KABARBURSA.COM - Pada tahun ini, anggaran belanja produktif pemerintah diproyeksikan lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun 2023. Perkiraan belanja barang, belanja modal, dan belanja infrastruktur masing-masing mengalami penurunan yang signifikan.
- Belanja barang dianggarkan sekitar Rp 410,9 triliun, turun 1,72 persen dari tahun sebelumnya.
- Belanja modal diproyeksikan sebesar Rp 244,4 triliun, mengalami penurunan drastis sebesar 20,47 persen.
- Anggaran untuk belanja infrastruktur mencapai Rp 422,7 triliun, mengalami penurunan sekitar 7,26 persen.
Ronny P Sasmita, Analis Senior dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, mengungkapkan keprihatinannya terkait dampak rendahnya anggaran produktif terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Menurutnya, penurunan belanja pemerintah pada kuartal III 2023 turut menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi menjadi 4,94 persen YoY.
Ronny menyoroti kontribusi konsumsi pemerintah yang turun drastis dari 14 persen di kuartal II 2023 menjadi hanya 5,6 persen di kuartal III 2023 terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan turunnya belanja modal, mencapai target pertumbuhan ekonomi 5 persen di 2024 dianggap sulit.
Untuk mengatasi tantangan ini, Ronny menekankan perlunya terobosan dari sisi investasi dan ekspor. Investasi perlu tumbuh tinggi, sementara surplus neraca dagang harus membesar.
Jika tidak, pertumbuhan ekonomi berisiko berada di bawah 5 persen, bahkan bisa lebih rendah dari prediksi Bank Dunia sebesar 4,9 persen.
Meskipun belanja produktif mengalami penurunan, belanja perlindungan sosial (perlinsos) menjadi pengecualian dengan kenaikan sekitar 10,15 persen menjadi Rp 493,5 triliun. Ronny melihat kenaikan ini sebagai respons terhadap tekanan daya beli masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke atas, dan sebagai strategi politik yang efektif.
Dengan kondisi ekonomi yang dinamis, tantangan menuju pertumbuhan ekonomi 5 persen memerlukan langkah-langkah konkret, termasuk peningkatan investasi, ekspor, dan strategi perlindungan sosial yang terukur.