KABARBURSA.COM - Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) baru saja mengalami breakout pada perdagangan hari ini, 25 September 2024, naik +4.75 persen ke level 3,970 dari harga pembukaan 3,820. Dengan valuasi saat ini, investor tentu tertarik apakah ini adalah momen yang tepat untuk membeli atau menjual saham INCO.
Dengan pendekatan investasi ala Warren Buffett yang berfokus pada fundamental perusahaan dan nilai intrinsik, mari kita tinjau lebih lanjut apakah saham INCO layak dibeli atau justru perlu dihindari.
Warren Buffett terkenal dengan pendekatan "value investing", yaitu mencari perusahaan dengan kinerja fundamental yang kuat dan valuasi yang lebih rendah dari nilai intrinsiknya.
Buffett juga fokus pada perusahaan dengan rekam jejak stabil, model bisnis yang sederhana dan mudah dipahami, serta keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Oleh karena itu, mari kita tinjau saham INCO dari segi fundamental dan valuasinya.
Valuasi Fundamental INCO
Mengutip data dari Stockbit, Rabu, 25 September 2024, dari sisi valuasi, berikut beberapa indikator penting yang dapat membantu menilai apakah saham INCO undervalued atau overvalued:
- PE Ratio (TTM): 24.19
- Price to Book Value: 0.95
- Price to Sales (TTM): 2.46
- EV/EBITDA (TTM): 5.00
- PEG Ratio (3 tahun): 0.42
Buffett lebih suka membeli saham dengan Price to Book Value yang rendah, dan INCO menunjukkan angka 0.95, yang berarti harga sahamnya saat ini masih di bawah nilai buku perusahaannya. Ini bisa menjadi sinyal bahwa saham INCO berada pada valuasi yang cukup menarik.
Namun, Price to Earnings (PE) Ratio INCO yang mencapai 24.19 sedikit tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata PE IHSG yang berada di 7.89. Namun, untuk industri komoditas seperti nikel, PE yang lebih tinggi bisa dimaklumi karena volatilitas harga komoditas.
Earnings Yield sebesar 4.13 persen juga menunjukkan bahwa meskipun INCO tidak termasuk saham yang murah, tetapi memberikan imbal hasil yang cukup dibandingkan dengan saham lain di pasar.
Profitabilitas dan Kinerja Keuangan
Melihat kinerja keuangan, INCO tampak stabil meskipun mengalami beberapa penurunan dalam pertumbuhan pendapatan.
- Revenue (TTM): Rp16,989 miliar
- Net Income (TTM): Rp1,730 miliar
- Gross Profit Margin (Quarter): 16.45 persen
- Net Profit Margin (Quarter): 12.22 persen
Meskipun margin profit INCO cukup sehat, terlihat penurunan Gross Profit YoY sebesar -46.30 persen, yang mungkin disebabkan oleh fluktuasi harga nikel atau biaya operasional yang meningkat. Namun, Return on Equity (ROE) sebesar 3.91 persen menunjukkan bahwa INCO masih memiliki kemampuan menghasilkan laba bagi pemegang saham, meskipun angkanya belum begitu tinggi.
Pertumbuhan dan Prospek Masa Depan
Buffett sering menekankan pentingnya membeli perusahaan dengan prospek pertumbuhan jangka panjang. Dalam kasus INCO, perusahaan ini bergerak di sektor nikel, yang semakin penting dalam era transisi energi global menuju kendaraan listrik dan baterai. Nikel adalah komponen kunci dalam baterai lithium-ion, yang menjadi pondasi bagi masa depan energi hijau.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pendapatan INCO mengalami penurunan sebesar -5.54 persen YoY, yang mungkin mencerminkan penurunan harga nikel di pasar global. Free Cash Flow perusahaan juga berada pada angka yang relatif rendah, yaitu hanya Rp328 miliar. Meskipun perusahaan memiliki posisi kas yang kuat, yaitu Rp13,642 miliar, investor perlu mempertimbangkan fluktuasi pasar komoditas nikel.
Rasio Solvabilitas dan Manajemen Utang
Hal positif dari INCO adalah struktur utangnya yang sangat rendah, dengan Debt to Equity Ratio mendekati nol. Current Ratio yang berada di angka 5.21 juga menunjukkan bahwa INCO memiliki likuiditas yang sangat baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Buffett selalu memperhatikan perusahaan dengan manajemen utang yang bijaksana, dan dalam hal ini, INCO tampaknya berada pada jalur yang aman.
Apakah INCO Layak Dibeli?
Dengan melihat seluruh indikator fundamental di atas, saham INCO menawarkan nilai yang cukup menarik, terutama dengan valuasi yang relatif murah berdasarkan Price to Book dan Price to Sales. Namun, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan, seperti volatilitas harga komoditas nikel, penurunan pertumbuhan laba, dan margin keuntungan yang menyusut.
Jika Anda adalah investor jangka panjang yang yakin dengan prospek pertumbuhan nikel seiring transisi energi hijau, INCO bisa menjadi pilihan yang layak dengan valuasinya yang masih menarik. Namun, bagi investor yang lebih berhati-hati atau memiliki toleransi risiko rendah, mungkin lebih baik menunggu stabilisasi harga nikel atau perbaikan margin keuntungan sebelum membeli.
Rekomendasi Jual atau Beli?
Dengan pendekatan ala Warren Buffett, INCO saat ini bisa dianggap sebagai saham yang layak dibeli bagi investor jangka panjang yang percaya pada masa depan nikel. Valuasi saham yang cukup rendah dibandingkan nilai bukunya, ditambah dengan posisi kas yang kuat dan utang yang minim, memberikan fondasi yang kokoh untuk investasi.
Namun, bagi investor yang lebih konservatif atau memiliki fokus pada pertumbuhan pendapatan yang konsisten, sebaiknya berhati-hati dengan prospek pendapatan INCO yang menurun serta margin keuntungan yang tergerus. Perlu strategi jangka panjang dan keyakinan pada industri nikel untuk mempertimbangkan saham ini.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.