Logo
>

IPO AADI, Peluang Cuan dari Investasi Batu Bara dan Dividen Rutin

Ditulis oleh Yunila Wati
IPO AADI, Peluang Cuan dari Investasi Batu Bara dan Dividen Rutin

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kamis, 5 Desember 2024, PT Adaro Andalan Indonesia atau AADI akan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Initial Public Offering (IPO) AADI menjadi sorotan tajam para investor di pasar saham Indonesia, karena dianggap sebagai salah satu IPO terpanas. Hal ini dikarenakan AADI menarik perhatian tidak hanya dari kalangan trader jangka pendek, tetapi juga investor jangka panjang yang mempertimbangkan fundamental perusahaan.

    Seberapa menariknya AADI?

    AADI memiliki potensi dividend yield yang mencapai sekitar 17 persen. AADI juga menawarkan peluang menarik bagi investor yang mencari kombinasi antara keuntungan kapital dan pendapatan pasif dari dividen.

    Valuasi IPO AADI yang hanya 2,9 kali price-to-earnings ratio (P/E) untuk proyeksi laba tahun 2025 dianggap sangat rendah dibandingkan rata-rata valuasi perusahaan batu bara lainnya.

    Laba bersih AADI pada tahun 2025 diproyeksikan turun menjadi USD934 juta, menyusul hilangnya keuntungan one-off dari penjualan anak usaha pada tahun sebelumnya.

    Namun, laba inti perusahaan hanya diperkirakan turun sebesar 3,2 persen secara tahunan. Dengan potensi re-rating ke level valuasi yang lebih tinggi, yakni 5 hingga 7 kali P/E, harga saham AADI bisa mencapai Rp9.650 hingga Rp13.525 per saham.

    Rentang harga itu, menurut analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani, memberikan potensi kenaikan antara 74 persen hingga 144 persen dari harga IPO.

    Sebagai perbandingan, valuasi ini masih lebih konservatif dibandingkan perusahaan induknya, Alamtri Resources Indonesia (ADRO), yang memiliki rata-rata P/E historis 5 tahun sebesar 6,9 kali. Selain itu, valuasi AADI berada di antara dua perusahaan batu bara besar lainnya, yakni Bukit Asam (PTBA) di 7,3 kali P/E dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) di 4,8 kali P/E untuk tahun 2025.

    Jika AADI berhasil mencapai valuasi yang sebanding dengan rata-rata P/E historis ADRO atau PTBA, potensi apresiasi harga sahamnya menjadi sangat menarik.

    Dari sisi dividen, AADI menawarkan prospek yang menggiurkan dengan dividend yield yang diperkirakan mencapai 17 persen untuk tahun buku 2025. Angka ini didasarkan pada asumsi dividend payout ratio (DPR) sebesar 50 persen, sejalan dengan rata-rata DPR ADRO selama tiga tahun terakhir.

    Dividen ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata yield perusahaan batu bara besar lainnya, menjadikan AADI sebagai opsi menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif yang stabil.

    Asumsi utama dalam analisis ini mencakup harga batu bara Newcastle yang diproyeksikan berada pada level USD135 per ton pada 2024 dan USD130 per ton pada 2025. Level itu mencerminkan normalisasi harga dari level saat ini.

    Volume penjualan batu bara AADI diperkirakan mencapai 63 juta ton pada 2024, turun tipis 0,6 persen secara tahunan, sebelum kembali naik sebesar 1,6 persen menjadi 64 juta ton pada 2025.

    Sementara itu, biaya tunai (cash cost) per ton diproyeksikan turun 12 persen pada 2024 menjadi USD56,2 per ton, sebelum naik kembali 2,9 persen menjadi USD57,8 per ton pada 2025.

    Di sisi lain, pendapatan non-operasional diperkirakan turun tajam pada 2025, seiring hilangnya keuntungan one-off dari pelepasan aset investasi.

    Secara keseluruhan, meskipun banyak pelaku pasar mungkin hanya melihat peluang trading jangka pendek dari IPO ini, AADI memiliki daya tarik investasi jangka panjang yang kuat.

    Dengan outlook harga batu bara yang stabil, valuasi rendah, serta dividend yield yang signifikan, AADI berpotensi menjadi pilihan investasi menarik bagi investor yang mengutamakan fundamental.

    Pesaing Baru BUMI?

    AADI sepertinya bisa menjadi pesaing baru PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang sedang tokcer memproduksi batu bara. Sama-sama memiliki fundamental yang kuat, BUMI dan AADi sepertinya bisa menarik banyak investor untuk berinvestasi.

    BUMI sendiri memang sedang giat-giatnya memproduksi batu bara. Bahkan, BUMI berhasil mencatatkan kinerja solid hingga kuartal III-2024, meskipun industri batu bara menghadapi berbagai tantangan.

    Perusahaan ini mencatat produksi batu bara sebesar 57,3 juta ton sepanjang Januari hingga September 2024, mengalami peningkatan 1,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 56,2 juta ton.

    Direktur BUMI Dileep Srivastava, mengapresiasi capaian ini, meski mengakui adanya tantangan cuaca seperti hujan lebat di Kalimantan Selatan yang turut memengaruhi produksi, khususnya di tambang Arutmin. Dengan dinamika tersebut, BUMI memperkirakan total produksi dan penjualan batu bara tahun ini akan berada di kisaran 76-78 juta ton.

    Dari sisi penjualan, BUMI berhasil menjual batu bara sebanyak 55,8 juta ton hingga September 2024, naik dari 54,3 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Capaian ini berkontribusi pada laba bersih perusahaan yang melonjak signifikan sebesar 110,88 persen secara tahunan menjadi USD122,86 juta, atau setara dengan Rp1,95 triliun pada kurs Rp15.915 per dolar AS.

    Lonjakan laba bersih ini menunjukkan keberhasilan BUMI dalam mengelola efisiensi operasional dan memanfaatkan peluang di pasar meski pendapatan total mengalami penurunan.

    BUMI mencatatkan pendapatan sebesar USD926,88 juta atau sekitar Rp14,75 triliun hingga kuartal III-2024, turun 21,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 1,17 miliar. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pelemahan harga batu bara global, yang terkoreksi sekitar 13 persen akibat dinamika geopolitik dan ekonomi global.

    Meskipun begitu, segmen bisnis batu bara tetap menjadi kontributor utama dengan pendapatan sebesar USD818,40 juta. Selain itu, BUMI juga mencatat kontribusi dari bisnis emas sebesar USD106,47 juta dan perak sebesar USD1,99 juta.

    Untuk mengatasi tantangan pasar, BUMI melakukan efisiensi operasional yang signifikan. Biaya langsung atau cost of goods sold (COGS) perusahaan berkurang 11 persen, sementara rasio pengupasan (stripping ratio) turun 14 persen, yang mengurangi lapisan tanah penutup yang dipindahkan sebesar 12 persen.

    Langkah-langkah efisiensi ini membantu perusahaan memangkas beban pokok pendapatan hingga 23,95 persen menjadi USD833,27 juta dibandingkan USD1,09 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, BUMI mampu membukukan laba bruto sebesar USD93,60 juta, naik 18,60 persen dari USD78,92 juta pada kuartal III-2023.

    Dari sisi neraca, total aset BUMI per akhir kuartal III-2024 mencapai USD4,27 miliar, meningkat 1,66 persen dibandingkan akhir tahun 2023 sebesar USD4,20 miliar. Aset tersebut terdiri atas liabilitas sebesar USD1,36 miliar dan ekuitas sebesar USD2,90 miliar. Pertumbuhan aset ini mencerminkan stabilitas keuangan perusahaan di tengah fluktuasi industri.

    Melalui efisiensi dan pengelolaan operasional yang baik, BUMI berhasil mempertahankan kinerja positif meskipun menghadapi tekanan dari pasar global.

    Langkah strategis perusahaan untuk beradaptasi dengan dinamika pasar dan fokus pada efisiensi memberikan optimisme terhadap pencapaian target produksi dan penjualan batu bara hingga akhir tahun 2024.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79