Logo
>

Indeks LQ45 Melemah, Saham Diskon Mulai Dilirik Investor

Indeks LQ45 terkoreksi 0,12 persen pada 2 Mei 2025 dan sudah turun 7,88 persen sejak awal tahun, dipicu perang dagang dan sentimen negatif domestik.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Indeks LQ45 Melemah, Saham Diskon Mulai Dilirik Investor
Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang menampilkan beberapa nama saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks LQ45, atau indeks saham yang terdiri atas saham paling likuid dan berkinerja baik, melemah pada perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, sebesar 0,12 persen atau 0,901 poin ke level 760,601. Pelemahan ini mencerminkan aksi ambil untung terbatas di sejumlah saham berkapitalisasi besar yang sebelumnya sempat menguat.

    Indeks LQ45, masih tertahan di zona tekanan sepanjang 2025. Hingga akhir April, indeks ini telah terkoreksi cukup dalam sebesar 7,88 persen sejak awal tahun, bertengger di posisi 761,52 atau turun 65,14 poin dibandingkan level awal tahun. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa sentimen pasar masih lesu, meskipun volume perdagangan tetap aktif. 

    Di tengah situasi ini, musim rilis laporan keuangan kuartal I 2025 membuka peluang bagi investor yang menerapkan strategi value investing yakni memilih saham-saham dengan fundamental kokoh yang dinilai masih undervalued.

    Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuaibi menilai bahwa penurunan signifikan pada indeks LQ45 sepanjang kuartal I 2025 merupakan hal yang wajar dalam konteks tekanan global yang sedang berlangsung. Ia menjelaskan bahwa gejolak utama dipicu oleh perang dagang yang semakin memanas, di mana Amerika Serikat memberlakukan tambahan tarif impor sebesar 32 persen untuk Indonesia dan semua negara. 

    Bahkan untuk domestik, pelemahan diperkuat dengan statment-statment Presiden Prabowo Subianto yang salah satunya menilai main saham adalah judi. "Nah, di sisi lain pun juga kami melihat bahwa kondisi kuartal pertama itu cukup memprihatinkan ya bagi pasar global. Banyak komentar-komentar dari Presiden kita, Prabowo yang nyeleneh. Salah satunya tentang main saham itu judi. Kemudian indikator saham gabungan turun," kata Ibrahim kepada KabarBursa.com melalui telepon pada Jumat, 2 Mei 2025.

    Ibrahim menyebut situasi itu kemudian direspon memicu kekhawatiran pasar yang luas dan membuat indeks-indeks utama, termasuk LQ45, tertekan hebat. "Saham-saham unggulan banyak yang berguguran, bahkan mendekati batas auto-rejection bawah hingga 8 persen,” ujar Ibrahim.

    Ia menambahkan, meskipun pasar domestik sempat terpukul, pemerintah Indonesia akhirnya berbenah dan memilih pendekatan negosiasi ketimbang konfrontasi, yang menurutnya cukup efektif untuk meredam gejolak lebih dalam. 

    "Kami lihat Presiden Prabowo juga berupaya memperbaiki komunikasi publik setelah sempat terjadi mispersepsi terkait pasar modal, seperti pernyataannya yang menyebut saham sebagai judi. Itu sudah diklarifikasi, dan ada langkah konkret dari pemerintah untuk menjaga stabilitas pasar,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, Ibrahim menyoroti bahwa sektor perbankan masih menjadi tumpuan utama di tengah pelemahan pasar dan masih cukup diminati investor meski indeks sedang anjlok. 

    “Saham-saham bank besar seperti BCA tetap menunjukkan fundamental yang solid. Harga saham mereka memang lebih tinggi, tetapi itu mencerminkan kekuatan dan kinerja yang stabil, terutama dalam mendukung aktivitas ekspor-impor,” ucap dia.

    Ibrahim juga mencatat bahwa pelemahan LQ45 turut didorong oleh merosotnya sektor konsumsi dan otomotif akibat melemahnya daya beli masyarakat serta meningkatnya angka PHK pada kuartal pertama. Meski demikian, ia melihat peluang bagi investor untuk mulai melirik saham-saham undervalued

    Di tengah kondisi ini, Ibrahim menyarankan kepada investor untuk berinvestasi ke saham-saham diskonan tapi tetap memperhatikan fundamentalnya. Salah satunya memilih saham di bawah Rp100 per lembarnya.

    “Ada peluang di saham-saham dengan harga di bawah Rp100 yang berpotensi memberikan imbal hasil menarik dalam jangka menengah hingga panjang, apalagi jika tensi perang dagang mereda,” katanya.

    Dari sisi kebijakan moneter, Ibrahim menilai langkah Bank Indonesia yang melakukan triple intervention sangat membantu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, yang sempat menguat ke bawah Rp16.500 per dolar AS. “Penguatan rupiah ini memberikan ruang bagi emiten, khususnya BUMN, untuk kembali melakukan pembelian dolar secara lebih terukur menjelang musim dividen,” kata dia.

    Bursa Efek Indonesia menampilkan dinamika menarik dalam perdagangan saham-saham unggulan yang tergabung dalam indeks LQ45 pada Jumat, 2 Mei 2025. Dari 45 saham yang terdaftar, sebagian besar mencatatkan pelemahan, meskipun beberapa saham unggulan berhasil mencatatkan kenaikan signifikan. Ada setidaknya 19 saham yang mengalami kenaikan, 22 saham turun dan 4 saham stagnan.

    Saham PT Indosat Tbk (ISAT) memimpin penguatan dengan lonjakan sebesar 8 persen ke level Rp1.890 per saham, disusul PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang melonjak 5,07 persen ke posisi Rp2.280. 

    PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) justru mengalami tekanan, masing-masing turun 2,86 persen dan 3,12 persen. 

    Saham lain yang turut memperkuat pasar adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,13 persen menjadi Rp8.925, serta PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang menguat 1,14 persen ke level Rp2.670.

    Dari sisi penurunan, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) menjadi salah satu yang tertekan cukup dalam dengan koreksi 3,74 persen ke level Rp515, sementara PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) juga melemah signifikan 4,12 persen ke posisi Rp1.745. 

    Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terkoreksi 2,35 persen ke Rp83, mencerminkan sentimen negatif yang masih membayangi sektor teknologi.

    Beberapa saham tercatat stagnan seperti PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang belum menunjukkan pergerakan harga di sesi ini. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".