KABARBURSA.COM – PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) mencatat kinerja yang lesu pada kuartal II 2025. Perusahaan tambang batu bara ini hanya meraih laba bersih sekitar USD26 juta, anjlok 60 persen dibandingkan tiga bulan sebelumnya dan turun 61,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang semester pertama, total laba bersih baru mencapai USD91 juta, atau susut 29,5 persen secara tahunan. Angka tersebut baru memenuhi sekitar sepertiga dari target konsensus untuk setahun penuh, sehingga berada di bawah perkiraan pasar.
Catatan lesu ini bukan tanpa alasan. Ada tekanan terutama datang dari penurunan pendapatan yang mencapai 9,5 persen secara kuartalan. Margin laba kotor juga tergerus signifikan menjadi 20,5 persen, dari 28,1 persen pada kuartal sebelumnya.
Dari sisi operasional, produksi batu bara turun 3,8 persen dibanding kuartal pertama, sementara rasio pengupasan (stripping ratio) naik menjadi 9,8 kali dari 8,8 kali. Meski begitu, level ini masih lebih rendah dibanding 10,6 kali pada periode yang sama tahun lalu.
Bukan hanya itu, pelemahan pendapatan dipicu turunnya volume penjualan sebesar 1,7 persen, disertai harga jual rata-rata (average selling price/ASP) yang menyusut 5,7 persen.
Beban pokok pendapatan justru sedikit naik, meski hanya 0,1 persen, akibat kenaikan nilai persediaan yang lebih kecil dari kuartal sebelumnya.
Pada 2Q25, persediaan naik USD11,8 juta, jauh lebih rendah dibanding kenaikan USD26,4 juta pada 1Q25.
Kombinasi harga jual yang menurun, volume penjualan yang melemah, serta kenaikan rasio pengupasan membuat laba ITMG tertekan tajam. Ke depan, prospek kinerja akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan menekan biaya produksi dan memanfaatkan peluang jika harga batu bara kembali menguat.
Teknikal ITMG Dorongan Kuat Beli
Meski baru saja melaporkan kinerja kuartal II 2025 yang jauh dari menggembirakan, sinyal teknikal saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) justru menunjukkan arah sebaliknya.
Berdasarkan data perdagangan per 11 Agustus 2025 pukul 22.10 GMT, hampir seluruh indikator utama kompak memberikan sinyal “Sangat Beli”, baik dari sisi analisis teknikal maupun pergerakan rata-rata harga.
Dari sudut pandang indikator teknikal, tren penguatan terlihat sangat dominan. Relative Strength Index (RSI) berada di kisaran 68,5, menandakan momentum bullish yang kuat meski mendekati area jenuh beli.
Stochastic dan Stochastic RSI mencatatkan angka di atas 90, yang secara klasik berarti overbought, tetapi dalam kondisi tren menguat, hal ini kerap mencerminkan tekanan beli yang masif. Indikator MACD masih bergerak di wilayah positif, sementara Average Directional Index (ADX) menembus 60, mengonfirmasi bahwa tren yang berlangsung saat ini tergolong sangat kuat.
Beberapa indikator lainnya, seperti Williams %R dan Commodity Channel Index (CCI), ikut memperlihatkan dominasi pembeli. Tingkat volatilitas juga relatif tinggi, memberi ruang pergerakan harga yang lebar.
Dari sisi moving average, hampir semua rentang — mulai dari MA5 hingga MA100 — berada di posisi beli, menunjukkan tren naik yang konsisten dari jangka pendek hingga menengah. Hanya MA200 yang masih berada di zona jual, memberi isyarat bahwa secara jangka panjang harga belum sepenuhnya pulih dari tekanan sebelumnya.
Kendati demikian, dominasi sinyal beli pada rata-rata harga jangka lebih pendek mengindikasikan peluang penguatan lanjutan.
Mengacu pada level pivot klasik, area support terdekat berada di kisaran 23.175–23.300, sedangkan resistance utama berada di 23.475 hingga 23.600. Selama harga bertahan di atas titik pivot 23.300, peluang untuk menguji resistance terdekat tetap terbuka.
Secara keseluruhan, pasar tampaknya belum kehilangan keyakinan pada prospek ITMG, meski fundamental jangka pendek sedang tertekan. Jika tren penguatan ini berlanjut, saham berpotensi menguji level resistansi kunci dalam waktu dekat.
Namun, dengan sebagian indikator teknikal yang sudah masuk wilayah jenuh beli, ruang untuk koreksi sehat tetap perlu diantisipasi sebelum tren naik berlanjut.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.