KABARBURSA.COM - Pada hari ini, sektor penyewaan kapal untuk menunjang kegiatan lepas pantai di luar dan dalam negeri yang berfokus pada industri minyak dan gas bumi kedatangan tamu baru, PT Newport Marine Services Tbk dengan kode saham BOAT. Emiten ini berencana menawarkan satu miliar saham dalam rencama penawaran umum saham perdananya (IPO).
Dalam prospektus rencana IPO yang diumumkan Senin, 21 Oktober 2024, jumlah saham yang ditawarkan mencapai 28,57 persen dari moda disetor BOAT setelah IPO saham.
Berikut ini jadwal rencana IPO BOAT:
- Penawaran umum saham BOAT: 4-6 November 2024
- Penjatahan saham BOAT dan distribusi saham secara elektronik: 6-7 November 2024
- Pencatatan saham BOAT di BEI: 8 November 2024
Rencana IPO ini akan dijamin oleh PT BRI Danareksa Sekuritas dengan harga perdana di kisaran Rp100-Rp120 per unit. Dari penawaran umum saham perdananya ini, BOAT berpeluang mengumpulkan tambahan modal sebesar Rp100 miliar sampai Rp120 miliar.
Sementara itu, dana hasil IPO setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi sekitar USD4,789 atau ekuibalen dengan Rp75 miliar akan digunakan perseroan untuk pelunasan sebagian pokok pinjaman perseroan.
Sisanya, akan digunakan untuk modal kerja perseroan, yaitu membiayai menyewa kapal sewa untuk mendukung pendapatan dari kapan sewa biaya bahan bakar kapal, dan kegiatan operasional perseroan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan usaha utama perseroan.
Tentang BOAT
PT Newport Marine Services Tbk bergerak di bidang perkapalan untuk kegiatan lepas pantai dengan fokus pada industri minyak dan gas bumi. Perseroan menyediakan jasa sewa menyewa kapal, baik kapal milik sendiri yang merupakan Anchor Handling Tug and Supply Vessels dan Crew/Utility Vessel, maupun kapal sewa sesuai kebutuhan pelanggan.
Dalam industri minyak dan gas saat ini, berbagai macam kapal digunakan untuk mendukung operasi lepas pantai, baik untuk pengakutan kargo, pemindahan rig, survey atau tugas khusus lainnya.
Perseroan memiliki pengetahuan dan relasi untuk dapat menyediakan kapal yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Selain kapal dengan kepemilikan sendiri, perseroan juga memiliki relasi dengan pemilik kapal tunda, AHTS, AHT, PSV, kapal tongkang minyak, kapan awalk dan kapal lainnya.
Tersulut Fokus Pemerintahan Prabowo
Emiten ini diprediksi akan tersulut fokus pemerintahan prabowo, salah satunya terkait keamanan energi. Dalam pidatonya usai pelantikan Presiden dan Wakil Presiden di Gedung DPR/MPR RI, Minggu, 20 Oktober 2024, Presiden mengatakan bahwa Indonesia diberi karunia yang sangat besar, berupa energi bawah tanah atau geothermal.
"Kita punya batu bara yang sangat banyak, kita punya energi dari air yang sangat besar," ujar Prabowo dalam pidatonya, kemarin.
Menanggapi ini, pakar Ekonomi Energi Universitas Padjadjaran, Yayan Satyakti, mengatakan pemahaman mengenai swasembada di Indonesia masih mengacu pada konsep pasar domestik. Menurutnya, target swasembada yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pelantikannya merupakan tantangan besar.
Yayan mengatakan pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan energi sebagai barang krusial bagi publik. Dengan begitu, dia menilai swasembada energi tidak sekadar menyediakan barang, melainkan juga keterjangkauan harga.
“Kewajiban pemerintah untuk menyediakan energi sebagai barang publik menjadi hal yang sangat krusial. Sehingga tujuan Swasembada Energi ini yaitu pemerintah mampu menyediakan pasokan energi secara mudah dan murah,” kata Yayan saat dihubungi KabarBursa.com, Senin, 21 Oktober 2024.
Dalam ilmu ekonomi, tutur Yayan, swasembada energi akan bergantung pada banyaknya supply. Untuk menyiasati hal tersebut, dia berujar pemerintah perlu menyediakan beragam pasokan energi agar harga yang dipatok tidak terlalu tinggi, sebagaimana konsep accessibility.
Yayan menilai upaya tersebut dapat dipacu dengan meningkatkan investasi dalam program Just Energy Transition Partnership (JETP). Salah satunya, menurut dia, adalah dengan memperbaiki kualitas distribusi listrik untuk menurunkan angka System Average Interruption Frequency Index (SAIFI) dan System Average Interruption Duration Index (SAIDI).
“Artinya ketika keandalan distribusi maka industri akan menggunakan listrik dari PLN yang selama ini biasanya dipenuhi dengan IPP. Sesuai dengan konsep JETP, pasokan listrik Indonesia akan lebih hijau,” katanya.
Dengan peningkatan rantai pasok dan aksesibilitas, Yayan melanjutkan, harga energi diharapkan semakin terjangkau. Dalam skenario ini, nilai konsumsi energi nominal meningkat sementara indeks harga energi cenderung menurun.
“Artinya harga listrik semakin menurun karena pasokan yang semakin meningkat (Merit Order of Energy Availability). Ketika diversifikasi energi semakin banyak biaya energi semakin turun. Walaupun isu ini debatable,” jelas Yayan.
Menurut dia, menekan harga energi semurah mungkin adalah langkah penting untuk mengurangi beban subsidi, sekaligus meningkatkan akses masyarakat terhadap energi bersih seiring dengan penurunan emisi di sektor energi. Namun, ia mengingatkan bahwa inovasi dalam teknologi pembangkit harus tetap berfokus pada efisiensi dan produktivitas, meskipun biaya energi menjadi lebih murah.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.