KABARBURSA.COM - Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah, menilai suku bunga acuan yang tetap stabil tidak menjamin bahwa suku bunga perbankan, khususnya suku bunga kredit, akan mengalami kenaikan. Namun, tidak menutup kemungkinan setiap bank memiliki kondisi individual yang berbeda-beda, yang dapat mempengaruhi kebijakan mereka terkait suku bunga.
“Suku bunga acuan tetap berarti suku bunga perbankan, khususnya suku bunga kredit, yang diharapkan tidak mengalami kenaikan. Tapi kondisi individual bank kan berbeda-beda,” kata Piter kepada KabarBursa di Jakarta, Minggu, 21 Juli 2024.
Dalam situasi seperti ini, ada kemungkinan bahwa beberapa bank akan memilih untuk menaikkan suku bunga deposito mereka. Langkah ini bertujuan untuk menarik Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat mendorong kenaikan suku bunga kredit di bank-bank tersebut.
Menurut Piter, kebijakan penyesuaian suku bunga deposito dapat menjadi strategi yang diambil oleh bank-bank untuk mengoptimalkan arus kas mereka dan meningkatkan profitabilitas.
Namun demikian, dampak dari kebijakan ini dapat bervariasi tergantung pada kondisi pasar finansial, termasuk tingkat permintaan kredit dan sentimen ekonomi secara keseluruhan.
“Jadi, bisa saja satu dua bank menaikkan suku bunga deposito untuk mendapatkan DPK yang pada gilirannya akan mendorong kenaikan suku bunga kredit di bank tersebut,” tandasnya.
The Fed Turunkan Suku Bunga
Sebelumnya, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral tidak akan menunggu hingga inflasi mencapai 2 persen sebelum memangkas suku bunga. Dari hal inilah kemudian Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, melihat kemungkinan pemangkasan suku bunga bisa terjadi pada September 2024.
Menurutnya, ada indikasi kuat yang mendukung kemungkinan tersebut. Yaitu, tren penurunan inflasi yang lebih tajam dari yang diharapkan dan perlambatan dalam beberapa indikator ekonomi kunci.
Meskipun, dia mencatat bahwa keputusan tersebut masih belum pasti karena beberapa pihak memperkirakan waktu yang berbeda, dengan beberapa pengamat masih memiliki pendapat yang berbeda mengenai waktu yang tepat untuk tindakan tersebut.
Namun, menurutnya dengan adanya penurunan inflasi di AS memungkinkan adanya percepatan pemangkasan suku bunga the Fed.
“Beberapa pengamat masih beda pendapat tapi arahnya semestinya dipercepat, The Fed lebih yakin untuk memangkas tingkat suku bunga,” katanya.
Namun, mempercepat pemangkasan suku bunga sebenarnya sulit untuk diprediksi. Faisal mengungkapkan kesulitan dalam menginterpretasi kecenderungan pejabat The Fed terkait langkah ini.
Dia menjelaskan bahwa seperti bulan lalu, meskipun terjadi penurunan inflasi sebesar 0,1 persen, namun The Fed belum merasa cukup puas dengan kondisi tersebut.
Tapi dia menyatakan dengan adanya penurunan yang lebih signifikan pada bulan ini, Di berharap para pejabat The Fed akan merasa lebih terdorong untuk mempercepat langkah-langkah mereka.
“Saya harap dengan penurunan yang lebih tajam pada bulan ini mereka lebih terdorong untuk mempercepat,” ungkap dia.
Inflasi Turun
Sebagai catatan, ada deflasi inflasi di AS pada bulan Juni, dengan penurunan yang lebih besar dari perkiraan, yaitu 0,1 persen. Secara tahun ke tahun (year-on-year), inflasi turun dari 3,3 persen pada bulan sebelumnya menjadi 3 persen.
“Turunnya lebih tajam ini,” terang dia
Menurut pandangannya, dengan kondisi tersebut, ditambah dengan indikator lain seperti perlambatan pertumbuhan lapangan kerja dan non farm payroll yang lemah, dapat memperkuat dorongan untuk mempercepat pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Namun, sekali lagi dia menekankan bahwa keputusan untuk mempercepat pemangkasan suku bunga The Fed bergantung pada bagaimana para pejabat bank sentral tersebut menafsirkan kondisi ekonomi di AS. Keputusan akhir akan diambil dalam pertemuan FOMC yang berikutnya, yang dijadwalkan pada akhir Juli 2024 ini.
Penurunan inflasi yang tajam di Amerika Serikat pada bulan Juni, dengan deflasi sebesar 0,1 persen dan penurunan inflasi tahunan dari 3,3 persen menjadi 3 persen, telah memicu spekulasi mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih cepat oleh Federal Reserve.
Data ini, bersama dengan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja dan data non-farm payroll yang lemah, memberikan dorongan tambahan untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga. Namun, keputusan akhir mengenai pemangkasan suku bunga akan bergantung pada evaluasi mendalam dari kondisi ekonomi yang dilakukan oleh pejabat The Fed dalam pertemuan FOMC yang akan datang pada akhir Juli 2024.(ian/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.