KABARBURSA.COM - Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) diproyeksikan akan terus bergerak gemilang efek dari potensi pertumbuhan positif telekomunikasi di tanah air. Saham TLKM menjadi sorotan utama para investor yang optimis terhadap masa depan sektor ini.
Akan tetapi, Nafan melihat saham TLKM harus berhati-hati karena kompetitor mereka di industri telekomunikasi juga semakin menunjukkan kinerja apik. Persaingan ketat terjadi karena perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia terus memperkuat market sharing, yang dapat memengaruhi dominasi TLKM di pasar.
Di sisi lain, Nafan menyoroti bahwa kinerja saham TLKM juga sangat dipengaruhi oleh regulasi yang ada. Menurutnya, regulasi memiliki peran krusial dalam menentukan sejauh mana TLKM mampu menjalankan ekspansi bisnisnya ke depan.
"Selama pemerintah menerapkan deregulasi yang mendukung, ini akan menjadi angin segar bagi saham TLKM. Namun, jika regulasi yang ada tumpang tindih, itu justru akan menjadi tantangan besar," pungkas Nafan.
Kinerja TLKM
Merujuk data Stockbit, saham TLKM ditutup menguat sebesar 100 poin atau naik 3,80 persen ke level 2.730 pada perdagangan Rabu, 22 Januari 2025. Saham TLKM terus menjadi perhatian investor berkat performa yang solid.
Perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 1995 ini menunjukkan pertumbuhan positif selama satu pekan terakhir dengan kenaikan sebesar 3,80 persen. Kinerja saham TLKM terus mendapatkan dukungan dari berbagai aspek, seperti solvabilitas dan profitabilitas.
Dari sisi solvabilitas, TLKM mencatat current ratio (quarter) sebesar 0,70. Meskipun berada di bawah angka ideal 1,0, rasio ini tetap menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Quick ratio (quarter) TLKM sebesar 0,69, hampir setara dengan current ratio-nya, mengindikasikan likuiditas yang terjaga. Sementara itu, debt to equity ratio (quarter) sebesar 0,36 mencerminkan struktur modal yang konservatif dengan utang rendah dibandingkan ekuitas.
Dalam aspek profitabilitas, saham TLKM menunjukkan hasil yang menjanjikan. Return on assets (TTM) sebesar 7,97 persen menegaskan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan asetnya. Return on equity (TTM) sebesar 16,75 persen mengindikasikan pengembalian investasi pemegang saham yang solid.
Operating profit margin (quarter) mencapai 29,29 persen, mencerminkan efisiensi tinggi dalam operasional perusahaan. Net profit margin (quarter) TLKM sebesar 16,02 persen menunjukkan margin laba bersih yang sehat, memperkuat posisi TLKM sebagai salah satu emiten terkemuka di sektor telekomunikasi.
Menonjol di Antara Pesaing
Sebelumnya diberitakan, berdasarkan riset terbaru dari Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Research, sektor telekomunikasi dipandang "overweight," dengan saham TLKM menonjol di antara para pesaingnya sebagai pilihan utama investor.
Jason Sebastian, Stock Analyst SSI, dalam analisisnya menyebutkan bahwa TLKM menunjukkan angka proyeksi yang sangat menarik dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lainnya di pasar.
"Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp15,94 triliun dan target harga 2025 sebesar Rp3.500, saham TLKM mencatatkan rasio P/E sebesar 10,8x, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata sektor yang mencapai 24,6x," ujar Jason dalam laporan risetnya pada Senin, 20 Januari 2025.
Proyeksi EBITDA TLKM yang diperkirakan tumbuh sebesar 5 persen mengindikasikan pertumbuhan yang sehat, terutama berkat strategi diversifikasi bisnis dan peningkatan kualitas layanan yang konsisten.
Sebagai perbandingan, pesaing utama seperti PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga menunjukkan performa positif, meski dengan proyeksi yang lebih beragam dibandingkan TLKM, yang terus mempertahankan posisinya sebagai pemimpin di sektor telekomunikasi.
Prospek Kinerja 2024-2026
Berdasarkan proyeksi untuk tahun 2024 hingga 2026, TLKM diperkirakan akan mencatatkan return positif sebesar 15,2 persen. Sementara itu, ISAT diproyeksikan mengalami return sebesar 8,5 persen, sementara EXCL diprediksi memiliki return 17,5 persen.
“Secara keseluruhan, sektor telekomunikasi diperkirakan akan menghadapi tantangan, tetapi TLKM tetap menjadi pilihan utama bagi para investor,” tegas Jason.
Dengan potensi pertumbuhan yang lebih stabil dan kinerja yang lebih sehat dibandingkan pesaingnya, TLKM menjadi sorotan utama di pasar saham Indonesia untuk sektor telekomunikasi.
Jason menambahkan, sebagai sektor yang penuh potensi, telekomunikasi menghadapi tantangan dan peluang yang signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Potensi kenaikan ARPU (Average Revenue Per User) dapat terjadi seiring dengan meredanya persaingan akibat konsolidasi industri. Fokus pada kualitas jaringan dan layanan akan menjadi faktor utama persaingan di masa depan. Selain itu, strategi FMC (Fixed-Mobile Convergence) yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh sektor ini adalah persaingan ketat di pasar broadband tetap (FBB), yang dapat memperlambat pertumbuhan pendapatan, terutama terkait kemungkinan terjadinya perang harga.
Selain itu, jumlah pelanggan seluler yang sudah mencapai 188 juta dan tingkat penetrasi sebesar 97 persen menunjukkan potensi pertumbuhan yang terbatas.
Lelang spektrum insentif yang dijadwalkan dapat membuka peluang bagi perusahaan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas jaringan. Teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) diperkirakan akan mendorong permintaan terhadap layanan 5G dan serat optik.
Bagi investor, peralihan ke saham dengan kinerja yang lebih buruk mungkin juga memberikan kesempatan untuk membeli di harga yang lebih terjangkau.
Salah satu ancaman terbesar bagi sektor ini adalah kemungkinan penurunan ARPU yang lebih tajam dari yang diperkirakan, mengingat adanya risiko penurunan tingkat penggunaan layanan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.