Logo
>

Inilah Rekomendasi Saham Hari Ini Selasa 30 Januari 2024

Ditulis oleh KabarBursa.com
Inilah Rekomendasi Saham Hari Ini Selasa 30 Januari 2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggenggam prospek puncak pada tahun ini.

    Mandiri Sekuritas menyalurkan proyeksi ketinggian IHSG hingga mencapai level 7.640 pada tahun 2024. Namun, target ambisius ini bakal terpapar oleh sentimen suku bunga The Fed yang berpotensi melandai.

    Adrian Joezer, Kepala Analis Ekuitas dan Strategi Mandiri Sekuritas, menegaskan bahwa di tengah redupnya pertumbuhan ekonomi global, ekonomi Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dengan ketahanan di tengah ketidakpastian global.

    Meski laba bersih perusahaan melemah akibat kebijakan moneter yang ketat, Joezer menyarankan bahwa potensi penurunan suku bunga bisa menjadi penopang pemulihan pertumbuhan di semester II-2024.

    Mandiri Sekuritas memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga hingga empat kali, dimulai pada bulan Mei 2024. Dalam keseluruhan, The Fed berpotensi menurunkan suku bunga hingga 125 basis poin (bps).

    Ketidakpastian ekonomi Indonesia pada 2024–2025 akan mencerminkan lebih baik dan belum sepenuhnya tercermin pada valuasi pasar saham saat ini, berada di level 12 hingga 13 kali forward PE, seperti yang diungkapkan dalam Economic and Market Outlook 2024 pada hari Senin (29/1).

    Selain itu, tingkat leverage perusahaan yang rendah dan ROIC-WACD spread di level tertinggi dalam 8–9 tahun terakhir diperkirakan akan mempercepat pemulihan pertumbuhan setelah periode kebijakan ketat.

    Dalam skenario dasar, Mandiri Sekuritas memproyeksikan IHSG akan mencapai level 7.640. Sedangkan dalam skenario bull, IHSG berpotensi menembus level 8.030, dan untuk skenario bearish, IHSG turun ke level 6.560.

    Mandiri Sekuritas memberikan predikat saham unggulan untuk tahun ini pada sektor perbankan, telekomunikasi, teknologi, properti, transportasi darat khususnya taksi, jalan tol, dan kesehatan.

    IHSG memulai pekan ini dengan penguatan, naik 20,08 poin atau 0,28 persen mencapai level 7.157,17 pada perdagangan Senin (29/1). Namun, secara mingguan, IHSG masih turun sebesar 1,25 persen.

    Empat saham bank berkapitalisasi pasar besar memimpin penguatan pasar pada awal pekan ini, yaitu saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik lebih dari 2 persen. Tiga saham bank plat merah juga naik dengan tingkat kenaikan yang relatif sama, yaitu 2,7 persen, sementara BBCA menguat sebesar 2,14 persen.

    Cheril Tanuwijaya, Kepala Riset Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu), mengamati kenaikan saham bank besar yang menjadi penopang IHSG. Pasar merespons positif terhadap ekspektasi laporan keuangan perbankan tahun 2023 yang diprediksi akan mencatatkan hasil yang gemilang.

    Namun, fluktuasi IHSG terjadi akibat sentimen global, terutama berita dari Hong Kong terkait likuidasi China Evergrande Grup. Keputusan tersebut diambil di tengah kekhawatiran atas pemulihan ekonomi China dan lesunya sektor propertinya.

    Cheril menyatakan bahwa sentimen eksternal membuat IHSG berfluktuasi, terutama dengan para investor yang menunggu arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat. Pasar juga masih menunggu hasil pertemuan The Fed pada pertengahan pekan ini, menurut Cheril kepada Kontan.co.id pada Senin (29/1).

    Pandhu Dewanto, Analis Investindo Nusantara Sekuritas, menyatakan bahwa investor cenderung menunggu dan melihat kondisi pasar yang masih minim katalis. Tekanan jual tetap dominan meski IHSG mengalami kenaikan, dan sinyal pembalikan arah masih terbilang lemah.

    Dari segi momentum, IHSG masih menunjukkan kecenderungan bearish. Faktor utamanya adalah aliran modal keluar yang terjadi beberapa hari belakangan ini, yang dikonfirmasi dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Pasar bergerak mengantisipasi kemungkinan suku bunga The Fed akan tetap bertahan pada level saat ini dalam waktu yang lebih lama, demikian menurut Pandhu.

    Untuk perdagangan Selasa (30/1), Pandhu melihat kemungkinan IHSG masih kurang katalis. Transaksi cenderung sepi, sehingga IHSG kemungkinan akan bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah, dengan area support di 7.050 dan resistance di 7.220.

    Pandhu menyatakan bahwa fokus pasar akan tertuju pada sidang The Fed, di mana pasar akan menilai prospek dan kebijakan ekonomi ke depan. Saat ini, pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga pada level 5,5 persen.

    Pasar juga akan memperhatikan tingkat inflasi Indonesia, yang diperkirakan akan melandai ke level 2,58 persen, sedikit turun dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 2,61 persen, menurut Pandhu.

    Jika kondisi bursa regional stabil, Pandhu memperkirakan saham-saham blue chips akan menarik perhatian. Terutama saham big bank seperti BMRI dan BBRI, yang mengalami rebound setelah beberapa hari koreksi.

    Kinerja keuangan yang solid dan potensi dividen menambah daya tarik sebagai pilihan investasi jangka panjang. Bagi emiten blue chip, koreksi saat ini dapat menjadi momentum untuk mendapatkan level entry yang lebih menarik, demikian kata Pandhu.

    Alrich Paskalis Tambolang, Penasihat Investasi Phintraco Sekuritas, menilai secara teknikal bahwa IHSG berpotensi mengalami konsolidasi dari perdagangan hari ini. Rentang support IHSG berada di area 7.150, dengan pivot pada 7.200 dan resistance pada level 7.250.

    Alrich menyarankan fokus pada saham-saham blue chip sebagai pilihan utama, terutama saham-saham big bank. Alrich menunjuk saham BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) sebagai saham-saham pilihan.

    Cheril, sementara itu, memproyeksikan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang 7.100-7.170. Cheril memberikan rekomendasi beli untuk saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

    Untuk saham MEDC, pertimbangkan target harga di Rp 1.300 dengan stop loss di area Rp 1.220. Sedangkan untuk saham MAPI, target harga berada di posisi Rp 1.950 dengan level stop loss di Rp 1.880

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggenggam prospek puncak pada tahun ini.

    Mandiri Sekuritas menyalurkan proyeksi ketinggian IHSG hingga mencapai level 7.640 pada tahun 2024. Namun, target ambisius ini bakal terpapar oleh sentimen suku bunga The Fed yang berpotensi melandai.

    Adrian Joezer, Kepala Analis Ekuitas dan Strategi Mandiri Sekuritas, menegaskan bahwa di tengah redupnya pertumbuhan ekonomi global, ekonomi Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dengan ketahanan di tengah ketidakpastian global.

    Meski laba bersih perusahaan melemah akibat kebijakan moneter yang ketat, Joezer menyarankan bahwa potensi penurunan suku bunga bisa menjadi penopang pemulihan pertumbuhan di semester II-2024.

    Mandiri Sekuritas memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga hingga empat kali, dimulai pada bulan Mei 2024. Dalam keseluruhan, The Fed berpotensi menurunkan suku bunga hingga 125 basis poin (bps).

    Ketidakpastian ekonomi Indonesia pada 2024–2025 akan mencerminkan lebih baik dan belum sepenuhnya tercermin pada valuasi pasar saham saat ini, berada di level 12 hingga 13 kali forward PE, seperti yang diungkapkan dalam Economic and Market Outlook 2024 pada hari Senin (29/1).

    Selain itu, tingkat leverage perusahaan yang rendah dan ROIC-WACD spread di level tertinggi dalam 8–9 tahun terakhir diperkirakan akan mempercepat pemulihan pertumbuhan setelah periode kebijakan ketat.

    Dalam skenario dasar, Mandiri Sekuritas memproyeksikan IHSG akan mencapai level 7.640. Sedangkan dalam skenario bull, IHSG berpotensi menembus level 8.030, dan untuk skenario bearish, IHSG turun ke level 6.560.

    Mandiri Sekuritas memberikan predikat saham unggulan untuk tahun ini pada sektor perbankan, telekomunikasi, teknologi, properti, transportasi darat khususnya taksi, jalan tol, dan kesehatan.

    IHSG memulai pekan ini dengan penguatan, naik 20,08 poin atau 0,28 persen mencapai level 7.157,17 pada perdagangan Senin (29/1). Namun, secara mingguan, IHSG masih turun sebesar 1,25 persen.

    Empat saham bank berkapitalisasi pasar besar memimpin penguatan pasar pada awal pekan ini, yaitu saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik lebih dari 2 persen. Tiga saham bank plat merah juga naik dengan tingkat kenaikan yang relatif sama, yaitu 2,7 persen, sementara BBCA menguat sebesar 2,14 persen.

    Cheril Tanuwijaya, Kepala Riset Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu), mengamati kenaikan saham bank besar yang menjadi penopang IHSG. Pasar merespons positif terhadap ekspektasi laporan keuangan perbankan tahun 2023 yang diprediksi akan mencatatkan hasil yang gemilang.

    Namun, fluktuasi IHSG terjadi akibat sentimen global, terutama berita dari Hong Kong terkait likuidasi China Evergrande Grup. Keputusan tersebut diambil di tengah kekhawatiran atas pemulihan ekonomi China dan lesunya sektor propertinya.

    Cheril menyatakan bahwa sentimen eksternal membuat IHSG berfluktuasi, terutama dengan para investor yang menunggu arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat. Pasar juga masih menunggu hasil pertemuan The Fed pada pertengahan pekan ini, menurut Cheril kepada Kontan.co.id pada Senin (29/1).

    Pandhu Dewanto, Analis Investindo Nusantara Sekuritas, menyatakan bahwa investor cenderung menunggu dan melihat kondisi pasar yang masih minim katalis. Tekanan jual tetap dominan meski IHSG mengalami kenaikan, dan sinyal pembalikan arah masih terbilang lemah.

    Dari segi momentum, IHSG masih menunjukkan kecenderungan bearish. Faktor utamanya adalah aliran modal keluar yang terjadi beberapa hari belakangan ini, yang dikonfirmasi dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Pasar bergerak mengantisipasi kemungkinan suku bunga The Fed akan tetap bertahan pada level saat ini dalam waktu yang lebih lama, demikian menurut Pandhu.

    Untuk perdagangan Selasa (30/1), Pandhu melihat kemungkinan IHSG masih kurang katalis. Transaksi cenderung sepi, sehingga IHSG kemungkinan akan bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah, dengan area support di 7.050 dan resistance di 7.220.

    Pandhu menyatakan bahwa fokus pasar akan tertuju pada sidang The Fed, di mana pasar akan menilai prospek dan kebijakan ekonomi ke depan. Saat ini, pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga pada level 5,5 persen.

    Pasar juga akan memperhatikan tingkat inflasi Indonesia, yang diperkirakan akan melandai ke level 2,58 persen, sedikit turun dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 2,61 persen, menurut Pandhu.

    Jika kondisi bursa regional stabil, Pandhu memperkirakan saham-saham blue chips akan menarik perhatian. Terutama saham big bank seperti BMRI dan BBRI, yang mengalami rebound setelah beberapa hari koreksi.

    Kinerja keuangan yang solid dan potensi dividen menambah daya tarik sebagai pilihan investasi jangka panjang. Bagi emiten blue chip, koreksi saat ini dapat menjadi momentum untuk mendapatkan level entry yang lebih menarik, demikian kata Pandhu.

    Alrich Paskalis Tambolang, Penasihat Investasi Phintraco Sekuritas, menilai secara teknikal bahwa IHSG berpotensi mengalami konsolidasi dari perdagangan hari ini. Rentang support IHSG berada di area 7.150, dengan pivot pada 7.200 dan resistance pada level 7.250.

    Alrich menyarankan fokus pada saham-saham blue chip sebagai pilihan utama, terutama saham-saham big bank. Alrich menunjuk saham BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) sebagai saham-saham pilihan.

    Cheril, sementara itu, memproyeksikan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang 7.100-7.170. Cheril memberikan rekomendasi beli untuk saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

    Untuk saham MEDC, pertimbangkan target harga di Rp 1.300 dengan stop loss di area Rp 1.220. Sedangkan untuk saham MAPI, target harga berada di posisi Rp 1.950 dengan level stop loss di Rp 1.880.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi