KABARBURSA.COM - PT Suparma Tbk, perusahaan produsen kertas terkemuka di Indonesia, mengalami perubahan signifikan dalam struktur kepemilikannya. Dalam transaksi yang terjadi pada 13 November 2024, PT Wahana Bumi Indonesia, salah satu pemegang saham pengendali, memutuskan untuk melepas 21,37 persen sahamnya, sehingga kepemilikannya menyusut menjadi hanya 3,63 persen.
Langkah ini membuka jalan bagi Cathay Utima Investment Pte Ltd, perusahaan investasi asal Singapura, untuk mengambil alih kendali sebagai pemegang saham mayoritas baru. Dengan mengakuisisi 21,37 persen tambahan, kepemilikan Cathay Utima di Suparma kini mencapai 39,38 persen, meningkat drastis dari sebelumnya 18,01 persen.
Sekretaris Perusahaan Suparma Alberta Angela menyampaikan yang pertama PT Wahana Bumi Indonesia, salah satu pemegang saham pengendali SPMA, menjual 674.342.106 saham atau 21,37 persen dari total saham perusahaan. Sebelum transaksi, Wahana Bumi Indonesia memiliki 788.514.000 saham (25 persen). Setelah penjualan, kepemilikannya turun menjadi 114.171.894 saham (3,63 persen). Penjualan ini bertujuan untuk mengalihkan investasi.
Di saat yang sama, Edward Sopanan, salah satu anggota direksi Suparma, menjual 6.743.421 saham atau 0,21 persen dari total saham perusahaan. Sebelum transaksi, Edward memiliki 7.885.140 saham (0,25 persen). Setelah penjualan, kepemilikannya turun menjadi 1.141.719 saham (0,04 persen).
Joseph Sulaiman, anggota direksi lainnya, juga melaporkan penjualan saham. Ia menjual 6.743.421 saham (0,22 persen). Sebelum transaksi, Joseph memiliki 13.490.762 saham (0,43 persen). Setelah penjualan, kepemilikannya turun menjadi 6.747.341 saham (0,21 persen).
Akis penjualan ini kemudian disambut oleh aksi beli oleh dua entitas. Cathay Utima Investment Pte Ltd, perusahaan asal Singapura, membeli 674.342.106 saham atau 21,37 persen dari total saham Suparma. Sebelum transaksi, Cathay Utima memiliki 567.895.060 saham (18,01 persen). Setelah pembelian, kepemilikannya meningkat signifikan menjadi 1.242.237.166 saham (39,38 persen). Transaksi ini bertujuan untuk menambah investasi.
Welly, Komisaris Pengendali PT Suparma Tbk, juga melakukan pembelian saham. Sebelum transaksi, ia memiliki 2.553.430.983 saham (80,95 persen). Welly menambah kepemilikannya dengan membeli 13.486.842 saham (0,43 persen), sehingga total saham yang dimiliki menjadi 2.566.917.825 saham (81,38 persen).
Serangkaian transaksi ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam komposisi kepemilikan saham di PT Suparma Tbk. Penjualan oleh PT Wahana Bumi Indonesia yang diikuti pembelian oleh Cathay Utima Investment Pte Ltd merefleksikan perubahan strategis dalam struktur kepemilikan pengendali perusahaan.
Sementara itu, aksi jual oleh dua anggota direksi, Edward Sopanan dan Joseph Sulaiman, menunjukkan pengalihan investasi skala kecil yang tidak signifikan terhadap kepemilikan mayoritas. Di sisi lain, pembelian oleh Komisaris Pengendali Welly mengindikasikan kepercayaan pada prospek bisnis emiten produsen tisu merek See-u.
Dengan harga saham yang ditransaksikan pada Rp304 per lembar, nilai total dari seluruh transaksi saham yang dilakukan pada tanggal 13 November 2024 adalah sebesar Rp418.200.000.384. Hal ini menunjukkan adanya pergerakan strategis di antara pemegang saham besar, yang mungkin berdampak pada arah pengelolaan perusahaan ke depan.
Kinerja Keuangan SPMA
PT Suparma Tbk (SPMA) melaporkan kinerja keuangan yang mengalami penurunan pada kuartal III 2024. Perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar Rp114,9 miliar, turun 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023 yang mencapai Rp143,7 miliar. Penurunan ini membuat laba bersih per saham setara dengan Rp35,90 per lembar.
Dari sisi pendapatan, SPMA berhasil mempertahankan angka yang sama seperti tahun lalu sebesar Rp2,0 triliun hingga akhir September 2024. Namun, tekanan pada margin terlihat jelas. Laba kotor turun 10,2 persen menjadi Rp319,7 miliar, sedangkan laba EBITDA turun 18,7 persen menjadi Rp161,7 miliar. Hal ini menyebabkan margin laba kotor berada di level 16,0 persen, margin EBITDA sebesar 8,1 persen, dan margin laba bersih hanya 5,7 persen.
Pada akhir kuartal III 2024, total aset SPMA tercatat sebesar Rp3,33 triliun, dengan kas dan setara kas mencapai Rp166,7 miliar. Sementara itu, total utang jangka pendek dan jangka panjang masing-masing sebesar Rp449,3 miliar dan Rp484,7 miliar, dengan rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio) di level 0,39.
Total ekuitas perusahaan mencapai Rp2,39 triliun, menghasilkan nilai buku per saham (BVPS) sebesar Rp759,79 dengan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) sebesar 0,42x.
Kinerja profitabilitas SPMA mencatatkan return on assets (ROA) sebesar 3,45 persen dan return on equity (ROE) sebesar 4,79 persen. Dengan harga saham terakhir di Rp320 per lembar, perusahaan diperdagangkan dengan price-to-earnings ratio (PER) sebesar 8,91x dan EV/EBITDA di level 10,99x.
Meskipun laba bersih mengalami penurunan, SPMA tetap menunjukkan komitmennya kepada pemegang saham dengan rencana pembagian dividen sebesar Rp12 per saham. Dengan rasio EBITDA terhadap beban bunga sebesar 5,32, perusahaan menunjukkan kemampuan yang memadai untuk memenuhi kewajiban bunga meskipun beban bunga tercatat sebesar Rp30,4 miliar.
Performa Saham SPMA
Pada perdagangan hari ini, Selasa, 19 November 2024, harga saham SPMA ditutup di level Rp300 per lembar, mengalami kenaikan sebesar Rp4 atau 1,35 persen dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp296 per lembar.
Volume perdagangan saham SPMA tercatat sebanyak 233.500 lot, mendekati rata-rata volume harian sebesar 400.134 lot. Total nilai transaksi yang terjadi mencapai Rp70,7 miliar, dengan harga rata-rata perdagangan di Rp303 per saham.
Harga saham SPMA dibuka di level Rp300 dan mencapai titik tertinggi di Rp320 sebelum akhirnya ditutup kembali di Rp300. Rentang pergerakan hari ini berada di antara Rp300 sebagai level terendah dan Rp320 sebagai level tertinggi.
Batas auto reject atas (ARA) untuk saham SPMA berada di Rp370, sementara batas auto reject bawah (ARB) berada di Rp222. (*)