Logo
>

Investasi Menarik di Sektor Perbankan, BMRI jadi Primadona

Ditulis oleh Yunila Wati
Investasi Menarik di Sektor Perbankan, BMRI jadi Primadona

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham perbankan masih menjadi salah satu pilihan utama bagi investor yang mencari kestabilan dan potensi keuntungan jangka panjang. Di Indonesia, saham bank dengan kapitalisasi besar, seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI), kerap disebut sebagai “big banks.”

    Emiten-emiten perbankan ini tidak hanya menarik perhatian investor tetapi juga menjadi salah satu pendorong utama pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

    Industri perbankan di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak zaman kolonial Belanda, ketika VOC mendirikan De Bank van Leening untuk mendukung aktivitas perdagangan di wilayah nusantara. Perkembangan signifikan terjadi dengan pendirian Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai bank pemerintah pertama. Meski sempat terhenti operasinya akibat dinamika politik pada era perjanjian Renville, BRI kemudian bangkit dan berkontribusi besar dalam sejarah perbankan nasional.

    Saat ini, industri perbankan di Indonesia telah mengalami modernisasi pesat dengan banyaknya bank umum yang beroperasi, baik yang berstatus BUMN maupun swasta. Bank-bank ini menjalankan kegiatan secara konvensional maupun berbasis syariah, menjadikan perbankan salah satu sektor ekonomi yang paling adaptif terhadap kebutuhan masyarakat. Fungsi utamanya adalah sebagai pengelola dana masyarakat, penyalur kredit, dan penyedia sistem pembayaran yang mendukung berbagai aktivitas ekonomi. Tidak hanya itu, peran strategis perbankan juga diperkuat oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral, yang bertugas menjaga stabilitas mata uang Rupiah dan mendukung kestabilan sistem keuangan.

    Saham-saham perbankan dikenal memiliki daya tahan tinggi, menjadikannya favorit bagi investor yang mencari keamanan di tengah ketidakpastian pasar. Ketika terjadi krisis, sektor ini cenderung menjadi salah satu yang pertama pulih berkat fondasi modal dan fundamental bisnis yang kuat. Sejarah menunjukkan bahwa bank-bank besar kerap mencatatkan pertumbuhan laba yang konsisten hampir setiap tahunnya, menggambarkan resiliensi dan potensi jangka panjang yang menjanjikan.

    Di tahun 2023, sektor perbankan Indonesia menunjukkan performa solid, didukung oleh pengelolaan risiko yang baik dan kebijakan modal yang memperkuat stabilitas sektor ini. Salah satu indikator menarik bagi investor adalah potensi dividen yang tinggi dari saham-saham perbankan. Sebagai contoh, Bank Jatim (BTJM) memberikan dividen dengan imbal hasil sebesar 9,07 persen, setara dengan Rp 54,39 per saham. Angka ini menarik minat investor yang mencari pendapatan pasif melalui portofolio saham mereka.

    Di sisi lain, bank-bank besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI terus menunjukkan kinerja cemerlang, yang tidak hanya meningkatkan nilai saham tetapi juga menjaga kepercayaan investor. Dengan fondasi yang kokoh dan dukungan ekonomi makro yang stabil, saham-saham sektor perbankan di Indonesia diperkirakan akan terus menjadi magnet investasi bagi berbagai kalangan, baik domestik maupun internasional.

    BMRI Sang Primadona

    Hingga Jumat, 27 Desember 2024, saham BMRI memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp535,92 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa saham termasuk dalam kategori kapitalisasi besar atau blue chip yang kerap menarik minat investor institusi maupun ritel.

    Pada sesi perdagangan tersebut, harga saham dibuka di level Rp5.750, mencapai harga tertinggi di Rp5.850, dan terendah kembali ke Rp5.750. Hal ini mencerminkan volatilitas yang relatif rendah, menandakan minat yang stabil di kalangan investor.

    Saham mencatat rasio price-to-earnings (P/E) sebesar 9,33, yang menunjukkan bahwa harga sahamnya dihargai 9,33 kali dari laba bersih per saham. Rasio ini berada pada kisaran yang menarik, terutama jika dibandingkan dengan rata-rata industri, karena menunjukkan bahwa saham tersebut mungkin undervalued atau sedang dihargai cukup wajar oleh pasar.

    Selain itu, saham ini menawarkan imbal hasil dividen sebesar 6,10 persen, sebuah daya tarik utama bagi investor yang mencari pendapatan pasif melalui investasi saham. Dividen yield yang tinggi sering kali menjadi indikator kesehatan keuangan perusahaan serta komitmen manajemen dalam mengembalikan nilai kepada pemegang saham. Dalam kondisi pasar yang fluktuatif, saham dengan dividen yield yang kompetitif sering menjadi pilihan bagi mereka yang mengutamakan kestabilan pendapatan.

    Secara keseluruhan, kombinasi antara kapitalisasi pasar yang besar, rasio P/E yang wajar, dan imbal hasil dividen yang menarik memberikan gambaran bahwa saham ini merupakan pilihan yang solid bagi investor dengan strategi jangka panjang maupun pencari dividen. Namun, analisis yang lebih mendalam mengenai fundamental perusahaan dan kondisi makroekonomi diperlukan untuk memastikan kelayakan investasi, terutama dalam konteks dinamika pasar saat ini.

    Kinerja Keuangan BMRI

    BMRI semakin menjadi primadona ketika berhasil mencatatkan hasil keuangan yang solid hingga menjelang tutup buku tahun 2024, dengan laba bersih yang tercatat mencapai Rp47,17 triliun. Meskipun kinerja laba mengalami sedikit peningkatan, yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,67 persen dibandingkan dengan tahun lalu, angka ini menggambarkan betapa kuatnya performa Bank Mandiri di tengah kondisi pasar yang dinamis. Salah satu faktor utama yang mendorong kinerja positif bank terbesar di Indonesia ini adalah pertumbuhan kredit yang pesat.

    Hingga November 2024, kredit yang disalurkan Bank Mandiri mengalami lonjakan signifikan sebesar 22,69 persen year on year (yoy), mencapai Rp1.283,44 triliun. Angka ini mencatatkan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan Indonesia, yang tercatat hanya tumbuh 10,79 persen.

    Keunggulan Bank Mandiri dalam memperluas penyaluran kredit semakin jelas terlihat ketika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, di mana laju pertumbuhan kredit pada Oktober 2024 hanya mencatatkan angka 10,92 persen. Dengan begitu, kinerja kredit Bank Mandiri yang tercatat terus menguat menunjukkan betapa baiknya strategi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan masyarakat, sekaligus mendukung pertumbuhan laba yang lebih berkelanjutan.

    Seiring dengan berkembangnya volume kredit, Bank Mandiri juga mencatatkan kenaikan signifikan dalam pendapatan bunga, yang mencapai Rp101,69 triliun, tumbuh sebesar 14,34 persen yoy. Namun, meningkatnya beban bunga sebesar 39,26 persen yoy menjadi Rp33,14 triliun turut memberikan tantangan pada pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) yang hanya dapat tumbuh 5,23 persen yoy, mencapai Rp68,55 triliun. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam peningkatan beban bunga, meskipun kinerja pendapatan tetap menunjukkan angka yang solid.

    Selain pendapatan bunga, Bank Mandiri juga berhasil memperlihatkan hasil positif dari sumber pendapatan lainnya, seperti komisi dan biaya administrasi. Pendapatan dari sektor ini tercatat mencapai Rp15,99 triliun, dengan angka pertumbuhan 12,83 persen yoy. Sementara itu, kerugian akibat penurunan nilai aset keuangan mengalami kenaikan sebesar 22,63 persen yoy, yang menambah beban operasional bank.

    Meski mengalami kenaikan pada beberapa pos beban, Bank Mandiri mampu mencatat laba operasional sebesar Rp57,75 triliun, yang tumbuh 4,36 persen yoy. Hasil ini jelas mencerminkan daya tahan operasional perusahaan dalam menjaga kinerja finansial yang tetap positif meski dalam lingkungan pasar yang penuh tantangan.

    Di sisi lain, pendanaan Bank Mandiri menunjukkan hasil yang sangat positif seiring dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat. Sampai dengan November 2024, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun tercatat sebesar Rp1.367,08 triliun, yang tumbuh 14,67 persen yoy. Dengan pertumbuhan yang solid di semua kategori instrumen, seperti giro, tabungan, dan deposito yang tercatat masing-masing tumbuh 17,90 persen, 12,34 persen, dan 12,46 persen, Bank Mandiri semakin memperkuat rasio dana murahnya yang kini mencapai 79,48 persen , sebuah pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

    Selain itu, bank ini juga memperlihatkan diversifikasi sumber pendanaan yang efektif. Pencapaian dalam meningkatkan pinjaman dari pihak lain yang melesat 43,68 persen yoy menjadi Rp75,78 triliun turut memperkuat likuiditas, meski pada saat yang sama, pos surat berharga mengalami penurunan signifikan sebanyak 34,64 persen yoy menjadi Rp26,83 triliun. Langkah diversifikasi pendanaan ini tidak hanya menunjukkan kesiapan Bank Mandiri untuk mengatasi tantangan pasar, tetapi juga memperlihatkan kemampuan untuk menjaga ketahanan likuiditas yang sehat di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif.

    Secara keseluruhan, PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan kinerja yang solid hingga akhir November 2024, dengan peningkatan signifikan pada pertumbuhan kredit dan pendanaan. Walaupun ada beberapa tantangan yang tercermin dalam kenaikan beban bunga dan kerugian aset keuangan, keberhasilan bank dalam memperluas basis kredit dan menghimpun dana pihak ketiga menjadikan perusahaan ini tetap dalam posisi yang kuat untuk menyongsong tahun 2025. Bank Mandiri berhasil menjaga daya saingnya di sektor perbankan yang terus berkembang, dengan hasil yang tidak hanya memperlihatkan ketahanan, tetapi juga potensi pertumbuhan yang berkelanjutan.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79