestik, strategi akumulasi selektif dengan manajemen risiko yang ketat tetap menjadi pendekatan yang paling bijak.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.