KABARBURSA.COM - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) memutuskan untuk membagikan dividen tunai yang diambil dari laba bersih tahun 2023.
Dalam RUPS tersebut, disetujui penggunaan laba bersih perusahaan sebesar Rp8,1 triliun, dengan Rp5 miliar disisihkan sebagai dana cadangan.
"Ditentukan dan dibagikan sebagai dividen tunai untuk tahun buku 2023 sebesar Rp267 per lembar saham, dengan total mencapai Rp2,3 triliun," kata manajemen dalam keterangannya pada Jumat, 28 Juni 2024.
Dengan demikian, sekitar 29 persen dari laba bersih dibagikan sebagai dividen. Sisa laba bersih sekitar Rp5,3 triliun akan dicatat sebagai saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.
Pada perdagangan sore ini, harga saham INDF berada di level Rp6.125. Dengan acuan harga saham tersebut, maka indikasi imbal hasil dividen (dividend yield) sekitar 4,3 persen.
Sepanjang tahun lalu, emiten makanan dan minuman milik Salim Group itu memperoleh pendapatan Rp111,7 triliun. Sementara laba bersih INDF mencapai Rp8,1 triliun.
Kinerja Keuangan INDF
Pada kuartal I-2024, INDF membukukan pendapatan Rp30,8 triliun, tumbuh 0,8 persen dibandingkan kuartal yang sama 2023. Adapun laba bersih perseroan turun 36 persen dari Rp3,8 triliun menjadi Rp2,4 triliun.
Direktur Utama & CEO INDF Anthoni Salim mengatakan, Indofood masih mencatat kinerja operasional positif pada awal tahun di tengah berbagai tantangan global.
"Ke depannya, kami akan tetap sigap dalam menghadapi ketidakpastian, serta tetap menjaga posisi neraca yang kuat dan keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas," katanya.
Anthoni menerangkan, memasuki tahun 2024, perseroan tetap optimistis, namun senantiasa berhati-hati dalam menghadapi kondisi ketidakpastian global.
"Dan terus berupaya untuk meraih pertumbuhan yang berkelanjutan, serta menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas,” kata dia.
Seiring dengan kenaikan laba bersih, penjualan perseroan tercatat naik tipis 0,78 persen menjadi Rp111,70 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp110,83 triliun.
Berdasarkan produknya, penjualan produk konsumen bermerek tercatat sebesar Rp68,25 triliun, penjualan Bogasari tercatat sebesar Rp24,18 triliun, segmen agribisnis mencatatkan pendapatan sebesar Rp12,31 triliun dan pendapatan distribusi tercatat sebesar Rp6,95 triliun.
Dari sisi pengeluaran, beban pokok penjualan INDF mengalami penurunan menjadi Rp75,65 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp76,85 triliun. Sementara, beban penjualan dan distribusi perseroan naik menjadi Rp11,27 triliun, beban umum dan administrasi tercatat sebesar Rp5,09 triliun, serta beban operasi lainnya sebesar Rp1,05 triliun.
Hingga akhir Desember 2023, total nilai aset INDF naik tipis 3,41 persen menjadi Rp186,58 triliun, dari posisi akhir Desember 2022 yang sebesar Rp180,43 triliun. Adapun, liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp86,12 triliun dan ekuitas sebesar Rp100,46 triliun.
Saham Emiten Peritel
Saham-saham emiten peritel dan barang konsumsi (consumer goods) kerap masuk ke dalam radar investor di tengah bulan suci Ramadan. Bagaimana prospek kinerja emiten tersebut?
Sejumlah saham peritel masih kurang bergairah selama pekan pertama bulan Ramadan. Saham peritel PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan anak usahanya PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), misalnya, terkoreksi 0,98 persen dan 1,86 persen dalam sepekan.
Kemudian, saham peritel lainnya PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) turun 3,66 persen dalam sepekan, bersama dengan anak usaha peritel handphone PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Sinar Eka Selaras Tbk (ERAL) yang amblas 6,79 persen.
Kabar baiknya, sejumlah nama lainnya membukukan kinerja yang cukup positif selama awal Ramadan ini, macam PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang tumbuh 1,82 persen dalam seminggu dan ERAA 2,40 persen.
Di sisi lain, saham emiten consumer goods, kendati belum menunjukkan taji yang berarti, masih memiliki catatan yang lebih baik tinimbang peritel.
Sebut saja, saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang melonjak 8,97 persen dalam sepekan atau produsen mi instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang terapresiasi 2,78 persen dalam periode yang sama.
Menurut pengamatan Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta, sejumlah saham barang konsumsi—ICBP, INDF, MYOR, hingga peritel MAPI—terapresiasi di awal Ramadan, kendati sempat mengalami aksi ambil untung (profit taking).
“Wajar saja mengalami profit taking. Tapi, [sejumlah saham] mengalami ada sejumlah yang mengalami technical rebound. Biasanya orang di pasar melakukan buy on dip atau buy on weakness,” jelas Nafan.
Menurut hematnya, saham consumer goods menarik untuk dicermati, misalnya untuk metode swing trading. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.