KABARBURSA.COM - PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 27,5 triliun pada semester I 2025. Angka ini menurun dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp27,7 triliun.
Sementara itu laba usaha Japfa pada paruh pertama 2025 sebesar Rp2,1 triliun, turun dibanding periode serupa tahun lalu yang senilai Rp2,6 triliun.
Adapun EBITDA emitan agribisnis ini berada di posisi Rp2,7 triliun, lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu sebesar Rp3,2 triliun.
Direktur Japfa, Leo Handoko Laksono, mengatakan pada semester I 2025 Japfa tetap berfokus pada produktivitas dan inovasi dengan tetap berhati-hati dalam melakukan investasi modal.
"Perusahaan juga melakukan penyesuaian strategis dalam operasional bisnis, terutama untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang," ujar dia di Jakarta, Rabu, 3 September 2025.
Berdasarkan laporan keuangan Japfa, segmen pakan pada divisi perunggasan tetap menjadi pilar penyumbang terbesar penjualan dengan margin yang relatif stabil dari tahun ke tahun.
Selain itu, peternakan komersial dan sektor hilir atau pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen turut menjadi tiga sektor penyumbang penjualan terbesar, didukung oleh kemampuan perusahaan dan industri perunggasan yang cukup dinamis.
Leo menyatakan jika Japfa tetap menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap penguatan bisnis jangka panjang. Hal ini tercermin pada peningkatan belanja modal sebesar Rp930 miliar, naik dari Rp720 miliar pada tahun 2024.
"Investasi ini juga diarahkan untuk mempercepat program digitalisasi di berbagai unit operasional, mulai dari tahap produksi hingga pemasaran, demi menciptakan produktivitas dan efisiensi biaya yang optimal," ungkapnya.
Lebih jauh Leo mengungkapkan jika Japfa tetap optimis menghadapi tahun 2025 dengan memanfaatkan berbagai peluang. Ia menyebut pihaknya senantiasa berupaya dalam mengedukasi pentingnya protein hewani bagi kesehatan, sekaligus mendukung program pemerintah dalam mengurangi gizi buruk dan stunting.
"Ke depan, Japfa akan terus memperkuat bisnis hilir dengan mengoptimalkan kapasitas produksi dan distribusi produk unggulan," pungkasnya.
Kinerja Japfa (JPFA) Lewati Ekspektasi
Sebelumnya diberitakan, mencatatkan lonjakan laba bersih signifikan pada 2024, mencapai Rp3 triliun atau meningkat 225 persen secara tahunan (yoy). Hasil ini melampaui ekspektasi pasar, setara dengan 111 persen dan 108 persen dari estimasi tahun 2024 Stockbit Sekuritas dan konsensus.
Pada kuartal keempat 2024, laba bersih JPFA mencapai Rp923 miliar, meningkat 50 persen secara kuartalan (qoq) dan berhasil membalikkan kondisi rugi pada kuartal IV 2023. Investment Analyst Stockbit, Reynaldo Mulya, mengatakan bahwa kinerja ini lebih baik dari perkiraan.
"Kami menilai hasil kuartal IV 2024 sebagai kinerja yang baik, ditopang masih kuatnya segmen broiler dan DOC," ujarnya, dalam riset yang diterbitkan, Senin, 3 Maret 2025.
Segmen broiler menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan laba JPFA, mencatatkan laba usaha sebesar Rp916 miliar pada kuartal IV 2024. Angka ini merupakan laba usaha kuartalan tertinggi sepanjang sejarah segmen tersebut, setelah sebelumnya mengalami kerugian pada kuartal III 2024 dan kuartal IV 2023. Dengan hasil ini, laba usaha segmen broiler selama tahun 2024 mencapai Rp1,6 triliun, berbalik untung setelah mengalami kerugian sejak 2019 hingga 2023.
Menurut Reynaldo Mulya, kenaikan harga broiler menjadi salah satu faktor utama di balik pemulihan segmen ini. “Harga rata-rata broiler pada kuartal IV 2024 meningkat menjadi Rp20.200 per kg, naik 10 persen baik secara qoq maupun yoy. Kenaikan harga ini membantu meningkatkan profitabilitas dan mendorong pemulihan segmen broiler,” jelasnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.