KABARBURSA.COM - Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan Dewan Energi Nasional (DEN) Yunus Saefulhak mengatakan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) tidak akan tergerak oleh pertumbuhan ekonomi saat ini.
Masalahnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia tahun 2023 hanya tumbuh sebesar 5,05 persen, lebih rendah dibanding capaian tahun 2022 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,31 persen.
Sebab itu, Yunus mengatakan bahwa industri KBLBB baru akan berkembang jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 7 persen, seperti skenario dalam visi Indonesia Emas 2045.
"Maka apakah industri ini akan lanjut atau dalam artian bergerak cepat atau justru menuju perlambatan tentu pertumbuhan ekonomi memacu itu," kata dia di Jakarta, Kamis, 4 Maret 2024.
Padahal, Yunus mengatakan salah satu target dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) ialah KBLBB. Ini juga sejalan dengan peta jalan transisi energi nol karbon (Net Zero Emission/NZE) tahun 2060.
"Pada tahun itu EV ditargetkan sejuta mobil dan enam juta motor. Tentunya di sini penghitungannya 0,34-0,35 Terra Watt hour (TWh) tahun 2025," ujar Yunus.
Ia menambahkan, pemerintah akan menargetkan 5,5 juta mobil dan 8,5 juta motor listrik pada paruh target NZE. Konsumsinya sekitar 0,37 sampai 0,79 TWh.
Oleh karena itu, selain soal pertumbuhan ekonomi dan perkembangan industri tersebut, yang terpenting ialah dampak terhadap emisi.
Yunus menyatakan pendapatnya bahwa jika pada hilirnya telah digunakan KBLBB, sedangkan pada hulunya masih menggunakan energi fosil, maka tidak akan memiliki dampak pada pengurangan karbon.
"Kemudian dari sisi emisi ya saya kira memang in case ini semua berubah menjadi electric vehicle itu jika masih konsumsi energi fosil maka ini juga tidak akan berpengaruh besar ya terhadap penurunan daripada emisi," pungkasnya. (ari/prm)