Logo
>

Isu Merger dan Didemo Mitra, Apakah Saham GOTO Layak Dikoleksi

GOTO berhasil menekan rugi bersih hingga 94 persen, dari Rp90,39 triliun di tahun 2023

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Isu Merger dan Didemo Mitra, Apakah Saham GOTO Layak Dikoleksi
Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa.com/Abbas

KABARBURSA.COM – Analis pasar modal sekaligus pendiri Traderindo, Wahyu Laksono menjelaskan soal saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang memperbaiki fundamentalnya di tengah isu yang menerpa merger maupun demo mitra ojek online kemarin Selasa, 20 Maret 2025. 

Menurut dia, berdasarkan data laporan keuangan GOTO mencatat perbaikan signifikan dalam kinerja keuangan sepanjang tahun 2024, meskipun tantangan eksternal dan tekanan harga saham terus membayangi. Berdasarkan laporan keuangan terbaru dan analisis pasar, GOTO berhasil menekan rugi bersih hingga 94 persen, dari Rp90,39 triliun di tahun 2023 menjadi Rp5,15 triliun di tahun 2024.

Pendapatan bersih GOTO juga tumbuh 8 persen menjadi Rp15,89 triliun, sementara EBITDA yang disesuaikan tercatat positif sebesar Rp386 miliar, melampaui target titik impas yang sebelumnya ditetapkan. Di sisi lain, Gross Transaction Value (GTV) inti melonjak 58 persen secara tahunan menjadi Rp268,2 triliun.

Memasuki kuartal pertama 2025, kinerja GOTO tetap menunjukkan tren positif. Pendapatan bersih naik 4 persen menjadi Rp4,23 triliun, dan rugi bersih menyusut 67 persen menjadi Rp283,3 miliar. Selain itu, EBITDA disesuaikan kembali positif senilai Rp393 miliar, menandai profitabilitas selama dua kuartal berturut-turut.

Namun, meskipun ada perbaikan dari sisi fundamental, harga saham GOTO masih melemah. Pada perdagangan 20 Mei 2025, saham GOTO tercatat di level Rp72 per lembar, turun dari Rp82 pada 14 Mei. Sentimen pasar juga sempat terdorong oleh isu merger dengan Grab, namun kemudian melemah pasca-klarifikasi.

 “Ada perbaikan fundamental dalam kinerja keuangan GOTO. Tapi secara valuasi, saham ini masih kurang menarik dibandingkan emiten lain yang sudah untung, punya dividen, dan sektor yang lebih strategis,” ujar  Wahyu Laksono kepada KabarBursa.com pada Rabu, 21 Maret 2025.

Lebih lanjut, Wahyu menyebutkan bahwa saham GOTO cocok hanya bagi investor berprofil risiko tinggi atau spekulan jangka pendek.

“Kalau pun ingin investasi, maka harus hati-hati dan dalam cakrawala jangka panjang,” ujar Wahyu.

Risiko operasional pun menghantui, menyusul aksi demo pengemudi ojek online (R2 dan R4) yang memprotes potongan aplikasi dan tarif layanan. Jika aksi ini berlanjut, dikhawatirkan bisa menekan GTV dan pendapatan perseroan, serta meningkatkan beban insentif.

“Konflik dengan mitra pengemudi bisa merusak reputasi dan loyalitas pelanggan. Ini bukan hanya soal operasional, tapi juga bisa berdampak jangka panjang pada pertumbuhan,” tutur Wahyu.

Secara keseluruhan, prospek saham GOTO masih dipertanyakan oleh pasar. Meski perseroan menargetkan EBITDA disesuaikan sebesar Rp1,4–1,6 triliun pada 2025, belum ada sinyal kuat mengenai arus kas bebas yang konsisten atau rencana pembagian dividen.

 “Untuk investor jangka pendek, saham ini bisa digoreng karena volatilitas tinggi. Tapi risikonya besar. Sementara untuk jangka menengah dan panjang, perbaikan fundamental memang menjanjikan, tapi tetap perlu kehati-hatian,” kata Wahyu.

Ia mengatakan tren penurunan saham GOTO secara terus menerus itu, secara teknikal masih bearish lower consolidation. "Sejak IPO GOTO memang perlu diwaspadai sempat bisa disebut saham gocap kini rebound tapi terbatas," kata dia.

Menurut dia secara fundamental saham GOTO masih kurang menarik karena banyak emiten lain yang fundamentalnya lebih bagus, sektornya strategis, kinerja keuangannya untung, valuasi menarik dan pembagian dividennya didukung sentimen positif. "Namun jika investor masuk peluang spekulatifnya cukup besar. Kalau mau investasi hati-hati dalam cakrawala jangka panjang," ujar dia.

Isu merger sempat menaikkan harga tipis dinilai Wahyu sebagai kehati-hatian pasar yang cukup skeptis terhadap dampak langsung dari spekulasi tersebut. "Analisa volatilitas yang disebabkan rumor, namun tanpa kenaikan signifikan pasca penepisannya mengindikasikan bahwa investor cenderung mencari katalisator yang lebih konkret dan fundamental dibanding spekulasi,"  ujarnya. Harga saham GOTO kembali turun setelah rumor merger menunjukkan saat ini valuasinya lebih banyak dipengaruhi kinerja keuangan dan prospek jangka panjang.

Sementara untuk dampak aksi demo mitra ojek online dinilai dapat merusak reputasi termasuk membuat pelanggan beralih ke platform lain. "Ini bisa menghambat upaya GOTO untuk mempertahankan pangsa pasar dan pertumbuhan," ujar dia. Wahyu menyebut protes mitra ojol bia menarik perhatian pemerintah dan nantinya memicu intervensi refulasi terkait tarif dan bagi hasil yang bisa membatasi fleksibilitas GOTO dalam menentukan strategi bisnis.

Menurutnya, aksi tersebut menjadi risiko operasional dan reputasi yang serius. “Jika aksi demo berlanjut, ini berpotensi mengurangi ketersediaan layanan yang akhirnya menekan Gross Transaction Value (GTV) dan pendapatan GOTO. Perusahaan mungkin harus menambah insentif atau mengurangi potongan, yang akan meningkatkan biaya dan menekan profitabilitas, padahal GOTO tengah berjuang mencapai profitabilitas berkelanjutan,” jelas Wahyu. 

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa konflik ini juga bisa merusak loyalitas mitra pengemudi dan pelanggan, serta memicu intervensi regulasi pemerintah yang dapat membatasi fleksibilitas strategi bisnis.

Mengenai tren harga saham GOTO yang menurun ke level sekitar Rp72 per lembar dari Rp82 pada pertengahan Mei, Wahyu melihat ini sebagai refleksi sentimen pasar yang masih bearish. 

“Meskipun GOTO menunjukkan perbaikan fundamental seperti penurunan rugi bersih dan EBITDA disesuaikan positif, sentimen pasar masih menunggu bukti konsisten bahwa perusahaan bisa mencapai profitabilitas berkelanjutan,” tuturnya. Ia juga mengingatkan bahwa ketiadaan dividen adalah hal yang wajar bagi perusahaan teknologi yang masih dalam fase pertumbuhan dan reinvestasi.

Apakah saham GOTO masih menjanjikan bagi investor? 

Wahyu menjawab bahwa hal ini sangat bergantung pada profil risiko dan jangka waktu investasi. Untuk investor jangka pendek atau trader yang siap mengambil risiko tinggi, saham GOTO menawarkan peluang volatilitas yang bisa dimanfaatkan, namun risiko kerugian juga besar. Sementara itu, bagi investor jangka menengah hingga panjang dengan toleransi risiko moderat hingga tinggi, GOTO memiliki potensi melalui perbaikan fundamental, diversifikasi bisnis yang luas, dan potensi pasar digital Indonesia yang besar.

“Namun, tantangan utama tetap bagaimana GOTO bisa menjaga profitabilitas berkelanjutan, menghadapi persaingan ketat, dan mengelola isu mitra pengemudi,” kata Wahyu. Selain itu, intervensi regulasi menjadi faktor yang harus diperhitungkan.

Salah satu harapan yang kini menjadi perhatian adalah langkah buyback saham. Wahyu menilai buyback bisa menjadi sinyal positif manajemen bahwa saham GOTO undervalued, sekaligus berpotensi mendukung harga saham dan meningkatkan rasio fundamental seperti EPS. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya ketersediaan kas perusahaan untuk buyback tanpa mengganggu investasi dan operasional.

“Buyback dapat memberikan dorongan jangka pendek, tetapi keberlanjutan harga saham tetap bergantung pada perbaikan fundamental dan kemampuan GOTO mengatasi tantangan operasional,” ujar dia.

Wahyu merekomendasikan investor konservatif untuk berhati-hati karena risiko dan volatilitas masih tinggi. Sementara investor agresif yang bersedia menghadapi fluktuasi harga dan menunggu hasil perbaikan fundamental jangka panjang bisa mempertimbangkan GOTO sebagai peluang spekulatif dengan potensi upside.

Ia juga mengingatkan agar terus memantau laporan keuangan berikutnya, perkembangan aksi pengemudi, dan katalis positif lain seperti kemitraan strategis atau inovasi produk. Diversifikasi portofolio dan riset mandiri tetap wajib dilakukan sebelum memutuskan berinvestasi di saham ini.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".