KABARBURSA.COM - PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mendapat katalis positif dari pemangkasan kuota impor Grand Parent Stock (GPS). Beberapa analis langsung menaikkan target harganya, karena diyakini akan bergerak naik dengan cepat.
Dalam laporan riset Maybank Sekuritas, pemangkasan GPS sebesar 21 persen menjadi 530 ribu ekor pada 2024 menjadi faktor struktural yang sangat krusial bagi industri perunggasan. Kebijakan ini langsung menyentuk akar masalah sektor ayam nasional, yaitu oversupply.
Dengan pasokan bibit yang lebih terkendali, harga ayam hidup berpotensi bergerak lebih stabil dan cenderung menguat. Bagi JPFA, yang memiliki integrasi kuat dari hulu ke hilir, kenaikan harga livebird hampir selalu berbanding lurus dengan perbaikan margin.
Belum lagi katalis positif dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dengan 17.500 Unit Pelayanan Pemenuhan Gizi (PPG) yang sudah beroperasi, ada proyeksi kenaikan permintaan daging ayam hingga 18 persen di 2026. Ini jelas bukan angka yang kecil.
Persentase tersebut bukan merupakan lonjakan musiman, melainkan potensi permintaan yang berkelanjutan, yang selama ini jarang dimiliki sektor perunggasan.
Kombinasi inilah yang kemudian membuat Maybank berani menaikkan proyeksi EPS JPFA sebesar 4 hingga 8 persen, untuk periode 2025-2027, dan mengerek target harga ke Rp3.200 dengan rekomendasi beli.
Jika target ini dibandingkan dengan harga pasar terakhir di Rp2.690, terdapat potensi kenaikan sekitar 19 persen. Secara valuasi, ruang ini masih cukup masuk akal, terutama jika perbaikan margin benar-benar terealisasi seiring membaiknya harga ayam hidup.
Artinya, secara fundamental, narasi JPFA saat ini tergolong konstruktif dan kredibel, bukan sekadar cerita.
Namun, ketika ditarik ke data perdagangan harian, pasar belum sepenuhnya “menyambut” sentimen tersebut secara agresif. Pada sesi Senin siang, 22 Desember 2025, JPFA justru ditutup melemah tipis 0,37 persen.
Pergerakan intraday memperlihatkan harga sempat dibuka di 2.690, naik ke 2.700, lalu melemah hingga 2.630 sebelum kembali ke area penutupan. Pola ini menunjukkan adanya tekanan jual di level atas, tetapi belum sampai memicu breakdown.
Antrean Offer Masih Cukup Berat
Untuk saat ini, sisi bid JPFA memperlihatkan antrean cukup tebal dan berlapis di area 2.600 hingga 2.650, dengan total bid sekitar 38.900 lot. Ada minat beli yang cukup kuat untuk menahan harga agar tidak jatuh lebih dalam.
Namun di sisi offer terlihat antrean yang lebih berat dengan total sekitar 88.400 lot, terutama menumpuk di area 2.700 hingga 2.790. Pasar sepertinya masih tarik-ulur, di mana buyer bersedia masuk di harga bawah, tetapi seller masih aktif melepas di setiap kenaikan.
Fundamental JPFA sedang membaik dengan katalis yang bersifat struktural, bukan temporer. Target harga Rp3.200 dari Maybank terlihat rasional jika asumsi perbaikan harga livebird dan realisasi permintaan MBG berjalan sesuai proyeksi.
Untuk saat ini, pasar masih berada dalam fase konsolidasi, menunggu konfirmasi lanjutan, baik berupa kenaikan harga ayam hidup yang lebih nyata maupun bukti perbaikan margin di laporan keuangan berikutnya.
Selama area bid kuat di kisaran 2.600–2.650 tetap terjaga, sentimen positif terhadap JPFA belum rusak. Tetapi untuk mulai mengarah konsisten ke target analis, saham ini membutuhkan satu hal tambahan: pergeseran perilaku pasar dari jual-on-strength menjadi akumulasi di kenaikan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.