Logo
>

Iran Balas Israel, Wall Street Terseret Turun

Wall Street terkoreksi usai Iran meluncurkan rudal ke Israel. Ketegangan geopolitik memicu lonjakan harga minyak dan kekhawatiran investor global.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Iran Balas Israel, Wall Street Terseret Turun
Pasar saham AS merosot setelah Iran membalas serangan Israel. Harga minyak naik, saham energi menguat, tapi sektor keuangan dan maskapai tertekan. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Wall Street menutup perdagangan dengan koreksi tajam. Pasar modal global bereaksi keras terhadap serangan rudal Iran ke wilayah Israel sebagai balasan atas gempuran udara Israel yang menargetkan fasilitas nuklir dan pabrik misil di Teheran.

    Ledakan terdengar dan terlihat jelas di langit Tel Aviv dan Yerusalem, disertai sirene yang meraung di berbagai kota. Militer Israel mengonfirmasi bahwa rudal diluncurkan langsung dari Iran. Eskalasi dramatis ini menambah ketegangan Timur Tengah dan mengguncang kepercayaan pelaku pasar.

    Harga minyak dunia langsung melonjak hampir 7 persen akibat kekhawatiran gangguan pasokan dari kawasan penghasil minyak utama dunia. Saham sektor energi AS ikut naik: Exxon Mobil menguat 2,2 persen, sementara Diamondback Energy melonjak 3,7 persen.

    “Sepertinya ini menuju konflik militer terbuka,” ujar Elias Haddad, analis pasar senior di Brown Brothers Harriman, seperti dikutip Reuters, Sabtu, 14 Juni 2025, ini hari WIB. Ia menambahkan, “Kalau sampai menutup Selat Hormuz—jalur yang dilewati sepertiga pasokan minyak global—dampaknya bisa sangat buruk bagi pasar dunia.”

    Di sisi lain, saham maskapai di Wall Street anjlok karena kekhawatiran lonjakan harga bahan bakar. Delta Air Lines turun 3,8 persen, United Airlines melemah 4,4 persen, dan American Airlines tergelincir 4,9 persen.

    Saham sektor pertahanan justru naik tinggi, mengantisipasi potensi eskalasi konflik. Lockheed Martin, RTX Corporation, dan Northrop Grumman masing-masing naik lebih dari 3 persen.

    Indeks S&P 500 turun 1,13 persen ke level 5.976,97. Nasdaq tergelincir 1,30 persen ke posisi 19.406,83, sedangkan Dow Jones Industrial Average ambles 1,79 persen ke 42.197,79.

    Sebanyak 10 dari 11 indeks sektor di S&P 500 ditutup melemah. Sektor keuangan memimpin koreksi dengan penurunan 2,06 persen, disusul sektor teknologi informasi yang turun 1,5 persen.

    Volume perdagangan di bursa AS tercatat 17,9 miliar lembar saham, sedikit di bawah rata-rata 18,2 miliar dalam 20 hari terakhir.

    Secara mingguan, S&P 500 terkoreksi 0,4 persen. Nasdaq turun 0,6 persen, dan Dow Jones tertekan paling dalam dengan penurunan mingguan 1,3 persen.

    Sementara itu, saham Adobe turun 5,3 persen. Meskipun perusahaan pembuat Photoshop itu menaikkan proyeksi pendapatan tahunan, kekhawatiran soal lambatnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) membuat pasar kecewa.

    Sebaliknya, Oracle justru melonjak 7,7 persen ke rekor tertinggi. Saham raksasa teknologi ini reli dua hari berturut-turut setelah merilis proyeksi pertumbuhan yang optimistis, didorong oleh permintaan tinggi terhadap layanan AI miliknya. Saham Nvidia turun 2,1 persen dan Apple ikut tergelincir 1,4 persen.

    Visa dan Mastercard kompak anjlok lebih dari 4 persen. Laporan Wall Street Journal menyebut para peritel besar sedang menjajaki penggunaan mata uang kripto untuk memangkas peran perantara pembayaran. Langkah ini dianggap bisa menjadi ancaman langsung bagi dominasi kedua raksasa jasa keuangan tersebut.

    Laporan inflasi konsumen yang cenderung jinak, data harga produsen yang lebih lunak dari ekspektasi, serta klaim pengangguran awal yang nyaris tak berubah sepanjang minggu ini, ikut meredakan ketegangan pasar terhadap tekanan harga akibat tarif dagang.

    Kebijakan suku bunga The Fed pun diprediksi tak akan berubah dalam pertemuan pekan depan. Investor menilai AS berpotensi mencapai kesepakatan dagang yang mampu menurunkan hambatan tarif tinggi dari Presiden Donald Trump.

    Indeks S&P 500 kini diperdagangkan sedikit di bawah rekor tertingginya yang tercapai Februari lalu. Survei Konsumen University of Michigan menunjukkan sentimen konsumen AS mulai membaik di bulan Juni. Ini menjadi perbaikan pertama dalam enam bulan terakhir di tengah ketidakpastian arah kebijakan dagang.

    Di dalam indeks S&P 500, jumlah saham yang turun enam kali lebih banyak dibanding saham yang naik. Secara teknikal, S&P 500 mencetak 10 level tertinggi baru dan 6 titik terendah. Sementara Nasdaq mencatat 37 saham mencetak rekor baru dan 131 saham mencatat penurunan ke level terendah.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).