KABARBURSA.COM– Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai tahun 2026 akan menjadi fase ekspansi baru bagi pasar modal nasional, ditopang oleh dominasi investor domestik yang kian solid di tengah perubahan arah kebijakan global. Hal ini disampaikan Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dalam di Jakarta pada Rabu, 5 November 2025.
“Meski asing sempat net sell Rp41 triliun sepanjang tahun, bulan lalu mereka kembali net buy Rp12,9 triliun. Indonesia tetap jadi pilihan investasi,” ujar Iman.
Menurutnya, tren itu menandakan kepercayaan investor global terhadap stabilitas ekonomi Indonesia, seiring ekspektasi penurunan suku bunga dan inflasi yang mulai melandai. “Bursa itu cuma dua hal yang menarik. Kalau bunga turun, inflasi turun, pasar naik,” katanya,
Dalam forum tersebut, para ekonom dan pelaku pasar sepakat bahwa tahun 2026 akan menjadi tahun ekspansi setelah dua tahun terakhir pasar bergerak dalam pola konsolidasi. BEI memperkirakan momentum pertumbuhan akan semakin kuat didorong arus dana domestik, peningkatan kualitas emiten, serta konektivitas lintas bursa.
Data BEI menunjukkan bahwa jumlah investor pasar modal kini mencapai 19,2 juta, terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana. Dari jumlah tersebut, investor saham di C-BEST telah menembus 8 juta, dengan rata-rata 232 ribu investor aktif setiap harinya—angka tertinggi sejak pra-pandemi.
Namun, Iman mengingatkan bahwa tantangan terbesar masih terletak pada investor institusional domestik. “Backbone kita itu seharusnya dana jangka panjang dari asuransi dan dana pensiun. Pertumbuhannya masih flat, tapi mulai membaik,” jelasnya.
Ia juga menyambut positif rencana masuknya Badan Pengelola Investasi Dana Anagata Nusantara (Danantara) pada awal 2026 yang diperkirakan akan membawa tambahan likuiditas Rp23 triliun ke pasar modal. “Kalau benar terealisasi, itu akan menjadi katalis kuat bagi stabilitas dan pertumbuhan pasar,” tegasnya.
Kinerja pasar sepanjang 2025 mengonfirmasi optimisme tersebut. IHSG mencatat kenaikan 15,31 persen year-to-date dengan enam kali all-time high baru, sementara nilai transaksi harian mencapai Rp16,6 triliun, naik dari target Rp14,5 triliun. Jumlah efek tercatat mencapai 555, termasuk saham dan obligasi korporasi.
Menariknya, pola transaksi investor kini berubah. Jika dulu sesi pertama mendominasi 60 persen aktivitas perdagangan, kini distribusi sudah seimbang antara sesi pertama dan kedua. Likuiditas saham-saham di luar indeks IDX80 juga meningkat tajam, menandakan kepercayaan investor terhadap emiten lapis kedua.
Iman menegaskan, arah pasar 2026 akan ditentukan oleh peran investor domestik yang kian matang dan teredukasi. “Kita tidak bisa bergantung pada arus asing. Basis investor lokal yang kuat adalah pondasi kestabilan pasar,” ujarnya.(*)