Logo
>

Indonesia Emas 2045 Apakah Bisa Terwujud? Ini Faktanya

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Indonesia Emas 2045 Apakah Bisa Terwujud? Ini Faktanya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF, Eisha M. Rachbini, menyoroti visi ambisius untuk masa depan Indonesia, yaitu Visi Indonesia Emas 2045, yang bertujuan untuk mengangkat negara ini dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) dan menjadi salah satu negara maju dengan PDB terbesar kelima di dunia.

    Selain itu, Eisha mengharapkan Indonesia keluar dari status negara berpendapatan menengah dan menjadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2036.

    Menurut Eisha, untuk mencapai visi ini, ekonomi Indonesia harus tumbuh rata-rata 5,7 persen per tahun melalui reformasi struktural, pemanfaatan bonus demografi, kemajuan teknologi, dan peningkatan daya saing ekonomi.

    Namun, realitas ekonomi saat ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah target ambisius ini dapat dicapai?

    Di tengah ketidakpastian ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,1 persen year on year (yoy) pada kuartal pertama 2024. Angka ini menunjukkan adanya tren penurunan, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 20 tahun terakhir yang cenderung stagnan di sekitar 5 persen.

    Eisha menekankan bahwa untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045, ekonomi harus tumbuh rata-rata 6 persen per tahun mulai 2025 hingga 2045.

    "Sementara Visi Indonesia Emas 2045 memiliki target pertumbuhan ekonomi selama 2025-2045 harus mencapai rata-rata 6 persen per tahun," katanya kepada Kabar Bursa, Senin, 3 Juni 2024.

    Eisha menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah dampak jangka panjang dari pandemi COVID-19. Scarring effect atau dampak bekas luka ini dapat mengakibatkan tren pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan level sebelum pandemi.

    "Tantangan paling besar bagi Indonesia saat ini adalah pandemi COVID-19 yang menyebabkan scarring effect terhadap perekonomian dalam jangka panjang," jelasnya.

    Scarring effect ini tidak hanya mengganggu produktivitas total faktor (TFP), tetapi juga menyebabkan penurunan produktivitas tenaga kerja dan modal. Selain itu, learning loss dan job loss serta pemulihan sektor riil yang lambat juga menjadi tantangan besar yang harus dihadapi. Hal ini semakin memperkuat urgensi untuk melakukan transformasi ekonomi.

    "Efek luka akibat pandemi berdampak pada alokasi sumber daya, termasuk di sisi produksi, dapat berupa penurunan produktivitas (TFP, produktivitas tenaga kerja dan modal), learning loss dan job loss, dan pemulihan pada sektor riil yang lambat," tuturnya.

    Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030-2040. Dalam periode 2010-2045, jumlah penduduk usia produktif Indonesia akan besar, dengan rasio ketergantungan mencapai tingkat terendah sekitar tahun 2022.

    Menurut Laporan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045, pada tahun 2045 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 319 juta, dengan 70 persen di antaranya berada dalam usia produktif. Namun, fase kesempatan untuk meraih bonus demografi ini hanya terjadi pada periode 2020-2035, setelah itu rasio ketergantungan akan kembali meningkat hingga di atas 50 persen pada tahun 2045.

    Tantangan Tenaga Kerja dan NEET

    Eisha juga menyoroti tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang menunjukkan peningkatan lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan dalam beberapa tahun terakhir.

    Pada Februari 2024, dari 214 juta penduduk usia kerja, 149,38 juta merupakan angkatan kerja, dengan TPAK mencapai 69,80 persen. Namun, NEET (Not in Employment, Education or Training) atau individu berusia 15-24 tahun yang tidak dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan, menunjukkan tren jumlah dan persentase yang cenderung berfluktuasi dari periode Agustus 2019 hingga Agustus 2023.

    Pada Agustus 2023, jumlah NEET meningkat menjadi 9.896.619 jiwa, atau sebesar 22,25 persen dari total penduduk usia muda (15-24 tahun). Hal ini mengindikasikan adanya tantangan besar dalam mengoptimalkan potensi tenaga kerja muda yang produktif.

    Eisha menegaskan bahwa untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045, transformasi ekonomi Indonesia perlu dilakukan secara mendesak. Potensi bonus demografi harus dioptimalkan. Beberapa kebijakan yang direkomendasikan antara lain:

    Percepatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi.

    Penguatan pelatihan reskilling dan upskilling, serta integrasi softskills bagi angkatan kerja untuk mengantisipasi disrupsi.

    Pembangunan padat karya dan melanjutkan pembangunan infrastruktur.

    Transformasi ekonomi melalui hilirisasi dan industri sektor prioritas.

    "Dalam jangka panjang, pandemi COVID-19 memberikan dampak pada perubahan alokasi sumber daya (resources), termasuk di sisi produksi, sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas (TFP, produktivitas tenaga kerja dan modal)," terang Eisha.

    Transformasi ekonomi ini diharapkan dapat membantu Indonesia mencapai Visi Indonesia Emas 2045 dan keluar dari middle-income trap, menjadi negara maju dengan ekonomi yang kuat dan berdaya saing tinggi. (yub/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.