Logo
>

Investor Asing Net Sell 4 Saham Bank Besar, Kenapa?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Investor Asing Net Sell 4 Saham Bank Besar, Kenapa?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada perdagangan saham kemarin, Selasa 2 April 2024, terjadi penutupan IHSG di zona hijau dengan kenaikan sebesar 31,92 poin atau 0,44 persen ke level 7.236,98.

    Meskipun terjadi kenaikan pada penutupan, investor asing masih aktif melakukan aksi jual bersih (net sell) yang signifikan, mencapai Rp1,77 triliun pada perdagangan saham seluruh pasar. Demikian pula, di pasar reguler, investor asing juga mencatat net sell sebesar Rp1,17 triliun.

    Investor asing tercatat melakukan net sell terbanyak pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai mencapai Rp907,78 miliar. Akibatnya, saham BBRI mengalami pelemahan sebesar 4,22 persen menuju posisi Rp5.675 per saham.

    Berikut 10 saham dengan angka net sell tertinggi oleh investor asing selama perdagangan Selasa 2 April 2024:

    PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp907,78 miliar

    PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp292,18 miliar

    PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp260,56 miliar

    PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp203,99 miliar

    PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp193,26 miliar

    PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp21,71 miliar

    PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp19,64 miliar

    PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) Rp14 miliar

    PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp11,51 miliar

    PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp10,94 miliar

    Sedangkan, investor asing tercatat net buy saham terbanyak pada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencapai Rp98,98 miliar. Senada dengan ada aksi beli, saham TPIA berhasil menguat 6,15 persen ke posisi Rp6.475/saham.

    Berikut 10 saham dengan angka net buy tertinggi oleh investor asing selama perdagangan Selasa 2 April 2024:

    PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) Rp98,98 miliar

    PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp90,42 miliar

    PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp59,59 miliar

    PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp53,71 miliar

    PT Astra International Tbk (ASII) Rp40,65 miliar

    PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Rp40,19 miliar

    PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp33,95 miliar

    PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Rp29,65 miliar

    PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Rp25,22 miliar

    PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Rp23,81 miliar

    Tekanan jual hingga melemahnya saham-saham perbankan tersebut ditengarai imbas dari kebijakan Otoritas Jasa Keuangan yang resmi mengakhiri stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak Covid-19, di Maret 2024 ini.

    Restrukturisasi kredit yang diterbitkan sejak awal 2020 telah banyak dimanfaatkan oleh debitur terutama pelaku UMKM. Stimulus restrukturisasi kredit merupakan bagian dari kebijakan countercyclical dan merupakan kebijakan yang sangat penting (landmark policy) dalam menopang kinerja debitur, perbankan, dan perekonomian secara umum untuk melewati periode pandemi.

    Adapun hasil survei OJK menunjukkan terdapat potensi peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan setelah kebijakan berakhir.

    Dalam Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan I-2024 yang melibatkan 100 responden dari berbagai bank, mayoritas responden meyakini risiko perbankan pada kuartal ini masih terjaga dan terkendali. Ini tercermin dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 53 atau masih berada di zona optimistis, meskipun menurun dibanding kuartal sebelumnya sebesar 58.

    “Namun demikian, masih terdapat potensi peningkatan NPL yang berasal dari pemburukan kredit restrukturisasi Kol 1 dan Kol 2, seiring berakhirnya kebijakan restrukturisasi secara keseluruhan pada Maret 2024,” tulis survei SBPO Triwulan-I 2024.

    Merespons hal tersebut, Analis Bloomberg Intelligence Sarah Jane Mahmud menilai, sektoral perbankan Indonesia mungkin akan sedikit tergelincir dari sisi kualitas asetnya.

    “Melihat sisi kualitas aset akan sedikit terjadi penurunan, dengan kebijakan restrukturisasi pinjaman yang telah berakhir pada 31 Maret dan diperburuk oleh inflasi, yang menanjak hingga di atas 3 persen bulan lalu karena permintaan pangan yang lebih tinggi. Rasio kredit bermasalah di seluruh sistem negara itu bisa tergelincir dari 2,2 persen yang dilaporkan pada bulan Desember,” terang Sarah, baru-baru ini dalam catatannya.

    Bauran kebijakan di sektor perbankan yang diterapkan telah memberikan kontribusi yang nyata, khususnya melalui Kebijakan Stimulus Covid-19, dalam menopang tekanan terhadap perekonomian sejak awal pandemi melanda hingga saat ini.

    Selama empat tahun implementasi, pemanfaatan stimulus restrukturisasi kredit tersebut telah mencapai Rp830,2 triliun, yang diberikan kepada 6,68 juta debitur pada Oktober 2020, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Sebanyak 75 persen dari total debitur penerima stimulus adalah segmen UMKM, atau sebanyak 4,96 juta debitur dengan total outstanding Rp348,8 triliun.

    Kebijakan stimulus yang diterbitkan oleh OJK diawali dengan POJK No. 11/POJK.03/2020 pada Maret 2020 bertujuan untuk memberikan ruang bernafas kepada debitur yang berkinerja baik namun mengalami pemburukan akibat terdampak pandemi Covid-19.

    Lebih jauh, kebijakan tersebut berdampak kepada kelompok rentan terhadap berbagai industri UMKM, seperti makanan dan minuman, akomodasi dan sektor padat karya, yang nantinya dapat membatasi laju kredit. Jeda yang diperpanjang oleh Bank Sentral setelah serangkaian kenaikan suku bunga juga dapat mengurangi tekanan kualitas aset bagi bank-bank dengan pangsa debitur yang lebih berisiko.

    "PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki rasio kredit berisiko (Loans-at-Risk/LAR) yang lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan di 1Q23 tetapi unggul di pasar UMKM sebagai penopang utama, dan sikap proaktif terhadap penurunan peringkat pinjaman berdasarkan kondisi debitur dapat menyangga kualitas asetnya. Niat Bank Sentral untuk memberikan pinjaman kepada segmen yang kurang berisiko akan memperkuat profil risikonya," jelas Rena Kwok, Analis Bloomberg Intelligence dalam riset diterbitkannya, Selasa 2 April 2024.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi