Logo
>

Jadi Top Cuan, Kenapa Saham Gorengan Terasa Lebih Nikmat?

Saham-saham kecil kembali jadi top cuan di BEI, dengan AYLS, ASPI, FUJI, dan GULA meroket. Namun, di balik gurihnya cuan cepat, Menteri Keuangan mengingatkan agar praktik “menggoreng saham” segera dirapikan.

Ditulis oleh Yunila Wati
Jadi Top Cuan, Kenapa Saham Gorengan Terasa Lebih Nikmat?
Menkeu Purbaya meminta BEI untuk merapikan saham gorengan. Foto: KabarBursa.com/Desty Luthfiani.

KABARBURSA.COM – Pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat, 10 Oktober 2025, sejumlah saham kecil – atau biasa disebut “saham gorengan” – tercatat sebagai top cuan. Sebut saja AYLS yang naik hingga 35 persen dan saham-saham seperti ASPI, FUJI, serta GULA yang melesat hingga 25 persen.

Selain alasan cuan, mengapa saham gorengan ini semakin banyak dinikmati investor? Apa yang membuatnya menjadi gurih?

Di pasar modal Indonesia, istilah “saham gorengan” selalu punya daya tarik tersendiri. Layaknya kudapan panas di sore hari, saham jenis ini sering kali terasa “nikmat” bagi para investor yang haus keuntungan cepat. Tapi di balik kenikmatan itu, ada risiko yang tak kalah panas.

Saham gorengan adalah saham yang harganya digerakkan bukan oleh kinerja perusahaan, melainkan oleh aksi spekulatif sekelompok pelaku pasar. Dalam banyak kasus, harga saham ini bisa melonjak puluhan persen hanya dalam hitungan hari, bahkan jam, tanpa ada berita fundamental yang mendukung.

Kenaikan tajam inilah yang membuat banyak investor tergoda. Potensi cuan besar dalam waktu singkat terasa begitu menggiurkan, terutama bagi trader yang mencari momentum. “Asal tahu waktu masuk dan keluar, hasilnya bisa luar biasa,” kata salah satu pelaku pasar.

Namun, sebagaimana gorengan di pinggir jalan, kenikmatan saham gorengan tak bertahan lama. Begitu “bandar” yang mengerek harga mulai melepas, harga saham bisa anjlok tajam, meninggalkan investor ritel yang telat masuk. Fenomena ini sering kali menimbulkan kerugian besar bagi mereka yang tidak memahami pola pergerakan harga.

Analis pasar menyarankan agar investor berhati-hati. Saham gorengan boleh saja menjadi bagian dari strategi spekulatif jangka pendek, tetapi sebaiknya tidak dijadikan tulang punggung portofolio. Dalam jangka panjang, saham dengan fundamental kuat tetap lebih aman dan berkelanjutan.

Singkatnya, saham gorengan memang lebih nikmat, tapi hanya jika dinikmati secukupnya. Terlalu banyak, bisa-bisa bukan cuma “tangan panas”, tapi juga dompet ikut terbakar.

Menkeu Minta Rapikan Saham Gorengan

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meminta Direktur Utama BEI Iman Rachman untuk merapikan saham-saham gorengan. Permintaan itu disampaikannya usai melakukan pertemuan dengan pelaku pasar modal di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis, 9 Oktober 2025 pagi secara tertutup.

“Tadi Direktur Bursa juga minta insentif, saya bilang belum saya kasih sebelum dia rapikan perilaku investor di pasar modal. Artinya yang goreng-goreng dikendalikan,” ujar Purbaya.

Menkeu menyampaikan bahwa pemerintah masih memiliki ruang fiskal yang cukup untuk menopang program-program strategis jangka panjang. Namun, insentif akan diberikan secara selektif dan berbasis kinerja. Ia ingin memastikan perilaku investor di pasar modal lebih tertib dan melindungi kepentingan investor kecil.

“Kalau saya sudah merapikan pegawai pajak saya, mereka juga harus merapikan pasar modal. Baru saya pikirkan insentifnya,” katanya.

Purbaya menyebut, pemerintah sedang mengupayakan perbaikan ekonomi secara struktural, bukan kebijakan jangka pendek. Ia optimistis, jika arah ini konsisten, pasar modal Indonesia akan mencerminkan kepercayaan investor terhadap perekonomian nasional.

“IHSG akan cenderung naik terus, mungkin 10 tahun lagi seperti yang saya bilang tadi, jadi in short, IHSG to the moon,” ucapnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79