Logo
>

Industri Komponen Mobil Konvensional Terancam Gulung Tikar, ini Penyebabnya

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Industri Komponen Mobil Konvensional Terancam Gulung Tikar, ini Penyebabnya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengungkapkan, salah satu dampak serius dari tiadanya insentif untuk mobil hybrid adalah mematikan industri komponen otomotif di Indonesia.

    “Mobil hybrid memiliki peran penting dalam transisi ke ekosistem kendaraan listrik penuh. Jika transisi ini tidak dikawal pemerintah dengan baik akan segera mematikan sekitar 45 persen industri komponen pendukung mobil bermesin konvensional,” kata Yannes kepada Kabar Bursa, Kamis, 15 Agustus 2024.

    Dampak turunan dari kematian industri komponen otomotif selalu diikuti oleh dampak sosial lainnya seperti pengurangan tenaga kerja. Yannes mengungkapkan bahwa ada 550 tenaga kerja yang berlindung di balik industri komponen mobil konvensional.

    Ia menuturkan, industri komponen otomotif yang berguguran secara gradual, terutama yang terkait dengan internal combustion engine (ICE) merupakan indikasi bahwa industri komponen otomotif (mobil konvensional) menurun secara signifikan seiring dengan peningkatan adopsi electric vehicle (EV).

    Menurutnya, bergugurannya industri komponen adalah tren global yang tidak terelakkan. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah perlu menjaga transisi dari konvensional ke battery electric vehicle (BEV) berjalan dengan halus dan yang terpenting tidak merugikan masyarakat.

    Di sisi lain, beban hidup masyarakat juga semakin tinggi sejak pemerintah gencar menggenjot pemasukan dari sisi pajak. Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah agar mengkaji ulang terkait kebijakan insentif mobil agar jangan sampai mematikan industri lainnya.

    Agar tidak sampai mematikan industri komponen mobil konvensional, pemerintah perlu menggunakan hitungan emisi atau tingkat polusi yang dikeluarkan kendaraan.

    “Jadi secara normatif pemerintah mulai mempersiapkan dulu berbagai dasar hukum mengenai pajak karbon. Semakin kecil karbon atau polutan yang dihasilkan kendaraan semakin kecil pajaknya. Sebaliknya, semakin besar polutan yang dikeluarkan semakin besar pajaknya,” jelasnya.

    Akademisi dari Institut Teknologi Bandung ini menjelaskan bahwa ada beberapa kelas dari mobil hybrid. Penggolongan ini ditentukan berdasarkan besaran emisi karbon yang dihasilkan.

    “Berdasarkan kajian negara-negara maju, hybrid electric vehicles (HEV) jelas lebih polutif dari plug-in hybrid electric vehicles (PHEV),” ujarnya.

    Transisi dari Konvensional ke Listrik

    Yannes menilai, salah satu cara menjaga transisi dari upaya pemerintah beralih ke EV adalah dengan cara membuat mobil hybrid tetap kompetitif dan masih punya nilai tawar untuk mengimbangi serbuan mobil listrik murah.

    Di sisi lain, sikap pemerintah tidak memberikan insentif kepada mobil hybrid dapat meningkatkan harganya sehingga kesulitan bersaing dengan mobil listrik murah asal Tiongkok. Jika mobil hybrid tetap laku di pasaran, ini dapat membuat industri komponen otomotif di Indonesia masih memiliki napas untuk bertahan karena pasar tidak terlalu condong ke EV.

    Meski pasar mobil listrik tetap laris meski tanpa insentif, Yannes menilai jika keadaan ini tidak berlangsung lama. Karena, saat ini harga EV semakin murah di pasaran dan konsumen tergoda dengan mobil murah asal Tiongkok.

    Di sisi lain, pasar mobil hybrid yang menjanjikan juga akan mendorong produsen mobil dari China ikut meramaikan pasar mobil hybrid yang harganya jauh lebih murah.

    Sekadar informasi, selama satu semester di tahun 2024, peningkatan capaian penjualan mobil hybrid secara wholesales (dari pabrikan ke dealer) telah meningkat sebesar 49 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya atau sebanyak 25.791 unit.

    Terkait dengan mobil hybrid terlaris selama semester satu tahun 2024 adalah Kijang Innova Zenix hybrid. Mobil ini terjual sebanyak 10.074 unit. Jumlah tersebut jauh meninggalkan mobil hybrid lainnya.

    Oleh karena itu, ia meminta pemerintah melihat lebih jauh dampak yang akan dirasakan apabila tidak memberi insentif mobil hybrid.

    “Meskipun alasan bahwa mobil hybrid sudah laris bisa menjadi justifikasi untuk tidak memberikan insentif, penting untuk melihat keputusan ini dalam konteks yang lebih luas,” kata Yannes.

    Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Airlangga Hartarto memastikan bahwa mobil hybrid tidak mendapat insentif. Airlangga menilai mobil hybrid sudah laku terjual meski tanpa insentif. Oleh karena itu, insentif dari pemerintah sepenuhnya dialokasikan untuk mensubsidi mobil listrik.

    Kendati tidak mendapat insentif, APM yang terlanjur ingin mendatangkan mobil hybrid ke Indonesia mau tidak mau harus menerima kenyataan. Salah satu pabrikan yang bakal meluncurkan mobil hybrid pada tahun ini adalah Hyundai. Perusahaan otomotif asal Korea Selatan ini menjanjikan jika mobil hybrid terbarunya akan launching pada tahun ini.

    Alasan APM ini tidak kecewa dengan keputusan pemerintah ini disasari oleh keyakinan bahwa pasar mobil hybrid di Indonesia masih akan terus tumbuh karena punya banyak peminat.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.