KABARBURSA.COM - Pemerintah dijadwalkan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, Selasa, 14 Mei 2024. Lelang SUN ditargetkan untuk mengumpulkan antara Rp22 triliun hingga maksimal Rp33 triliun dalam dua seri SPN dengan tenor pendek dan lima seri FR.
Lelang surat utang kali ini kemungkinan akan menarik bagi para investor yang berharap memperoleh obligasi dengan tingkat imbal hasil yang kompetitif, terutama karena aktivitas perdagangan di pasar sekunder cenderung sepi menjelang pengumuman data inflasi Amerika Serikat (AS) malam ini.
Pelaksanaan lelang SUN pada hari ini akan terjadi di tengah kondisi pasar surat berharga negara yang masih kurang aktif, dengan pergerakan imbal hasil yang stagnan dan kurva yield yang datar berkisar antara 6,95 persen-7,02 persen.
"Situasi ini mencerminkan ketidakpastian pelaku pasar dalam melakukan transaksi dan mengambil risiko di pasar sekunder menjelang pengumuman data inflasi harga produsen AS malam ini dan inflasi harga konsumen besok malam," kata periset Mega Capital Sekuritas, Lionel Prayadi dan Nanda Puput.
Lebih lanjut, mereka menyampaikan bahwa pelaku pasar masih khawatir terhadap kemungkinan kenaikan yield INDOGB 10Y ke kisaran 7,1-7,2 persen lagi jika inflasi inti AS tetap berada di 0,4 persen seperti pada April lalu.
Ketidakaktifan dan kelesuan di pasar SBN pada akhirnya akan mendorong para investor untuk mencoba peruntungannya dengan berpartisipasi dalam lelang guna mendapatkan tingkat imbal hasil yang lebih kompetitif di kisaran 6,95 persen-7,05 persen.
"Kami merekomendasikan seri FR0100 dan FR0101 untuk lelang hari ini, di mana FR0100 memiliki potensi keuntungan imbal hasil sebesar 20-25 bps jika inflasi inti AS tetap di 0,4 persen. Sementara itu, FR0101 memiliki potensi keuntungan imbal hasil sebesar 20 bps," jelas Lionel.
Bagaimana Kondisi Rupiah?
Rupiah diperkirakan akan terus melemah pada perdagangan hari ini, di tengah berkurangnya minat pembelian dari investor di pasar surat utang domestik.
Pagi ini, rupiah di pasar luar negeri masih berada dalam kisaran yang lebih lemah, antara Rp16.118-Rp16.119/USD, sementara indeks dolar AS berada di sekitar 105,21.
Tanda-tanda pelemahan rupiah terlihat di pasar luar negeri yang sering mempengaruhi pergerakan rupiah spot. Di pasar New York semalam, rupiah NDF kembali ditutup melemah di level Rp16.124/USD ketika indeks dolar AS mengalami penurunan tipis menjadi 105,21.
Secara teknikal, nilai rupiah berpotensi melemah hari ini dengan target koreksi menuju area Rp16.100/USD, yang menjadi titik support terdekat sebelum terjadi penembusan support psikologis.
Target pelemahan selanjutnya kemungkinan akan tertahan di kisaran Rp16.150/USD-Rp16.200/USD. Apabila level tersebut kembali tertembus, rupiah berpotensi untuk melanjutkan pelemahan lebih lanjut ke kisaran Rp16.250/USD, sebagai support terkuat.
Di sisi lain, jika rupiah berhasil menguat, level resistance yang menarik untuk diperhatikan terletak di Rp16.050/USDdan Rp16.020/USD. Dalam jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi untuk menguat ke level Rp16.000/USD.