KABARBURSA.COM - PT Bank BTPN Tbk secara resmi menjalin kemitraan dengan manajer investasi Syailendra Capital dalam upaya memperluas literasi dan inklusi pasar modal, dengan fokus khusus pada reksa dana.
Kerjasama ini muncul di tengah tren meningkatnya popularitas reksa dana sebagai pilihan investasi utama di pasar modal domestik. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juni 2024, tercatat 12,3 juta investor reksa dana, yang merupakan sekitar 94 persen dari total investor pasar modal Indonesia. Angka ini mengalami lonjakan lebih dari 115 persen dibandingkan tahun 2021 dan diperkirakan akan terus tumbuh seiring dengan perkembangan iklim investasi di tanah air.
Namun, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa literasi dan inklusi sektor jasa keuangan, khususnya pasar modal, masih berada pada level yang sangat rendah.
Fajar R. Hidayat, Chief Executive Officer Syailendra Capital, menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah investor reksa dana mencerminkan tren positif yang perlu disambut baik oleh para pelaku industri. “Kerjasama ini bertujuan untuk menciptakan layanan investasi yang lebih mudah diakses, aman, dan terpercaya. Itulah latar belakang kerja sama antara Syailendra Capital dan Bank BTPN,” ujar Fajar dalam keterangan resminya.
Sementara itu Wakil Direktur Utama Bank BTPN, Darmadi Sutanto menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk memberikan solusi dan layanan keuangan yang lengkap ke berbagai segmen nasabah dengan dukungan tekonologi digital.
"Syailendra Capital dapat memenuhi kebutuhan investasi nasabah kami, mengingat rekam jejaknya selama lebih dari 17 tahun, performa produk yang konsisten melampaui benchmark dan variasi produk yang relevan." tutur Darmadi.
Sebelumnya diberitakan, PT Bank BTPN Tbk melaporkan pertumbuhan aset signifikan sebesar 22 persen secara tahunan (year-on-year/YoY), mencapai Rp235,8 triliun pada semester I 2024, setelah mengakuisisi PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF) pada akhir Maret 2024.
Akuisisi dua perusahaan pembiayaan di bawah OTO Group ini memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan aset dan kredit Bank BTPN. Sejalan dengan itu, penyaluran kredit juga mengalami kenaikan sebesar 19 persen YoY menjadi Rp176,2 triliun pada akhir Juni 2024.
“Bank BTPN berkomitmen untuk menciptakan pertumbuhan yang berarti bagi seluruh lapisan masyarakat. Kami terus mendorong perkembangan sektor-sektor prospektif agar dampak keberlanjutan bisnis perusahaan bisa dirasakan para pemangku kepentingan secara luas,” ujar Direktur Utama Bank BTPN, Henoch Munandar.
Dalam penyaluran kredit, terutama di sektor-sektor potensial, Bank BTPN tetap menjaga kualitas kredit yang tercermin dalam rasio gross non-performing loan (NPL) sebesar 2,21 persen per akhir Juni 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang sebesar 2,34 persen pada akhir Mei 2024.
Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) Bank BTPN tumbuh 11 persen YoY menjadi hampir Rp119 triliun pada akhir Juni 2024. Perseroan terus mengoptimalkan biaya dana, dengan saldo current account and saving account (CASA) meningkat sebesar 29 persen YoY menjadi Rp48,1 triliun dan deposito naik 1 persen YoY menjadi Rp70,9 triliun. Rasio CASA pun turut meningkat menjadi 40,4 persen per akhir Juni 2024.
Sebagai upaya diversifikasi sumber pendanaan dan menjaga profil maturitas yang lebih baik, Bank BTPN menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2024 dengan jumlah pokok Rp355 miliar pada awal Juli 2024.
Rasio likuiditas dan pendanaan Bank BTPN berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 234,9 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 115,6 persen pada 30 Juni 2024. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) juga tercatat kuat di level 28,8 persen.
Upaya Bank BTPN dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih pun meningkat. Net interest margin (NIM) naik menjadi 6,41 persen pada akhir Juni 2024 dari 6,33 persen setahun sebelumnya. Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) naik sebesar 17 persen YoY menjadi hampir Rp7 triliun pada 30 Juni 2024, mendorong pendapatan operasional (konsolidasi) tumbuh 18 persen YoY menjadi Rp8,2 triliun.
Namun, laba bersih setelah pajak Bank BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp1,2 triliun pada akhir Juni 2024, lebih rendah 15 persen YoY. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan biaya kredit sebesar 46 persen YoY atau sebesar Rp540 miliar pasca-akuisisi OTO Group, serta kenaikan biaya operasional sebesar 26 persen YoY menjadi Rp4,6 triliun seiring pertumbuhan volume usaha dan inisiatif-inisiatif yang sedang dilakukan.
Dari sisi digitalisasi, layanan digital banking Jenius milik Bank BTPN juga mencatat kinerja positif. Jumlah pengguna terdaftar tumbuh 21 persen YoY menjadi 5,8 juta per akhir Juni 2024, dari 4,8 juta setahun sebelumnya. Total penyaluran kredit melalui Jenius meningkat sebesar 134 persen YoY menjadi Rp3,1 triliun, dari Rp1,3 triliun.
Kredit ini mencakup Flexi Cash, Digital Micro, Kartu Kredit Jenius, dan Jenius Paylater. Dana pihak ketiga (DPK) yang dikelola Jenius turut tumbuh 10 persen YoY menjadi Rp27,2 triliun pada periode yang sama.(*)
 
      