Logo
>

Inflasi AS Melandai, Sentimen Positif Menyebar ke Bursa Asia

Pelambatan inflasi AS dan jeda perang dagang AS–China mendorong penguatan bursa Asia. Indeks Kospi dan Hang Seng memimpin kenaikan regional.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Inflasi AS Melandai, Sentimen Positif Menyebar ke Bursa Asia
Inflasi AS melandai ke 2,3 persen. Bursa Asia bergerak naik, didukung jeda perang dagang dan ekspektasi The Fed lebih longgar. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM – Pasar saham Asia bergerak variatif namun cenderung menguat pada Rabu, 14 Mei 2025. Pelaku pasar di kawasan menyambut dengan hati-hati kabar pelambatan inflasi Amerika Serikat (AS) dan jeda sementara perang dagang antara AS dan China.

Dilansir dari AP di Jakarta, Rabu, Indeks Kospi Korea Selatan melonjak 1,1 persen ke 2.635,86, disusul Hang Seng Hong Kong yang naik 1,1 persen ke 23.367,57.

Di Shanghai, indeks komposit menguat tipis 0,1 persen ke 3.377,75. Sementara itu, Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,8 persen dan ASX 200 Australia melemah 0,1 persen.

Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka di zona hijau ke level 6.919 atau menguat 1,27 persen. Mengutip data RTI Business, naiknya IHSG tidak lepas dengan 255 saham yang menguat. Sementara, 61 saham lainnya melemah, dan 287 saham stagnan.

Berdasarkan data perdagangan Stockbit, saham PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS) berada di posisi pertama Top Gainerusai mengalami lonjakan sebesar 17,14 persen ke level harga 82. 

Kenaikan tajam itu diikuti oleh PT Megapower Makmur Tbk (MPOW) yang naik 15,44 persen ke posisi 172. PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) pagi ini juga terpantau naik 10,45 persen. 

Disusul PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA) yang naik 9,56 persen, dan PT Falmaco Nonwoven Industri Tbk (FLMC) yang menambah nilai sebesar 8,89 persen.

Dari sisi sektoral, mayoritas sektor menunjukkan penguatan. Sektor energi mencatat kenaikan tertinggi sebesar 1,97 persen, diikuti sektor Infrastruktur sebesar 1,81 persen. Sektor keuangan dan properti juga mencatatkan kinerja positif masing-masing sebesar 1,35 persen dan 1,41 persen. Tak hanya itu, Sektor teknologi juga terlihat menguat sebesar 0,23 persen. 

Sentimen Positif dari AS dan China


Sentimen positif muncul setelah AS dan China menyepakati gencatan dagang selama 90 hari. Meski demikian, pelaku pasar menilai optimisme ini bersifat terbatas.
“Tanpa kesepakatan jangka panjang, ketidakpastian mengenai level tarif dan dampak dari kebijakan yang sudah berjalan akan tetap menjadi variabel kunci dalam proyeksi makroekonomi kami,” ujar Kepala Ekonom Fitch Ratings, Brian Coulton.

Pelambatan inflasi AS turut memperkuat sentimen beli di pasar global. Laporan terbaru menunjukkan inflasi melandai ke 2,3 persen pada April, turun dari 2,4 persen pada Maret. Data ini memberi harapan bahwa skenario terburuk berupa stagflasi—di mana inflasi tinggi terjadi saat ekonomi stagnan—dapat dihindari.

Penguatan juga terasa di bursa Wall Street. Indeks S&P 500 naik 0,7 persen ke 5.886,55. Nasdaq melonjak 1,6 persen ke 19.010,08, sementara Dow Jones terkoreksi 0,6 persen ke 42.140,43. Meski sempat mendekati zona koreksi bulan lalu, S&P 500 kini hanya terpaut 4,2 persen dari rekor tertingginya dan kembali mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun ini.

Kombinasi antara inflasi AS yang melambat dan jeda perang dagang memberi ruang bagi investor untuk kembali mengambil risiko, meskipun awan ketidakpastian tetap menggantung. Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan sikap hati-hati, dengan peluang pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbuka jika tekanan inflasi benar-benar mereda.

Meski laporan inflasi Selasa lalu memberi napas lega, para ekonom dan analis tetap mewanti-wanti bahwa tekanan harga bisa kembali meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Kebijakan tarif Presiden Donald Trump masih berpotensi mendorong inflasi naik, sehingga Federal Reserve diperkirakan tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga.

Bank sentral AS kemungkinan besar akan menunggu data tambahan sebelum memutuskan langkah moneter berikutnya. Situasi ini serupa dengan ketidakpastian yang kini juga dirasakan pelaku pasar secara umum.

“Selama The Fed belum memberi sinyal pemangkasan suku bunga, pergerakan pasar akan tetap dipengaruhi oleh berita negosiasi dan rekonsiliasi,” ujar Kepala Investasi Multi-Aset di Goldman Sachs Asset Management, Alexandra Wilson-Elizondo.

Sementara itu, saham-saham terkait kecerdasan buatan menjadi penggerak utama bursa Wall Street. Saham Nvidia melonjak 5,6 persen dan menjadi kontributor terbesar dalam penguatan S&P 500. Perusahaan chip asal AS itu baru saja menjalin kerja sama dengan startup AI milik Sovereign Wealth Fund Arab Saudi, Humain, untuk memasok 18.000 unit chip. Chip tersebut akan digunakan dalam proyek pusat data baru di Timur Tengah.

Dari pasar obligasi, imbal hasil (yield) Treasury AS naik tipis, seiring meningkatnya harapan atas pemulihan ekonomi. Yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik menjadi 4,48 persen dari sebelumnya 4,45 persen. Sementara itu, yield obligasi dua tahun—yang lebih sensitif terhadap kebijakan The Fed—naik ke 4,01 persen dari 3,98 persen.

Di pasar energi, harga minyak berjangka AS turun 44 sen ke level USD63,23 per barel. Minyak Brent sebagai acuan global juga melemah 46 sen ke USD66,17 per barel.

Sedangkan di pasar valuta asing, dolar AS sedikit melemah ke 147,16 yen Jepang dari posisi sebelumnya di 147,21. Sementara itu, nilai tukar euro menguat tipis ke USD1,1192 dari USD1,1188.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).