Logo
>

Investor Asing dan Lokal Berburu SRBI, ini Penyebabnya

Ditulis oleh KabarBursa.com
Investor Asing dan Lokal Berburu SRBI, ini Penyebabnya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Animo investor pada instrumen bank sentral dengan bunga diskonto tinggi, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), kian meningkat. Kalangan pemodal dari berbagai sektor berbondong-bondong menyerbu instrumen ini.

    Tidak hanya pemodal asing, pemilik dan pengelola dana domestik juga makin antusias memburu SRBI. Minat yang makin terpusat pada instrumen tenor pendek ini memicu keketatan likuiditas di perbankan, menyebabkan beberapa bank menurunkan target kreditnya.

    Investor dari sektor perbankan bukan satu-satunya yang menimbun SRBI. Pengelola dana di industri nonbank seperti asuransi, dana pensiun, dan reksa dana juga meningkatkan minat mereka. Data Bank Indonesia menunjukkan industri nonbank memborong SRBI sebesar Rp34,4 triliun selama Juni, naik tajam dibanding Mei yang hanya sebesar Rp1,3 triliun.

    Investor asing menurunkan pembelian instrumen tenor pendek ini menjadi Rp40,3 triliun dari bulan sebelumnya sebesar Rp77 triliun. Investor asing saat ini menguasai 27 persen dari total SRBI yang beredar, sementara perbankan domestik memiliki 64 persen dan investor nonbank domestik sebanyak 6 persen.

    Menurut Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Analyst Drewya Cinantyan, arus masuk asing yang lebih rendah dan pembelian SRBI oleh investor domestik yang lebih tinggi bisa memicu efek crowding out yang lebih serius. SRBI, yang awalnya dirancang untuk menarik modal asing dan meningkatkan suplai valas di dalam negeri guna membantu penguatan rupiah, justru menguras likuiditas dalam negeri yang seharusnya bisa disalurkan ke obligasi pemerintah atau pasar saham.

    Sejak diterbitkan pada September tahun lalu, BI telah menjual sedikitnya Rp721,06 triliun SRBI hingga akhir Juni. Imbal hasil SRBI yang jauh lebih tinggi dari bunga acuan BI rate dan yield obligasi negara (SBN) tenor terpanjang menarik hampir semua dana di pasar. Implikasinya, likuiditas semakin seret di pasar saham, obligasi, dan deposito perbankan.

    Dana dari pemodal domestik lebih banyak tersedot ke instrumen bercuan tinggi ini. Data menunjukkan, posisi bank-bank komersial di SRBI dan SBN bergerak ke arah berlawanan, mengisyaratkan adanya transfer likuiditas dari SBN ke SRBI. Investor asing juga banyak menyerbu SRBI saat ini. Asing membukukan posisi net buy di SRBI sebesar Rp139,9 triliun sejak awal tahun hingga 4 Juli, sementara posisi asing di obligasi negara dan saham masih net sell masing-masing sebesar Rp32,58 triliun dan Rp9,06 triliun.

    Para bankir menegaskan situasi keketatan likuiditas saat ini, terutama karena SRBI yang menyedot dana asing. Direktur Utama Bank BNI Royke Tumilaar menyebutkan bahwa SRBI menjadi tujuan utama bagi net inflow sebesar USD4,1 miliar year-to-date, sementara investor asing mencatat outflow dari pasar obligasi dan saham total USD2,1 miliar.

    Arus modal asing yang tertarik masuk menstabilkan rupiah. Namun, likuiditas rupiah terserap besar melalui instrumen operasi pasar terbuka yang saat ini mencapai Rp890 triliun, atau tiga kali lipat dari posisi pra pandemi, dengan SRBI menyumbang 70 persen dari total operasi pasar terbuka. "Kesimpulannya, likuiditas agak ketat," kata Royke.

    Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menyatakan hal serupa. Likuiditas di pasar saat ini semakin mahal, membuat BTN terpaksa memangkas target pertumbuhan kredit tahun ini menjadi 10 persen-12 persen. Pada kuartal pertama 2024, kredit BTN tumbuh 14,8 persen. "14,8 persen ini mungkin akan kami turunkan menjadi 10-12 persen di akhir tahun, karena likuiditas yang cukup mahal," jelas Nixon.

    Bank Indonesia kemarin menggelar lelang rutin SRBI dengan bunga diskonto yang tercatat turun. Sentimen pasar yang relatif lebih baik dibanding pekan lalu berdampak pada permintaan bunga diskonto SRBI yang lebih rendah dari para pelaku pasar. Rata-rata bunga diskonto penawaran dari peserta lelang berkisar di 7,48-7,60 persen untuk tenor 12 bulan, sudah turun dibanding lelang sebelumnya 7,50-7,70 persen.

    BI akhirnya memberikan bunga diskonto dimenangkan di kisaran 7,499 persen untuk SRBI-12 bulan, turun dibanding lelang sebelumnya 7,521 persen. Ini juga karena animo penawaran masuk dalam lelang hari ini cukup besar mencapai Rp32,15 triliun dari sebelumnya Rp25,9 triliun.

    Dalam lelang pertama pekan ini, BI memenangkan sebesar Rp17,98 triliun, lebih kecil dibanding sebelumnya Rp18,64 triliun. Bunga SRBI saat ini perlahan tapi pasti menjadi bunga de facto yang menentukan tingkat bunga pasar. Naik turunnya bunga SRBI langsung berdampak pada bunga di pasar meskipun BI rate tidak berubah di 6,25 persen.

    Pergerakan IndONIA, bunga referensi pasar uang antar bank, saat ini kembali naik ke 6,183 persen pada 10 Juli, tertinggi sejak 3 Juni lalu. Sementara bunga JIBOR 1 bulan bertahan di 6,900 persen, JIBOR 3 bulan di 7,182 persen, dan JIBOR 6 bulan di 7,300 persen.

     

    Keuntungan Memiliki SRBI 

    SRBI (Sertifikat Repurchase Bank Indonesia) memiliki beberapa keuntungan bagi investor, di antaranya:

    1. Aksesibilitas dan Likuiditas:

    • SRBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder, sehingga investor dapat dengan mudah membeli dan menjualnya.
    • Hal ini meningkatkan likuiditas SRBI dibandingkan dengan instrumen moneter Bank Indonesia lainnya seperti SBI (Sertifikat Bank Indonesia).
    • SRBI juga dapat dijaminkan untuk mendapatkan kredit dari Bank Indonesia.

    2. Potensi Keuntungan:

    • SRBI menawarkan tingkat bunga (kupon) yang kompetitif dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.
    • Investor dapat memperoleh keuntungan dari selisih harga beli dan jual SRBI di pasar sekunder.

    3. Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan:

    • SRBI merupakan salah satu instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk mengelola likuiditas di pasar uang.
    • Dengan membeli SRBI, investor membantu Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

    4. Mendukung Pendalaman Pasar Uang:

    • SRBI merupakan instrumen pasar uang yang dapat diakses oleh investor non-bank, seperti institusi keuangan, perusahaan, dan individu.
    • Hal ini membantu pendalaman pasar uang dan meningkatkan partisipasi investor dalam perekonomian.

    5. Diversifikasi Portofolio:

    • SRBI dapat menjadi pilihan diversifikasi yang menarik bagi investor yang ingin mengurangi risiko portofolio mereka.
    • SRBI memiliki korelasi yang rendah dengan instrumen investasi lainnya seperti saham dan obligasi.

    Beberapa contoh keuntungan SRBI bagi investor:

    • Investor institusi keuangan: SRBI dapat membantu bank untuk mengelola likuiditas mereka dan memenuhi persyaratan rasio likuiditas.
    • Perusahaan: SRBI dapat menjadi sumber pendanaan jangka pendek bagi perusahaan.
    • Individu: SRBI dapat menjadi alternatif investasi yang aman dan menguntungkan bagi individu yang ingin memperoleh pendapatan pasif. (*)

    Disclaimer:

    Penting untuk diingat bahwa SRBI juga memiliki beberapa risiko, seperti risiko kredit dan risiko pasar. Sebelum berinvestasi dalam SRBI, investor harus mempertimbangkan dengan cermat profil risiko dan tujuan investasi.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi