KABARBURSA.COM - Investor asing mendominasi pembelian saham Indonesia di sektor konsumsi dan komoditas. Berdasarkan data perdagangan di Stockbit pada Selasa, 11 Maret 2025, mereka berfokus pada saham dengan kapitalisasi besar di kedua sektor tersebut.
Di sektor konsumsi, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) diperdagangkan aktif dengan volume 447,50 ribu lot, ditutup di harga 10.450 per saham setelah mengalami koreksi 1,42 persen. Saham induknya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), mencatat transaksi 4,44 juta lot dengan harga penutupan 7.325 per saham, turun 2,98 persen. Saham emiten unggas PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) juga menarik minat investor dengan volume 15,45 juta lot, ditutup di harga 2.130 per saham setelah melemah 2,29 persen.
Di sektor komoditas, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menjadi salah satu yang paling banyak ditransaksikan dengan volume 13,73 juta lot, ditutup di harga 1.005 per saham setelah turun 1,47 persen. Sementara itu, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatat transaksi sebesar 8,34 juta lot dengan harga penutupan 6.950 per saham, melemah 3,14 persen.
Di sisi lain, saham sektor properti dan ritel mengalami tekanan jual. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) melemah 3,47 persen ke harga 835 per saham dengan volume transaksi 25,71 juta lot. Saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) turun 1,48 persen ke harga 665 per saham setelah mencatat volume transaksi 5,37 juta lot.
Meski secara umum indeks mengalami tekanan, beberapa saham mencatatkan penguatan, seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang naik 1,16 persen ke harga 1.305 per saham dengan volume transaksi 3,92 juta lot. Saham PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) juga menguat 1,61 persen ke harga 630 per saham dengan volume 2,43 juta lot.
"Investor asing saat ini memburu saham berbasis komoditas dan konsumsi karena fundamental ekonomi Indonesia yang kuat di sektor ini, terutama ditopang oleh kebijakan hilirisasi," kata Ibrahim kepada Kabarbursa.com melalui sambungan telepon pada Selasa, 11 Maret 2025.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) menjadi faktor utama yang mendorong ketertarikan investor terhadap sektor komoditas. Kebijakan ini melarang ekspor bahan mentah dan mewajibkan perusahaan membangun fasilitas pengolahan smelter (peleburan) untuk meningkatkan nilai tambah produk ekspor. Hal ini, menurut Ibrahim, membuat prospek sektor komoditas semakin menarik bagi investor global.
Selain komoditas, sektor konsumsi juga menjadi primadona, terutama menjelang saat ramadan dan lebaran. Ibrahim menilai momen ini selalu menjadi katalis bagi emiten konsumer, mengingat peningkatan belanja masyarakat yang signifikan. "Konsumsi rumah tangga melonjak, dan ini yang menjadi daya tarik bagi investor. Apalagi pemerintah turut memberikan insentif seperti subsidi tiket dan pajak, yang semakin mendorong daya beli masyarakat," tutur dia.
Namun, ia mengingatkan bahwa investor retail perlu berhati-hati dalam mengikuti aliran dana asing. "Investor asing masuk dalam jumlah besar, tapi mereka juga bisa keluar dengan cepat setelah mendapatkan keuntungan optimal. Jadi, investor retail harus selektif dalam memilih saham dan tidak hanya ikut-ikutan,"ujar dia.
Ibrahim juga menyoroti rencana parlemen yang tengah menggodok rancangan undang-undang (RUU) pasar modal guna memberikan perlindungan lebih baik bagi investor retail. "Ini penting agar pasar modal lebih sehat dan investor lokal tidak dirugikan oleh pergerakan asing yang agresif," katanya.
Meskipun aksi beli asing dapat mendorong harga saham sektor konsumsi dan komoditas, Ibrahim mengingatkan bahwa volatilitas tetap menjadi risiko yang perlu diperhitungkan. "Kita akan melihat apakah setelah Lebaran investor asing tetap bertahan atau mulai melakukan taking profit. Ini yang harus diwaspadai oleh investor lokal," katanya.
Investor Domestik Masih Mendominasi
Diberitakan di Kabarbursa.com sebelumnya, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, Jeffrey Hendrik mengatakan saat ini jumlah investor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ada sebanyak 70 persen dikuasai oleh domestik dari nilai transaksi harian. Sisanya merupakan investor asing.
"Kami harapkan meningkat terus," tutur dia di Gedung Bursa Efek Jakarta pada 28 Februari 2025 lalu.
Menurut Jeffrey langkah agar dampak pelemahan IHSG tidak berdampak signifikan untuk laju ekonomi Indonesia yakni dengan menguatkan investor domestik.
"Untuk mencegah dampak dari fluktuasi pasar kita yakni terus memperkuat basis investor domestik kita (Indonesia). Dengan kuatnya basis investor domestik, kami yakini dari waktu ke waktu pasar Indonesia akan semakin kuat, akan lebih stabil," katanya. (*)